ii
dan mereka kerja dengan toke atau juragan. Hasil tangkapanyang kurang dan kurang standart sehingga membuat hasil mereka kecil. Tapi, tidak semua, akan tetapi
ada pengusaha-pengusaha yang bagus ada juga ratusan ribu per hari seperti kadang-kadang ada 30.000-
50.000 per hari.”
4.2 Pelaksanaan POKMASWAS Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Dan Pantai
Dalam pelaksanaan
pengawasanan, sebenaranya
POKMASWAS tidak
sembarangan untuk melakukan patroli ataupun secara sembarangan melaporkan apabila ada oknum-oknum yang melakukan illegal fishing. Adapun prosedur-
prosedur yang harus dilakukan oleh POKMASWAS tersebut bermulai dari berkoordinasi dengan camat sampai melaporkannya ke Dinas Perikanan Dan
Kelautan. Gambar 4. Berkas-berkas pelaporan keluhan nelayan
Gambar 5. Tanda tangan nama-nama nelayan yang melaporkan keluhannya.
Universitas Sumatera Utara
Melalui gambar di atas yang di dapatkan peniliti dari ketua POKMASWAS Pantai Labu, dapat dilihat bahwa keluahan nelayan akan dapat diproses secara resmi
oleh POKMASWAS agar nantinya dapat dilaporkan ke Dinas Perikanan dan Kelautan apabila keluhan tersebut juga banyak dirasakan oleh nelayan yang lainnya.
Setiap orang akan diminta untuk menyerahkan surat pernyataan yang berisikan keluhan ataupun sebagai orang yang dirugikan. Dimana berkas ini nantinya akan
ditandatanganin di atas materai. Selain itu juga dilampirkan foto copy KTP dan pas foto 3x4. Berkas-berkas dari nelayan ini akan dijadikan satu dan dilaporkan ke dinas.
Kemudian dinas perikanan dan kelautan akan berkoordinasi dengan camat. Seperti yang disampaikan oleh Bapak muhsan selaku ketua POKMASWAS yang
menyatakan bahwa : “Mengawasi pelanggaran di laut, melaporkannya ke dinas perikanan dan
kelautan nanti dinas koordinasi dengan camat kalau bisa menjembatani untuk menyelesaikan persoalan jika tidak bisa kami laporkan.”
Universitas Sumatera Utara
ii
Namun, apabila di lapangan ada suatu masalah yang dapat diselesaikan langsung
oleh POKMASWAS maka mereka tidak akan melaporkannya ke Dinas Perikanan dan Kelautan. Contohnya, masalah yang dapat diselesaikan langsung oleh kelompok
POKMASWAS adalah masalah perusakan hutan mangrove, maka secara langsung POKMASWAS akan membuat kegiatan penanaman mangrove. Laporan ke dinas
adalah laporan-laporan masalah yang tidak bisa lagi diselesaikan oleh POKMASWAS. Contohnya , masalah yang tidak dapat diselesaikan secara langsung
yaitu masalah pemasangan pipa aptur oleh suatu perusahaan yang sangat mengganggu penangkapan ikan nelayan. Meskipun sudah dilaporkan ke Dinas
Perikanan dan Kelautan, POKMASWAS masih tetap akan ikut serta mengawasi penyelesaian masalah tersebut. Seperti yang disampaikan Bapak Muhsan selaku
Ketua POKMASWAS pada tanggal 9 Juni 2015 yang mengatakan bahwa : “Selagi masih bisa kami ikut menjembatani keluh kesah daripada nelayan ini,
kami akan menyelesaikan persoalan nelayan ini kan gitu. Sebatas yang bisa kami selesaikan, kalaulah kami tidak bisa menyelesaikannya maka ini akan kami laporkan
ke dinas dan POKMASWAS masih ikut serta mengawasi.” Meskipun POKMASWAS langsung melaporkan ke dinas perikanan dan kelautan
bukan berarti POKMASWAS tidak berhubungan dengan Camat Pantai Labu. POKMASWAS masih akan melakukan koordinasi dengan camat guna untuk
mendapatkan bimbingan dan pembinaan dari camat atas pelaporan masalah yang didapatkan di lapangan. Koordinasi disini pada dasarnya dilakukan untuk
mendapatkan ijin secara resmi untuk menindak pelaku-pelaku yang melanggar peraturan yang dapat merugikan nelayan. Ijin dari kecamatan sangat penting agar
nantinya tidak ada keributan yang berkepanjangan antara pihak yang terlibat. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
disampaikan oleh Pak Muhsan selaku ketua POKMASWAS pada tanggal 9 Juni 2015, dimana beliau mengatakan bahwa :
“Kita juga selalu koordinasi dengan camat. Kita liat memang terbukti masalahnya
nanti kita buat surat kita koordinasi dengan camat.” Dalam hal ini, camat hanya dapat memberikan dukungan moril, dan pembinaan
kepada POKMASWAS karena terhalang oleh dana. Hal ini disampaikan oleh bapak Ayub, S.Sos, M.Si selaku Camat Pantai Labu pada tanggal 10 Juni 2015 yang
mengatakan bahwa : “Camat memberikan pembinaan dan dukungan moril sifatnya itu. Karena kita
tidak memiliki dana dan hanya membina mereka. Nanti apa yang mereka butuhkan akan diajukan ke dinas perikanan dan kelautan.”
