pelaksanaan sistem pengawasan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan. Apakah POKMASWAS tersebut memiliki
peranan yang cukup besar dalam pemebrdayaan masyarakat atau sebaliknya.
2.3 Partisipasi Masyarakat
Pengembangan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi, dengan tujuan membuat setiap orang dalam masyarakat terlibat secara
aktif dalam proses-proses dan kegiatan masyarakat, serta untuk menciptakan kembali masa depan masyarakat dan individu. Dengan demikian, partisipasi merupakan suatu
bagian penting dari pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran. Semakin lengkap partisipasinya, semakin ideal kepemilikan dan proses masyarakat serta proses-proses
inklusif yang akan diwujudkan Ife, 2008:285.. Partisipasi, sebagai suatu konsep dalam pengembangan masyarakat,
digunakan secara umum dan luas. Partisipasi adalah sebuah konsep sentral, dan prinsip dasar dari pengembangan masyarakat karena, diantara banyak hal partisipasi
terkait erat dengan gagasan HAM, kesejahteraan, dan kepemimpinan partisipatif. Partisipasi adalah suatu tujuan dalam dirinya sendri, artinya partisipasi mengaktifkan
ide HAM, hak untuk berpartisipasi dalam demokrasi dan untuk memperkuat demokrasi deliberative. Sebagai suatu proses dalam pengembangan masyarakat,
partisipasi berkaitan dengan HAM dengan cara lain. Jika HAM lebih sekedar pernyataan dalam deklarasi yaitu jika partisipasi berakibat membangun secara aktif
Universitas Sumatera Utara
ii
kultur HAM sehingga menjamin berjalanya proses-proses dalam pengembangan masyarakat secara partisipatif adalah suatu kontribusi signifikan bagi pembangunan
kultur HAM, suatu kebudayaan yang partisipasi warganegaranya meruapakan proses yang diharapkan dan normal dalam suatu upaya pembuatan keputusan. Dalam artian
ini, partisipasi adalah alat dan juga tujuan, karena membentuk bagian dari dasar kultur yang membuka jalan bagi tercapainya HAM Ife, 2008:295..
Paul 1987, disitir dalam kannan 2002 berpendapat bahwa dalam partisipasi harus mencakup kemampuan rakyat untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan
sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraanya. Gahi 1990, disitir dari kannan 2002 mengambil posisi keadilan social dan HAM yang tidak
memaafkan dengan menampilkan partisipasi sebagai sebuah proses pemberdayaan yang dilakukan oleh kaum tersingkir karena adanya perbedaan kekuasaan diantara
kelompok-kelompok dalam masyaraka Ife, 2008:297. Partisipasi juga mengarahkan pada kepemimpinan yang partisipatif. Menurut
R.Tannenbaum, dkk 1992 : 13-14 menjelaskan partisipasi dilihat dari kepemimpinan partisipatif yaitu dimana pengakuan yang diberikan berdasarkan fakta
bahwa wewenang sesungguhnya mengalir dari bawah ke atas dan tidak eksklusif dari atas ke bawah. Orang-orangnya memiliki keterampilan dan kemampuan selain dari
apa yang dapat mereka kerjakan dengan tangan. Mereka harus mengakui bahwa bawahannya mempunyai kemampuan untuk berfikir, menciptakan ide baru,
memprakarsai prosedur baru serta cara-cara bekerja yang mutakhir. Selain itu tanggapan bersama dari pihak atasan maupun pengikutnya. Mereka harus membagi
Universitas Sumatera Utara
kepentingan dengan mengakui bahwa kepentingan mereka merupakan suatu usaha bersama.
Dalam konteks yang sama, Miftah Thoha 1987 : 180-182 menganggap kepemimpinan partisipatif sebgai pemimpin seharusnya tidak melupakan bahwa di
sekitarnya terdapat potensi-potensi yang hebat yang bisa dimanfaatkan untuk keberhasilan kepemimpinanya. Pemimpin yang baik akan mampu memanfaatkan
potensi tersebut untuk kesejahteraan bersama. Usaha partisipasi yang dilakukan ialah meningkatkan kedewasaan atau kematangan staf ke taraf kedewasaan yang tinggi.
