Analisis Determinan Pulang Atas Permintan Sendiri (Paps) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

(1)

ANALISIS DETERMINAN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI (PAPS) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2014 SKRIPSI

Oleh

DESTARI UMAIRO SIREGAR NIM. 121021064

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

ANALISIS DETERMINAN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI (PAPS) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

DESTARI UMA IRO SIREGAR 121021064

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

(4)

ABSTRAK

Pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS) adalah pasien rawat inap yang menurut pernyataan dokter masihmemerlukan rawat inap dan belum diperbolehkan pulang, tetapi ataspermintaan sendiri atau keluarga memutuskan untuk pulang ataumenghentikan rawat inap di rumah sakit.Dampak pasien PAPS terhadap rumah sakit antara lain adalah penurunan pendapatan rumah sakit, dalam jangka lama dapat menurunkan kinerja rumah sakit dan akhirnya juga berpengaruh terhadap pengembangan dan kelangsungan hidup rumah sakit.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis determinan pulang atas permintaan sendiri (PAPS) di ruang rawat inap RSUD kota Padangsidimpuan. Informan dalam penelitian ini ada 6 orang yang ditentukan secara purposive. Pengumpulan data meliputi data primer dengan wawancara mendalam (in-depth interview) dan data sekunder diperoleh dari RSUD kota Padangsidimpuan dan instansi terkait. Hasil penelitian dianalisa berdasarkan content analysis

Hasil penelitian menunjukkan determinan pulang atas permintaan sendiri (PAPS) di ruang rawat inap RSUD kota Padangsidimpuan adalah faktor predisposisi pengetahuan dan persepsi, faktor pemungkin fasilitas kesehatan, pelayanan tenaga kesehatan, keterjangkauan biaya, akses geografi dan faktor penguat perilaku petugas kesehatan.

Diharapkan dokter/perawat membangun komunikasi yang lebih baik dengan pasien atau keluarga pasien sehingga pasien mengetahui perkembangan penyakitnya dan bersedia menjalani perawatan di rumah sakit, direktur rumah sakit melengkapi fasilitas sesuai dengan standar rumah sakit kelas B dan bidang pelayanan rumah sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan untuk menekan angka PAPS.


(5)

ABSTRACT

Patient's going back home at their own demand (PAPS) is inpatient who according to the doctor’s statement still require hospitalization and not allowed to go home, but at his own request or a family decides to return or stop inpatient in hospital. Impact of PAPS patients to hospitals include decrease in hospital revenue, in the long term can degrade the performance of the hospital and finally also affect the development and survival of hospital.

This research was a descriptive research with qualitative approach that aims to analyze determinant of the patient's going back home at their own demand at the RSUD Padangsidimpuan. There was 6 informants in this study who was determined purposively. The data collection includes primary data with in-depth interviews and secondary data which obtained from RSUD Padangsidimpuan and other relevant agencies. Analyzed based on content analysis.

The result of this study showed determinant of the patient's going back home at their own demand at the RSUD Padangsidimpuan is predisposing factor is knowledge and perseption, enabling factor affordability of health facilities, health care worker, cost, income, access geography and reinforcing factor is behavioral health personnel.

I t is recommended doctors or nurses establish good communication with patients or family patients so that patients know progression of the disease and willing to undergo treatment, director of the hospital complete of the facilities according with standard of the hospital type B and field hospital services increasing the health services quality to reduce the number of return patient as their own demand.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Destari Uma Iro Siregar

Tempat/Tanggal Lahir : Huta Padang, 21 Desember 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Anak ke : 2 dari 3 Bersaudara

Alamat Rumah : Lingkungan III Simatorkis Sisoma

Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1996-2002 : SD Negeri 142428 Padangsidimpuan 2. 2002-2005 : MTs N Model Padangsidimpuan

3. 2005-2008 : SMAN 1 Padangsidimpuan

4. 2008-2011 : Prodi III Keperawatan STIKes Flora Medan 5. 2012-2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS DETERMINAN PULANG ATAS PERMINTAN SENDIRI (PAPS) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2014”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Heldy BZ, MPH selaku ketua Departemen Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, selaku Dosen Pembimbing I skripsi sekaligus sebagai Ketua Penguji yang juga telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar memberikan saran, dukungan, nasihat bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar memberikan saran, dukungan, nasihat bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.


(8)

4. Ibu Prof. Dr.Dra. Ida Yustina, MSiselaku Penguji I yang telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dr. Fauzi, SKM selaku Penguji IIyang telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina S,MS selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis selama kuliah di FKM USU.

7. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU,terutama Departemen AKK yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Bapak dr. H. Aminuddin selaku Direktur RSUD kota Padangsidimpuan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di wilayah kerja RSUD kota Padangsidimpuan.

9. Ibu Hj. Des Elida Daulay selaku Wadir Komite Klinik dan Diklat RSUD kota Padangsidimpuan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di wilayah kerja RSU Kota Padangsidimpuan.

10.Berbagai pihak di wilayah kerja RSUD kota Padangsidimpuan yang telah memberikan banyak bantuan dan kemudahan selama melakukan penelitian.

11. Teristimewa penulis ucapkan kepada Ayahanda (Alm) Tamamul A.Srg dan Ibunda Syamsiah AmKeb, orangtua yang amat penulis cintai. Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan baik moril dan materil serta doa yang tiada terputus untuk ananda. Kak Fitri Amelia Siregar S. Kep, Ns, Bang Akhir, Carissa Audrey Arsyifa (Mapaca) serta adinda Ijhamni Siregar yang


(9)

memberikan semangat serta motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Sahabatku Nurmala Syari (Lala), Devi Eni, Marlina Sari, Norma, Anni,Kak Desy, Nita, kak Lila, Fitri, Nisa dan teman-teman FKM USU Ekstensi 2012 khususnya departemen AKK terimakasih atas dukungan, motivasi, dan doanya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

13.Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan,Maret 2015 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK. ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1. PENDAHULUAN ... .... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUANPUSTAKA ... 8

2.1 Rumah Sakit ... 8

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit ... 8

2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit ... 8

2.1.3 Fungsi Rumah Sakit ... 13

2.2 Pelayanan Rawat Inap ... 14

2.2.1 Pelayanan Penerimaan/Administrasi ... 17

2.2.2 Pelayanan Dokter ... 17

2.2.3 Pelayanan Keperawatan ... 19

2.2.4 Pelayanan Penunjang Medik dan Non Medik ... 19

2.2.5 Lingkungan Fisik ... 21

2.3 Standar Pelayanan Instalasi Rawat Inap ... 22

2.4 Pulang Atas Permintaan Sendiri ... 23

2.5Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 28

2.6 Fokus Penelitian ... 30

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Informan Penelitian ... 31

3.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 32

3.4.1 Data Primer ... 32

3.4.2 Data Sekunder ... 32


(11)