Sedangkan pada Dinas Perikanan Dan Kelautan juga memberikan pembinaan
kepada POKMASWAS berupa sosialisasi apabila ada peraturan-peraturan atau kebijakan-kebijakan baru dari pemerintah yang berhubungan dengan nelayan, maka
melalui pembinaan ini nantinya akan dijelaskan dan disampaikan kepada POKMASWAS. Dan POKMASWAS nantinya yang akan memberitahu kepada
nelayan. Selain itu, dinas perikanan dan kelautan deli serdang juga memberitahu cakupan POKMASWAS dan bagaiman mereka agar tidak bersikap anarkis dengan
nelayan. Seperti disampaikan oleh Ibu Sada Ukur Br. Karo, SH selaku Kabid Pengawasan Dan Pengendalian pada tanggal 29 Mei 2015 yang mengatakan bahwa :
“Dinas sekali pertahun melakukan pembinaan ke setiap kelompok, bagaimana porsinya, bagaimana agar mereka tidak bersikap sewenang-wenang dengan nelayan,
kita tetap membina nelayan dan mereka pun tetap membina nelayan. Kalau ada peraturan baru di bina karenakan mereka mayarakat.”
Dalam mengatasi masalah yang dilaporkan POKMASWAS, dinas perikanan dan
kelautan melalui bidang pengawasan dan pengendalian turun ke lapangan hanya saja
Universitas Sumatera Utara
ii
tidak mengadili dan hanya sebagai saksi. Dalam masalah mengadili itu sudah menjadi cakupan dari POLISI air. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Sada Ukur Br. Karo, SH
selaku Kabid Pengawasan Dan Pengendalian pada tanggal 29 Mei 2015 yang mengatakan bahwa:
“Kita turun melihat pelanggarannya. Tidak kami tidak ikut mengadili, kita sebagai saksi saja di lapangan.”
Jika bebicara tentang pelaksanaan POKMASWAS dalam pemberdayaan
masyarakat pesisir dan pantai tidak hanya prosedur-prosedur pelaporan keluhan- keluhan nelayan akan tetapi juga dibahas mengenai sosialisainya pada nelayan.