Sehingga ketidakdewasaan staf bukannya selalu dijadikan alasan tidak adanya partisipasi dalam kepemimpinanya. Para staf, bawahan, atau pengikutnya diberi
kebebasan oleh pimpinannya di dalam bekerja. Staf bisa mengembangkan policy yang garis-garis besarnya telah ditetapkan oleh atasanya, sehingga kreativitasnya
berkembang semaksimal mungkin. Kondisi-kondisi yang mendorong partisipasi adalah sebagai berikut Ife,
2008:310: pertama, orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau aktivitas tersebut penting. Cara ini dapat secara efektif dicapai jika rakyat sendiri
telah mampu menentukan isu atau aksi, dan telah menominasi kepentingannya, bukan berasal dari orang luar yang memberitahu mereka apa yang harus dilakukan. Salah
satu kunci keberhasilan mengorganisasi masyarakat adlah pemilihan isu untuk diurus, dan hal yang sama juga berlaku dalam domain yang lebih luas dari pengembangan
masyarakat. Hal ini menekankan pentingnya bagi seorang pekerja masyarakat untuk membuat definisi akan kebutuhan dan prioritas muncul dari masyarakat itu sendiri,
bukan terperangkap dalam mencarinya sendiri serta memaksakanya kepada masyarakat.
Kondisi kedua bagi partisipasi adalah bahwa orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan. Masyarakat mungkin telah menentukan pekerjaan
sebagai prioritas utama, tetapi jika orang tidak percaya bahwa aksi masyarakat akan membuat perubahan terhadap prospek peluang kerja loka, akan keil insentif untuk
berpartisipasi. Perlu buktikan bahwa masyarakat dapat memperoleh sesuatu yang
Universitas Sumatera Utara
ii
akan membuat perbedaan dan bahwa hal tersebut akan menghasilkan perubahan yang berarti. Orang juga harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perbedaan pada
tingkat individu. Seseorang mungkin percaya bahwa suatu isu penting, dan bahwa aksi masyarakat dapat menghasilkan sesuatu, tetapi mungkin ia percaya bahwa
anggota masyarakat yang lain akan mampu mengerjakannya, dan ia tidak mempunyai sesuatu untuk dikontribusikan.
Kondisi ketiga bagi partisipasi, yaitu bahwa berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai.Terlalu sering partisipasi masyarakat dipandang sebagai
keterlibatan dalam kepengurusan, pertemuan resmi, dan prosedur-prosedur tradisional lainnya yaitu kulit putih, laki-laki, kelas mengah. Meskipun proses semacam itu
bisa saja penting, banyak macam partisipasi masyarakat lain yang sama berharganya. Ada banyak peran yang seorang anggota masyarakat dapat dan sebenarnya harus
berperan. Hal ini perlu dikenali dan dihargai, supaya berbagai variasi aktivitas mulai dari menjaga anak, pembukuan, melukis, menyediakan pelayanan kesehatan dasar,
mencatat rapat-rapat, menciptakan music, berkebun dan bermain sepak bola semuanya dipandang sebagai bentuk penting dari partisipasi dan dihargai. Partisipasi
masyarakat haruslah sesuatu buat semua orang, dan variasi keterampilan, bakat dan minat orang harus diperhitungkan.
Kondisi keempat bagi partisipa adalah orang harus bisa berpartisipasi, dan didukung dalam partisipasinya.hal ini berarti bahwa isu-isu seperti transportasi,
penyediaan penitipan anak, keamanan, waktu dan lokasi kegiatan serta lingkungan tempat kegiatan akan dilaksanakan sangatlah penting dan perlu diperhitungkan dalam
perencanaan proses-proses berbasiskan masyarakat. Kegagalan melakukan hal tersebut akan berakibat beberapa bagian dari masyarakat biasanya perempuan dan
etnis atau ras minoritas tidak dapat berpartisipasi, meskipun mereka sangat ingin.