3.6 Teknik Analisa Data ... 33

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 35

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

4.2 Identitas Informan Pasien PAPS ... 39

4.3 Determinan PAPS ... 40

4.3.1 Faktor Predisposisi ... 40

4.3.1.1 Pengetahuan ... 40

4.3.1.2 Sikap ... 42

4.3.1.3 Kepercayaan ... 43

4.3.1.4 Persepsi ... 43

4.3.2 Faktor Pemungkin ... 46

4.3.2.1 Fasilitas Kesehatan ... 46

4.3.2.2 Pelayanan Petugas Kesehatan ... 48

4.3.2.3 Keterjangkauan Biaya ... 55

4.3.2.4 Pendapatan Keluarga ... 57

4.3.2.5 Akses Geografi ... 58

4.3.3 Faktor Penguat ... 59

4.3.3.1 Perilaku Tenaga kesehatan ... 59

BAB 5. PEMBAHASAN ... 61

5.1 Faktor Predisposisi ... 61

5.1.1 Pengetahuan ... 61

5.1.2 Sikap ... 63

5.1.3 Kepercayaan ... 64

5.1.4 Persepsi ... 66

5.2 Faktor Pemungkin ... 68

5.2.1 Fasilitas Kesehatan ... 68

5.2.2 Pelayanan Tenaga Kesehatan ... 71

5.2.3 Keterjangkauan Biaya ... 74

5.2.4 Pendapatan Keluarga ... 75

5.2.5 Akses Geografi ... 77

5.3Faktor Penguat ... 78

5.3.1 Perilaku Petugas Kesehatan ... 78

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

6.1 Kesimpulan ... 81

6.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

4.1 Distribusi tempat tidur berdasarkan tipe ruangan

di RSUD kota Padangsidimpuan 2014 ... 39

4.2 Identitasinforman pasien PAPS ... 39

4.3 Matriks pengetahuan informan tentang pengertian sakit dan rumah sakit ... 41

4.4 Matriks mengenai sikap informan terhadap pelayanan di ruang rawat inap RSUD kota Padangsidimpuan ... 42

4.5 Matriks mengenai alasan informan dalam pengambilan keputusan ... 43

4.6 Matriks mengenai kondisi informan yang belum sembuh total dan dapat kambuh lagi jika pengobatan tidak tuntas ... 44

4.7 Matriks mengenai informan mengetahui akibat paps dapat membahayakan kesehatan sendiri ... 45

4.8 Matriks mengenai informan tidak dapatmenuntut dokter/rumah sakit ... 45

4.9 Matriks mengenai ketersediaan dan kelengkapan pelayanan pemeriksaan ... 46

4.10 Matriks mengenai ketersediaan obat-obatan ... 47

4.11 Matriks mengenai fasilitas yang tersedia diruang rawat inap ... 48

4.12 Matriks mengenai jam kunjungan/visite dokter ... 49

4.13 Matriks mengenai kejelasan informasi dokter mengenai penyakit ... 50

4.14 Matriks mengenai perhatian dokter pada saat informan mengutarakan keluhan tentang penyakit ... 51

4.15 Matriks mengenai perawat melakukan pekerjaanrutinitasnya ... 52

4.16 Matriks mengenaiinforman memerlukan bantuan dan kesigapan perawat ... 53

4.17 Matriks mengenai perhatian perawatketika mengutarakan keluhan ... 54

4.18 Matriks mengenai prosedur penerimaan pasiendan kewajiban pasien serta peraturan rawat inap ... 55

4.19 Matriks mengenai biaya yang dikeluarkan sesuaidengan penyakit yang diderita ... 56

4.20 Matriks mengenai biaya selama di rumah ... 57

4.21 Matriks mengenai lokasi rumah sakit ... 58

4.22 Matriks mengenai dokter/ perawat dalam melakukan pengobatan ... 59

4.23 Matriks mengenai dokter/ perawat melaksanakan tugas tidak membedakan status sosial ... 60


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara... 86 Lampiran 2. Ijin Penelitian... 89 Lampiran 3. Telah Selesai Penelitian dari RSUD kota Padangsidimpuan... 90


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pelayanan yang bermutu pada dasarnya merupakan suatu pengalaman emosional bagi pelanggan. Jika pelanggan merasa bangga dan puas atau bahkan terkesan dengan jasa yang diterimaakan memperlihatkan kecenderungan yang besaruntuk menggunakan kembali jasa yang ditawarkan oleh perusahaan di masa yang akan datang. Dampak langsung dari kepuasan pelanggan adalah adanya penurunan komplain dan peningkatan kesetiaan konsumen. Demikian pula dengan rumah sakit sebagai perusahaan jasa, jika pelanggan atau pasien merasa puas dengan mutu pelayanan rumah sakit tersebut maka ada kecenderungan untuk setia terhadap pelayanan rumah sakit (Susanty,2009).

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU No. 44 Tahun 2009).Pelayanan rawat inap adalah kegiatan pelayanan terhadap pasien yang masuk rumah sakit, menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosis, terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya. Bagian rawat inap mempunyai kedudukan sangat penting di rumah sakit dalam rangkamenyelenggarakan fungsi utamanya (Ibrahim, 2009).

Keberhasilan suatu perawatan dan pengobatan adalah kesembuhan penderita, sehingga penderita yang menurut pemeriksaan medis dan keperawatan sudah tidak memerlukan pengobatan dan perawatan rawat inap di rumah sakit, berdasarkan


(15)

keputusan dokter diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit atau pulang. Namun pada kenyataannya terdapat beberapa pasien rawat inap yang meninggalkan rumah sakit atas permintaan sendiri walaupun dokter belum memberikan keputusan kepada pasien untuk dapat pulang meninggalkan rumah sakit yang dinyatakan sebagai pasien pulang paksa (Menap, 2007).

Pasien yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS) adalah pasien rawat inap yang menurut pernyataan dokter masihmemerlukan rawat inap dan belum diperbolehkan pulang, tetapi ataspermintaan sendiri atau keluarga memutuskan untuk pulang ataumenghentikan rawat inap di rumah sakit.Bila mengacu padaketentuan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, dipersyaratkan bahwa standar kejadian pulang paksa di rumah sakit adalah ≤ 5%.

