Film Suatu Medium Ekspresi dan Komunikasi
31
persis sekali kenyataan yang pernah ada di depan kamera dan kenyataan itu melalui film tampil di depan kita yang melihatnya sebagai kenyataan
optik. Dengan menganggap bahwa apa yang ada dilayar sungguh-
sungguh kenyataan maka pada penonton sebenarnya terjadi ilusi. Ilusi bahwa yang ia lihat benar-benar kenyataan.
Di dalam kondisi demikian itu terjadi beberapa proses identifikasi pada penonton. Oertama, adalah identifikasi optik. Penonton melihat
kenyataan sebagaimana kenyataan itu dilihat oleh lensa optik kamera. Kedua, adalah identifikasi emosional. Disini penonton secara emosional
mepertautkan dirinya dengan bayangan-bayangan dari kenyataan yang ia lihat di layar. Ketiga, adalah identifikasi imajiner. Di sini penonton
mengidentifikasikan dirinya dengan salah satu tokoh atau beberapa tokoh di dalam film yang ditontonnya.
Film mempunyai daya magis yang kuat sekali, tentu tergantung pada baik-buruknya film yang dibuat.
Film adalah suatu medium yang memungkinkan manusia terlibat secara ekstensial dengan kenyataan-kenyataan imajiner. Terlibat secara
eksitensial berarti bahwa terjadi suatu hubungan yang dialektis antara dirinya dan kenyataan memang imajiner itu.
Film pada dasarnya menceritakan suatu perkembangan psikologis dari tokoh-tokohnya, bukan seperti film dokumenter yang bertolak dari
konsep dan ide. Perkembangan psikologis itu dituang ke dalam suatu plot cerita yang mengenal permulaan, pengembangan cerita dan klimaks. Di
32
dalam garis plot itulah protagonis dan antagonisnya dipertemukan dan dipertentangkan.
Konflik antara protagponis dan antagonis tentunya merupakan konflik antara nilai-nilai yang menjadi dasar masing-masing. Nilai itu bisa
bersumber pada pribadi atau pada kelompok dimana pribadi itu berada. Itu sebabnya konflik-konflik di dalam cerita film bisa juga merupakan konflik
antara berbagai kelompok dan kepentingan, latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan sejarah.