Kondisi terakhir bagi partisipasi adalah bahwa struktur dan proses tidak boleh mengucilkan. Prosedur-prosedur pertemuan tradisional, dan teknik pembuatan
keputusan sering bersifat mengucilkan bagi banyak orang, khususnya bagi mereka yang tidak bisa „berfikir cepat‟, tidak ingin meginterupsi, kurang percaya diri atau
tidak memiliki kemahiran berbicara. Prinsip yang paling penting dalam kaitannya dengan isu struktur dan proses adalah bahwa masyarakat itu sendiri yang harus
mengontrol struktur dan proses, dan harus menentukan bentuk mana yang akan diadopsi. Gaya yang berbeda akan cocok untuk masyarakat yang berbeda, dan tidak
ada satupun cara benar yang berlaku bagi semua. Gaya yang dipaksakan dari luar akan hampir pasti tidak berhasil, dan meskipun bermanfaat dan boleh-boleh saja bagi
seorang pekerja masyarakat untuk membuat orang peduli akan kemungkinan cara alternatif dalam melakukan sesuatu, keputusan harus dilakukan oleh masyarakat itu
sendiri.
Salah satu bagian penting dalam mendorong dan mendukung partisipasi adalah menjamin bahwa keputusan-keputusan untuk berpartisipasi adalah, sejauh
Universitas Sumatera Utara
mungkin, merupakan keputusan yang mudah dan nyaman. Hal ini memerlukan pengajuan pertanyaan kepada diri sendiri mengenai seberapa mudah bagi orang untuk
melakukan pertemuan, apakah waktunya berbenturan dengan komitmen lan seperti menjeput anak dari sekolah, apakah ada penitipan anak, apakah orang memilki sarana
transportasi untuk mencapai tempat pertemuan dan sebagainya. Bagi sebagian orang, partisipasi mungkn merupakan hal yang baru dan aneh, sehingga kekhawatiran atau
perasaan gelisah menjadi gangguan.Menemani orang ke pertemuan pertama dapat membantu mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan aman, karena
perasaan keterasingan dilawan dengan kehadiran orang yang dikenal Ife, 2008:315. Sedangkan suksesnya partisipasi langsung berhubungan dengan syarat-syarat
tertentu. Kondisi semacam itu terjadi pada partisipasi yang ada dalam lingkungannya. Dengan begitu menurut R.Tannenbaum, dkk 1992 : 56-57 syarat-syarat partisipasi
yaitu syarat pertama adalah diperlukan banyak waktu untuk berpartisipasi sebelum bertindak. Partisipasi tidak bakalan terjadi dalam keadaan mendaddak. Kedua, biaya
partisipasi tidak boleh melebihi nilai-nilai ekonomi dan sebagainya. Ketiga, subjek partisipasi harus relevan dengan organisasi partisipasi sesuatu yang akan menarik
perhatian partisipan atau akan dianggapnya sebagai pekerjaan yang sibuk. Keempat, partisipasi harus mempunyai kemampuan, kecerdasan dan pengetahuan untuk
berpartisipasi secara efektif. Kelima, partisipasi harus mampu berkomunikasi untuk saling menukar gagasan. Keenam, tidak seorangpun baik karyawan atau manajer
akan merasakan bahwa posisinya diancam dengan partisipasi. Ketujuh, partisipasi untuk memutuskan arah tindakan pada sebuah oeganisasi hanya dapat menempati
Universitas Sumatera Utara
ii
lingkungan kebebasan kerja kelompok. Tingkat pembatasan sub unit diperlukan pada berbagai organisasi untuk mempertahankan stabilitas intern, sub unit tak dapat
membuat keputusan yang melanggar kebijaksanaan perusahaan, agreemen penawaran kolektif atau rintangan serupa.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa partisipasi adalah suatu proses dan konsep dasar dalam pengembangan masyarakat atau pengembangan perusahaan
dengan melibatkan masyarakat atau bawahan yang mendapat dukungan baik dari pemimpinya.
2.4 Pemberdayaan Masyarakat 2.4.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat