30
d. Suara, yakni segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran.
4. Film Suatu Medium Ekspresi dan Komunikasi
26
Film merupakan suatu medium yang relatif baru di dalam kebudayaan umat manusia, dibandingkan dengan medium seperti tulisan
dan bahasa. Ernest Cassier AnEssay on Man dan Die Philosophie der
Syimbolischen Formenmerumuskan
manusia sebagai
“animal symbolicum”, yang berbeda dengan binatang, berkomunikasi dengan
lambang-lambang dan perlambangan. Bahasa adalah salah satu lambang bunyi yang arbiter yang diciptakannya. Itu sebabnya orang Indonesia dan
Inggris mempunyai bunyi yang berbeda untuk melambangkan fakta yang sama.
Komunikasi antara dua orang yang lahir dari masyarakat bahasa yang berbeda akan sulit dilakukan apabila yang satu tidak mengenal
bahasa yang lainnya. Sejak fotografi ditemukan abad yang lalu, dan didasarkan atas
fotografi film dikembangkan, maka bertambah lagi medium ekspresi dan komunikasi antar manusia manusia.
Tetapi berbeda dengan bahasa yang mempergunakan unsur bunyi untuk
mengekspresikan arti
dan bersifat
lebih abstrak,
film mempergunakan rekaman optik dari kenyataan. Film merekam secara
26
D.A. Peransi, FilmMediaSeni, Jakarta: FFTV-IKJ Press,2005, cet. 1, h.146.
31
persis sekali kenyataan yang pernah ada di depan kamera dan kenyataan itu melalui film tampil di depan kita yang melihatnya sebagai kenyataan
optik. Dengan menganggap bahwa apa yang ada dilayar sungguh-
sungguh kenyataan maka pada penonton sebenarnya terjadi ilusi. Ilusi bahwa yang ia lihat benar-benar kenyataan.
Di dalam kondisi demikian itu terjadi beberapa proses identifikasi pada penonton. Oertama, adalah identifikasi optik. Penonton melihat
kenyataan sebagaimana kenyataan itu dilihat oleh lensa optik kamera. Kedua, adalah identifikasi emosional. Disini penonton secara emosional
mepertautkan dirinya dengan bayangan-bayangan dari kenyataan yang ia lihat di layar. Ketiga, adalah identifikasi imajiner. Di sini penonton
mengidentifikasikan dirinya dengan salah satu tokoh atau beberapa tokoh di dalam film yang ditontonnya.
Film mempunyai daya magis yang kuat sekali, tentu tergantung pada baik-buruknya film yang dibuat.
Film adalah suatu medium yang memungkinkan manusia terlibat secara ekstensial dengan kenyataan-kenyataan imajiner. Terlibat secara
eksitensial berarti bahwa terjadi suatu hubungan yang dialektis antara dirinya dan kenyataan memang imajiner itu.
Film pada dasarnya menceritakan suatu perkembangan psikologis dari tokoh-tokohnya, bukan seperti film dokumenter yang bertolak dari
konsep dan ide. Perkembangan psikologis itu dituang ke dalam suatu plot cerita yang mengenal permulaan, pengembangan cerita dan klimaks. Di