Reaksi Keluarga Selama Perawatan Anak di Rumah Sakit

meningkat Supartini, 2000. Dengan demikian, asuhan keperawatan tidak bisa hanya berfokus pada anak, tetapi juga pada orang tuanya. 2.3. KONSEP RAWAT INAP 2.3.1. Defenisi Rawat Inap Perawatan di Rumah Sakit Rawat inap merupakan suatu proses yang terjadi karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani therapy dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan keluarga dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stres Supartini, 2004.

2.3.2. Reaksi Keluarga Selama Perawatan Anak di Rumah Sakit

Menurut Thompson 1995 dan Supartini 2004 reaksi orang tua selama anaknya dirawat di rumah sakit adalah: a. Perasaan bersalah, ketidakberdayaan, cemas. Keluarga merasa bahwa mereka telah melakukan kesalahan karena anaknya menjadi sakit. Perasaan tersebut muncul pada saat keluarga melihat anaknya mendapat prosedur lindakan yang menyakitkan seperti pengambilan darah, injeksi, infus dan prosedur invasive lainnya. Pada kondisi seperti ini perawat harus objektif dan emphatic. Perawat harus mendengar dengan benar-benar tentang kekhawatiran keluarga dengan menjawab dengan legitimacy terhadap perasaan mereka seperti “saya dapat mengerti apa yang bapakibu rasakan saat ini tapi segala sesuatunya terjadi begitu cepat”. Keluarga juga sering kali Universitas Sumatera Utara mengekspresikan perasaan ketidakberdayaan pada kehilangan role keluarga sebagai protektor. Perawat harus memberikan harapan dan support keluarga dan anggota keluarga yang lain dan menitikberatkan kepentingan mereka kepada kesembuhan anak. b. Takut pada hal yang tidak dikenal Keluarga tidak mengerti fungsi dari sebuah rumah sakit. Mereka berpikir penyakit anak relative jarang di rumah sakit. Hal ini diakibatkan kurangnya komunikasi yang menyebabkan keluarga takut akan perawatan anak di rumah sakit. Di sini perawat harus dapat menjelaskan dengan sederhana beberapa sarana, prasarana yang ada di rumah sakit serta dalam hal tindakan yang akan dilakukan harus hati-hati dalam menjelaskan. c. Takut anak mendapat perawatan yang tidak pantas Masyarakat merealisasikan bahwa banyak rumah sakit “ramai” dan kekurangan staf. Keluarga mungkin tidak biasa dengan keadaan seperti itu sehingga mempengaruhi fisik mereka. Perawat harus menyakinkan bahwa perawatan anak berada di tangan yang benar. d. Takut terbeban biaya Perawatan di rumah sakit dan dokter dibayar mahal berdasarkan lamanya pengobatan yang menyebabkan keluarga dituntut bekerja keras agar dapat memenuhi dana yang diperlukan dalam perawatan anak. e. Takut bahwa anak akan semakin menderita Keluarga merasa bahwa anak mereka kan menerima pengobatan yang membuat bertambah penyakit dan sakit anak nyeri. Universitas Sumatera Utara f. Takut penyakit anak terkontasminasi dengan keluarga Keluarga takut penyakit anak dapat menular ke anggota keluargakeluarga yang lain. g. Takut anaknya akan berpindah kasih sayangnya kepada pemberi perawatan Hal ini nyata ketika keluarga tidak mampu memberikan bantuan keperawatan kepada anak, namun perawat dapat mengikutkan keluarga dalam prosedur tindakan kepada anak mereka bila memungkinkan dan berikan informasi yang jelas pada beberapa tindakan. h. Perasan sedih Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan keluarga mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. i. Perasaan frustasi Perasaan ini muncul terutama pada saat anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuarnya dukungan psikologis yang diterima keluarga dari kerabat lainnya maka keluarga akan merasa putus asa bahkan frustasi.

2.3.3. Stressor Keluarga selama anak di rawat di Rumah Sakit