PAPS walaupun secara medis belum cukup stabil untuk dirawat di rumahdapat diartikan sebagai ungkapan kekecewaan, ketidakpuasan dan hilangnya kepercayaan (mistrust) terhadap rumah sakit. Dampak pasien PAPS terhadap rumah sakit antara lain adalah penurunan pendapatan rumah sakit, dalam jangka lama dapat menurunkan kinerja rumah sakit dan akhirnya juga berpengaruh terhadap pengembangan dan kelangsungan hidup rumah sakit. Bagi pasien sendiri karena keadaannya belum sembuh atau bahkan bertambah berat.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)kota Padangsidimpuanmerupakan rumah sakit kelas B Non Pendidikan. Rumah sakit ini menyediakan fasilitas rawat inap yang terdiri dari : ruang I untuk perawatan umum dan THT, ruang II untuk perawatan


(16)

perinatologi dan anak, ruang III untuk perawatan penyakit dalam, ruang IV untuk perawatan penyakit paru, VIP, ruang RR (Recovery Room) untuk perawatan dan pemulihan pasca operasi, ruang bersalin untuk perawatan obstetrik dan ginekologi dan ruang mata untuk perawatan penyakit mata. RSUD kota Padangsidimpuan memilki jumlah tempat tidur 144 buah, memiliki 4 (empat) pelayanan spesialis lain diluar dari pelayanan spesialis dasar yaitu Mata, THT, Paru dan Syaraf.

Pasien rawat inap yang keluar dari RSUD kota Padangsidimpuan pada tahun 2013 dengan cara PAPS adalah 886 orang (13, 53%) dari jumlah keseluruhan pasien rawat inap 6547 orang. Tahun 2014 jumlah PAPS di ruang rawat inap dari Januari sampai Oktober berjumlah 587 orang (16, 39%) dari jumlah keseluruhan pasien rawat inap 3580 orang. Berdasarkan hasil survei pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada pasien PAPS di RSUDkota Padangsidimpuan di dapat pasien di kelas I/VIP yang lebih banyak didominasi oleh pejabat kalangan pemerintah, masyarakat menengah ke atas dan beberapa PNS karena mereka menginginkan pelayanan dengan ruangperawatan yang lebih pribadidan nyaman. Pasien di kelas Imemutuskan PAPS karena sudah merasa sembuh walaupun dokter belum memperbolehkan untuk pulang, pasien yang berada di kelas I/VIP rata-rata pasien penyakit dalam, contohnya hanya keluhan sakit perut sehingga dua hari sudah merasa sehat. Pasien yang lain mengatakan ketidaknyamanan di ruangan akibat AC yang rusak, air kamar mandi yang sering mati sehingga tidak sesuai dengan harapan pasien. Keluhan lain mengatakan karena jam visite dokter yang terlambat.


(17)

Hasil wawancara dengan pasien kelas II mereka memutuskan PAPS karena pasien merasa tidak nyaman karena suara bising yang berasal dari poliklinik yang terletak berdampingan dengan rawat inap, ketidakpuasan pasien terhadap penjelasan dokter atau perawat tentang penyakit yang dideritanya dan tidak memperoleh kepastian tentang kondisiserta prognosis penyakitnya, alasan lain diakibatkan karena ketersediaan alat-alat dalam pemeriksaan seperti untuk scanning harus ke rumah sakit lain, sehingga pasien memutuskan untuk pindah ke rumah sakit lain.

Hasil wawancara dengan pasien di kelas III lebih banyakmereka yang menginginkan kesembuhan daripada faktor yang lain, denganharga yang lebih murah. Pasien kelas III memutuskan PAPS karena masalah biaya, mencakup biaya pengobatan, sewa kamar atau ruangan, biaya orang yang menjaga pasien, hal ini diakibatkan pasien berasal dari luar kota, alasan lain karena ingin pindah rawat ke tempat lain dan ketidaknyamanan. Masalah ingin pindah rawat ke tempat lain dan ketidaknyamanan berhubungan dengan tenaga medis/perawat yang kurang ramah dan tidak perhatian dan kondisi ruang rawat inap yang tidak kondusif dikarenakan banyak anggota keluarga yang berkumpul di satu ruangan tersebut. Alasan pasien yang lain adalah tidak ada kemungkinan untuk sembuh atau pasien dengan penyakit kronis.

Berdasarkan data yang dikutip Menap (2007) dari beberapa rumah sakit umum Catalonia – USA, tentang alasan pasien pulang paksa, pada register pasien pulang melaporkan discharge against medical advice (DAMA) pada departemen psikiatrisebesar 0,34% dari total pasien pulang 41.648 dalam periode 2 tahun. Pada


(18)

Internal Medicine Department (Tauli Hospital, Barcelona) tercatat sebesar 0,24% dan 0,44% untuk bagian bedah, 0,26% untuk bedah tulang, 0,32% untuk obstetrics– gynecology dan sebesar 0,93% untuk bagian rehabilitasi. Rata-rata usia pasien DAMA adalah 38,63 tahun dan sebagian besar laki-laki yaitu 59,9%. Dari total DAMA tersebut, 45,8 % berasal dari internal medicine department. Alasan pulang paksa bervariasi antara aspek sosial dan aspek medik yang meliputi isu keluarga, konflik dengan staf / petugas atau sikap dan intervensi yang mengarah negatif.

