bayi, dan meningkatkan kekuatan otot serta sirkulasi darah pada bayi Suririnah, 2009.
Pijat bayi memberikan begitu banyak manfaat untuk bayi dan orangtua. Pemberian pijat bayi sedini mungkin akan memberikan manfaat
yang lebih banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi Subakti Rizki, 2008. Setelah orangtua mengetahui manfaat dari pijat bayi adahal
yang harus diperhatikan oleh orangtua untuk melakukan pijat bayi, seperti waktu dan semua persiapan untuk melakukan pemijatan pada bayi
Suririnah, 2009.
3. Hal yang Diperhatikan Ketika Pemberian Pijat Bayi
Pada bayi usia 0 – 1 bulan disarankan hanya diberi gerakan usapan
halus dan sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dipijat didaerah perut. Bayi dengan usia 1
– 3 bulan sudah dapat diberikan gerakan pijat, namun pijatan halus dengan tekanan ringan. Setelah bayi berusia 3 bulan ke atas
bayi sudah dapat diberikan pijat bayi dengan tekanan yang lebih Roesli, 2013.
Pijat bayi dapat dilakukan pada pagi hari saat orangtua serta bayi akan memulai hari baru dan pada sore hari ataupun malam hari sebelum
bayi tidur dengan pemberian pijatan akan membuat bayi merasa rileks dan nyaman sehingga dapat tidur dengan nyenyak. Selain waktu menurut
Roesli 2013 ada hal – hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan
pemijatan, seperti: a Bayi tidak baru saja selesai makan ataupun dalam kondisi lapar.
b Tangan pemijat bersih, tidak berkuku panjang dan menggunakan perhiasan.
c Ruangan untuk saat melakukan pemijatan tidaklah harus khusus cukup diupayakan ruangan hangat tidak terlalu dingin dan sirkulasi udara
berjalan dengan lancar. d Siapkan waktu kurang lebih 15 menit untuk orang tua ataupun
pengasuh bayi untuk memberikan pijatan pada bayi. Orang tua ataupun pengasuh harus dalam kondisi yang sehat dan nyaman tidak dalam
kondisi yang stres ketika melakukan pemijatan, karena akan berdampak juga pada bayi yang diberikan pijatan.
e Baringkan bayi pada permukaan yang rata, lembut dan bersih. f Siapkan handuk bayi, popok dan baju ganti untuk bayi.
Selama melakukan pemijatan orang tua melakukan kontak mata dengan bayi dengan penuh kasih sayang, bernyanyilah ataupun
memutarkan lagu –lagu yang tenang dan lembut untuk menciptakan
suasanan yang nyaman untuk orang tua dan bayi. Pemijatan dapat dilakukan menggunakan baby lotion atau minyak kelapa yang lembut
untuk bayi. Tidak disarankan untuk pemberian pijatan setelah bayi selesai makan, membangunkan bayi yang tertidur khusus untuk pijat, memijat
saat kondisi bayi sedang tidak sehat dan memaksakan pemberian pijatan pada bayi saat bayi tidak mau dipijat Roesli, 2013.
4. Penelitian Terkait dengan Pijat Bayi
Penelitian mengenai The Effect of Baby Massage on Mental –
Motor Development of Healthy Full Term Baby Inal Yildiz, 2012.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan grup kontrol. Dilakukan selama bulan Juni 2001
– Oktober 2002. Dengan subyek 104 bayi sehat dan cukup bulan yang lahir di Istanbul University Istanbul
Medical Faculty Gynecology and Obstetry Clinic. 52 sebagai kelompok kontrol, dan 52 lagi sebagai kelompok experimen. Penelitian
menggunakan Baby massage brosur, Ankara Development Screening Inventory ADSI sebagai instrumen penelitian. Penelitian menunjukkan T
scores pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. T score untuk perkembangan mental dan motornya
pada kelompok eksperimen pada usia 3 bulan 74,5±8,1 dan usia 6 bulan 60,85±4,32. Sedangkan T score pada kelompok kontrol pada usia 3 bulan
49,88±5,47 dan usia 6 bulan 50,52±7,32. Kesimpulan dari penelitian yaitu pijat bayi dapat mendukung perkembangan mental
– motor bayi sehat cukup bulan.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Jin Jing et al 2007 yaitu Massage and Motion Training For Growth and Development of Infants di
Guangzhou, China selama 1 tahun dengan desaign eksperiment. Subyeknya adalah bayi yang dipilih secara acak dan dikelompokkan sesuai
dengan usianya. Usia 0 bulan 90 bayi kelompok eksperimental dan 90 bayi kelompok kontrol. Bayi yang tersisa hingga akhir penelitian karena keluar
dari proses penelitian hanya 54 bayi di kelompok eksperimen dan 62 bayi di kelompok kontrol pada usia 0 bulan. Sedangkan usia 6 bulan yang
tersisa hingga akhir penelitian 62 bayi di kelompok eksperimen dan 52 bayi di kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Development
Quotient DQ.
Hasil dari
penelitiannya membuktikan bahwa pemberian pijatan dan latihan gerak dapat
meningkatkan secara signifikan perkembangan fisik dan kecerdasan pada bayi mulai dari bayi baru lahir maupun bayi dengan usia 6 bulan.