Nelayan merupakan hal yang paling penting dalam pelaksanaan tugas POKMASWAS. Setidaknya sebelum POKMASWAS melakukan pengawasan di
lapangan, mereka terlebih dahulu sudah harus memberi tahu siapa mereka dan apa peran serta tugas mereka. Namun hal ini sangat berbanding terbalik dengan keadaan
yang ada dilapangan dimana dari empat nelayan yang diwawancarai oleh peneliti dan tiganya tidak mengetahui apa itu POKMASWAS dan siapa itu POKMASWAS. Dan
dari tiga nelayan tersebut baru mendengar POKMASWAS ketika dilakuannya wawancara. Padahal dari mereka sudah ada yang 58 tahun menjadi nelayan. Seperti
Gambar 6. Wawancara dengan Nelayan
Universitas Sumatera Utara
Bapak nahwi yang sudah 20 tahun menjadi nelayan pada tanggal 9 Juni 2015 mengatakan bahwa :
“Kalau masalah itu saya tidak tahu, karena tak ada ikut kelompok-kelompok nelayan
kadang.” Begitu juga yang dikatakan oleh Bapak Awal pada tanggal 9 Juni 2015, yang baru
2 tahun menjadi nelayan mengatakan bahwa tidak mengetahui apa itu POKMASWAS. Namun berbeda dengan Pak Nahwi dan Pak Awal, Bapak Suip yang
sudah 58 tahun jadi nelayan mengatakan pada tanggal 9 Juni 2015 bahwa meskipun tidak mengetahui dengan pasti apa itu POKMASWAS akan tetapi Bapak Suip
pernah mengajukan keluhannya ke pegawai pemerintah yang pernah mendata ke rumah Bapak Suip tersebut. Namun kurang ada hasil yang bagus dari laporannya.
Seperti yang disampaikannya kepada peneliti bahwa :
Universitas Sumatera Utara
ii
“Pernah mengajukan keluhan, contohnya jaring alat bantu tangkap. Karena gitu- gitu aja jadi malas.”
Akan tetapi, salah satu nelayan yang peneliti wawancarai bernama Bapak Usman pada tanggal 9 Juni 2015, dimana beliau sudah 20 tahun menjadi nelyan dan
Bapak Usman tersebut telah mengetahui apa itu POKMASWAS dan untuk apa POKMASWAS itu bagi nelayan. Bapak Usman sendiri ternyata sudah pernah ikut
dalam sosialisasi yang dilakukan Dinas Perikanan Dan Kelautan yang dimana KEIKUTSERTAANYA dipilih oleh anggota POKMASWAS. Seperti yang
disampaikannya bahwa : “Tau kelompok POKMASWAS, tugasnya itu untuk mengadahkan keluh kesah
nelayan. Dan saya pernah ikut sosialisasi dari dinas, membahas tentang undang- undang laut, batas-batas laut, sampan-sampan kecil, undang-undang masalah
pengambilan ika n yang tidak boleh diambil.”
Akan tetapi yang sangat disayangkan, dimana hasil dari sosialisasi tersebut tidak disampaikan kepada nelayan yang lainnya. Hal ini dilihat peneliti melalui
observasinya, dimana bahwa Bapak Suip dan Bapak Usman merupakan tetangga dekat dan mereka cukup sering berbincang-bincang. Namun, Bapak Usman
mengetahui tentang POKMASWAS sedangkan Bapak Suip sama sekali tidak mengetahui. Peneliti berfikir jika tetangganya saja yang sama-sama berprofesi
sebagai nelayan tidak mengetahui sosialisasi tersebut, bagaimana dengan nelayan yang lainnya.
Gambar 7. Kesetariatan POKMASWAS
Universitas Sumatera Utara
Gambar 8. TPI tempat penampungan ikan Pantai Labu
Berdasarkan observasi peneliti selama di perjalanan untuk melakukan wawancara yang ditemani oleh ketua dan salah satu seksi pengawasan perairan laut,
umum, waduk dan sungai POKMASWAS, dimana terlihat bahwa sebagian besar
nelayan sangat mengenal Pak Muhsan dan Pak Abdul. Dimana selalu ada sapaan di setiap perjalanan untuk menemui nelayan. Selain itu, kesetariatan POKMASWAS
Universitas Sumatera Utara
ii
terletak di TPI tempat penampungan ikan akan tetapi nelayan yang ada di TPI tidak mengetahui keberadaan POKMASWAS. Hal ini yang membuat peneliti berfikir
bahwa ketidaktahuan nelayan terhadap POKMASWAS itu sendiri bukan hanya kesalahan dari anggota POKMASWASnya yang tidak mensosialisaikan keberadaan
mereka. Akan tetapi juga terdapat masalah pada nelayannya itu sendiri. Dimana dalam hal ini, peneliti melihat bahwa adanya sikap apatis dari nelayan terhadap
POKMASWAS itu sendiri. Dari empat nelayan yang peneliti wawancarai , semuanya mengenal dengan baik dan bahkan mengenal dekat Pak Muhsan ketua
POKMASWAS, namun tiga diantaranya tidak mengetahui apa itu POKMASWAS dan siapa itu POKMASWAS.