Penelitian pada Effektifitas Massage Efflurage Terhadap Perkembangan Gross Motoric pada Bayi Usia 3-4 Bulan yang dilakukan
Widodo dan Herawati 2008 mendapatkan hasil untuk perkembangan motorik kasar merangkak, pull to sit dan rolling pada kelompok
eksperimen lebih signifikan perkembangannya dibandingkan dengan kelompok kontrol. Untuk T score merangkak kelompok eksperimen
80,34±3,12 dan kelompok kontrol 40,13±3,22. Untuk T score pull to sit dan rolling kelompok eksperimen 50,26±6,12 dan kelompok kontrol
40,26±3,12 25,04±7,12. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment dengan two group post test design with kontrol. Proses
penelitian selama 1 bulan, dilakukan pemijatan setiap 1 minggu dua kali selama 4 minggu oleh terapis pada kelompok eksperimen. Kesimpulan
pada penelitian adalah pemberian massage bayi usia 3-4 bulan dapat mempengaruhi dan merangsang proses pertumbuhan dan perkembangan
gross motorik pada kemampuan merangkak, poll to sit rolling. Penelitian terkait lainnya adalah Pengaruh pijat bayi terhadap
peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan di Kelurahan Pasia Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Tahun 2009 yang dilakukan
Merineherta 2009 mendapatkan hasil ada pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan, yaitu terdapat perbedaan
peningkatan yang signifikan pada bayi yang dilakukan pemijatan jauh lebih baik dari pada bayi yang tidak dilakukan pemijatan dengan nilai P
0.05. Pemberian pijat oleh orang tua selama 30 hari dan pengukuran berat badan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu berat badan awal, berat badan
setelah 15 hari dan berat badan setelah 30 hari. Data di analisis dengan menggunakan General Linear Model Reveated Measure .
C. Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan
Pada awalnya skrinning perkembangan menggunakan Denver II sebagai salah satu alat skrinning yang telah banyak digunakan oleh profesi
kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Namun, tidak semua anak dapat dilakukan skrinning perkembangan karena yang biasa melakukan adalah
dokter anak dan memerlukan biaya cukup mahal, sementara Departemen Kesehatan RI mengharapkan pada tahun 2010, 80 anak balita sudah
dilakukan skrinning perkembangan agar dapat dilakukan intervensi dini terhadap anak yang dicurigai mengalami gangguan perkembangan Kadi,
Garna Fadlyana, 2008. Depkes RI pada tahun 2005 mengeluarkan revisi buku deteksi dini
tumbuh kembang yang bertujuan identifikasi dini perkembangan anak di tingkat terbawah, yaitu tingkat kecamatan, berupa kuesioner praskrining
perkembangan KPSP. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan KPSP merupakan salah satu instrument skrinning yang diwajibkan oleh Depkes
untuk digunakan di tingkat pelayanan kesehatan primer. KPSP sangat mudah digunakan baik oleh petugas kesehatan maupun tenaga non kesehatan yang
terlatih, guru TK Taman Kanak-kanak, guru PAUD Pendidikan Anak Usia
Dini, dan orang tua juga dapat mendeteksi dini adanya kelainan perkembangan anak sejak usia 3 bulan sehingga dengan cepat dapat dilakukan
intervensi dini Ariani, 2013. Pada penelitian Damayanti 2006 hasil terhadap sensitivitas dan spesifitas KPSP masing
– masing yaitu 60 dan 92.
1. Cara Menggunakan KPSP :
KPSP usia 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan. Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah
yang lebih kecil dari usia anak. Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah
KPSP 6 bulan. Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah KPSP 9 bulan.
a Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh :
bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
b Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
c KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu : 1 Pertanyaan yang dijawab oleh ibupengasuh anak. Contoh :
“Dapatkah bayi makan kue sendiri?” 2 Perintah kepada ibupengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh : “Pada
posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-
lahan ke posisi duduk” d Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak
jelas atau ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.
e Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu. f Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.
g Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.
2. Interpretasi Hasil KPSP:
a Hitung jawaban Ya bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang b Hitung jawaban Tidak bila jawaban belum pernah atau tidak pernah
c Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangan S
d Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan M e Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
P. f Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.
Untuk anak dengan perkembangan sesuai S orang tua atau pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik. Pola asuh anak
selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi sesuaikan dengan umur dan kesiapan anak. Keterlibatan orang tua sangat baik dalam tiap
kesempatan stimulasi. Tidak usah mengambil momen khusus. Laksanakan
stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari yang terarah. Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu.
Untuk anak dengan perkembangan meragukan M orang tua dapat konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang
diberikan lebih sering. Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar ketertinggalan anak. Bila anak sakit lakukan pemeriksaan
kesehatan pada dokter anak. Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat perkembangannya. Lakukan KPSP ulang setelah 2
minggu menggunakan daftar KPSP yang sama pada saat anak pertama dinilai. Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama
sudah bisa semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak. Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia
hanya bisa 7-8 YA. Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan dulu KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak
sudah berusia 9 bulan, bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan. Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi. Bila setelah 2
minggu intensif stimulasi, jawaban masih M = 7-8 jawaban YA. Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan
fasilitas klinik tumbuh kembang.
Tabel 2.3. Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan Usia 6 Bulan