Observasi ini di perkuat dengan pernyataan Bapak Abdul Azid selaku anggota POKMASWAS seksi pengawasan perairan laut, umum, waduk dan sungai pada
tanggal 9 Juni 2015 yang mengatakan bahwa : “Mereka tidak tahu kalau kami anggota POKMASWAS, mereka hanya tahu
kami secara personal aja. Nanti kalau orang itu cerita keluhannya dan bilang kami gak tau nyampekkannya sama siapa baru kami bilang sini sama kami aja, nanti biar
kami yang nyampaikan. Kami hanya kerja, kerja dan kerja aja. Kami gak pernah memberi tahu mereka. Yang pentingkan sekarang aksi kerjanya
.” Jika diamati lebih dalam lagi dapat terlihat bila kebanyakan nelayan pantai
labu kurang peduli dengan situasi sekitar meskipun sebagian masih ada peka dengan daerah sekitarnya. Seperti yang di sampaikan Bapak Abdul Azid selaku anggota
POKMASWAS seksi pengawasan perairan laut, umum, waduk dan sungai yang mengatakan bahwa :
“Kami ada baju POKMASWAS, Cuma banyak yang gak tau baju apa itu. Sebagian ada yang peduli terus bertanya dan sebagian lagi ada yang tidak peduli.
Padahal terkadang kami kumpul- kumpul memakai baju itu.”
Universitas Sumatera Utara
Dari observasi yang dilakukan peneliti, bahwa masalah-masalah sikap acuh tak acuhnya nelayan ternyata penyebabnya adalah karena nelayan Pantai Labu
menunggu masukan oleh POKMASWAS. Nelayan tidak akan mengajukan keluahannya jika POKMASWAS tidak mengajukan diri untuk menampung keluhan
mereka. Hal ini dapat dikatakan bahwa nelayan bergerak jika POKMASWAS bergerak. Karena pada dasarnya nelayan tidak memiliki waktu untuk memikirkan
siapa dia, keompok apa dia, dan untuk apa mereka. Dimana nelayan pulang dari berlayar pukul 5 sore, dan kebanyakan mereka sudah merasa lelah karena berjam-
jam di laut. Terkadang habis gulung jaring mereka langsung pulang kerumah dan duduk di depan rumah dan tak jarang pula langsung tiduran. Observasi ini diperkuat
dengan penyataan yang disampaikan oleh Bapak Suip pada tanggal 9 Juni 2015 yang mengatakan bahwa :
“POKMASWAS tak tahu. Soal kalian ini kalau kalian tidak turun ke lapangan ini kami tak tahu. Nelayan-nelayan ini kan payah, sampai dirumah naikan berkakas-
berkakas kadang menggulung jaring, kadang capek duduk, tiduran. Kalau orang luar kami gak tahu sebetulnya kadang pun kalau orang itu kenyang di luar ami lapar di
rumah.”
Namun meskipun banyak nelayan yang tidak mengetahui tentang POKMASWAS akan tetapi menurut dinas perikanan dan kelautan deli serdang
kinerja POKMASWAS pantai labu sudah cukup bagus sesuai dengan dana dan fasilitas yang mereka terimah. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Abdul Rachman,
SP selaku Sekretaris Dinas Perikanan Dan Kelautan pada tanggal 18 Juni 2015 yang mengatakan bahwa :
Universitas Sumatera Utara
ii
“berdasarkan fasilitas dan kewenangan sudah bagus, jangan kita bandingkat dengan angkatan
laut.” Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh Camat Pantai Labu Bapak
Ayub, S.Sos, M.Si pada tanggal 10 Juni 2015 yang mengatakan bahwa : “Kinerjanya masih terbentur oleh dana, akan tetapi mereka masih tetap
berbuat dan frekuensi kontrol mereka itu sangat kecil karena harus di dukung sarana dan prasarana yang mencukupi.”
4.3 Hambatan Dalam Kinerja Pokmaswas