Penelitian Menap (2007) tentang analisis alasan pasien pulang paksa di RSUD Praya Kabupaten Lombok Tengah tahun 2006, diperoleh angka kejadian pulang paksa5,37% (469 kasus dari 8.733 pasien keluar rumah sakit). Alasan yang ditemukan terdiri atas: alasan biaya, kecewa dengan pelayanan yang diberikan dan konflik dengan sikap dan perlakuan petugas. Hasil penelitian Thenie (2002) tentang persepsi pasien pulang paksa terhadap pelayanan rumah sakit di RSUD Karawang menunjukkan bahwa kasus pasien PAPS di RSUD Karawang berhubungandengan faktor biaya dan faktor pelayanan rumah sakit. Faktor biaya yang dikeluhkan adalah tingginya biaya obat yang dikeluarkan sedangkan faktor pelayanan yang dikeluhkan adalah ketidakramahan dan kekurangtanggapan dari pemberi pelayanan dan masalah kebersihan di ruang perawatan.

Penelitian Purwanto (2008) dalam karya tulis ilmiahnya tentang faktor- faktor yang melatarbelakangi pulang paksa didapat adalah faktor promotion (40%) dengan kategori penjelasan yang diberikan kurang atau tidak dimengerti klien, faktor process (30%) dengan kategori prosedur dan penanganan membuat klien tidak nyaman, faktor


(19)

price (23%) dengan kategori harga yang tidak sesuai dengan daya beli klien, faktor place (16%) dengan kategori jarak RS dengan dengan rumah klien membutuhkan biaya transportasi yang banyak, faktor product (10%) dengan kategori penanganan yang diberikan tidak mengatasi keluhan, faktor people (6.6%) dengan kategori pendekatan terhadap klien tidak dilakukan.

Penelitian Fauziah (2013) tentang analisis persepsi pasien pulang atas permintaan sendiri(PAPS) terhadap kualitas pelayanan dan harga menunjukkan penyebab PAPS pada pasien VIP dan kelas I adalah karena faktor individu/keluarga, sedangkan pasien kelas II karena faktor pelayanan dan pasien kelas III karena faktor biaya. Faktor pelayanan yang dikeluhkan adalah kekurangtanggapan dan kurangnya komunikasi dari pemberi pelayanan, sedangkan faktor biaya yang dikeluhkan adalah karena banyaknya pemeriksaan penunjang medis yang dilakukan pada pasien.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa masalah kasus PAPS yang cukup tinggi sehingga walaupun penyakit pasien belum teratasi mereka memaksa untuk keluar dari rumah sakit tersebut. PAPSyang terus terjadi dan tidakdikendalikan maka fungsi sosial rumah sakit dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat menjadi tidak optimal.

Dari uraian tersebut diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Analisis Determinan Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) di Ruang Rawat Inap RSUD kota Padangsidimpuan Tahun 2014”.


(20)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka dapat dirumuskan bahwa masalah dalam penelitian ini adalah determinan apa saja penyebab pasien PAPS di ruang rawat inap RSUD kota Padangsidimpuan.

1.3.Tujuan Penelitian

Untuk menganalisisdeterminan pasien pulang atas permintaan sendiri(PAPS) di ruang rawat inap RSUD kota Padangsidimpuan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Diharapkan bisa menjadi salah satu informasi dan bahan masukan bagi RSUDkota Padangsidimpuan tentang determinan PAPS di ruang rawat inap. 2. Diharapkan bisa menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi bidang

pelayanan RSUD kota Padangsidimpuan untuk perbaikan mutu dan program pelayanan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (UU No. 44 Tahun 2009).

Menurut Hospital Association dalam Azwar (2010) menyatakan rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit

Pengklasifikasian rumah sakit dibedakan berdasarkan jenis penyelenggaraan pelayanan, yang terdiri dari rumah sakit umum (RSU), yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua bidang dan jenis penyakit dan rumah sakit khusus (RSK), yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada suatu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan kekhususannya. Klasifikasi rumah sakit umum adalah pengelompokan rumah sakit umum berdasarkan perbedaan tingkatan menurut kemampuan pelayanan kesehatan, ketenagaan, fisik dan peralatan yang dapat disediakan dan berpengaruh terhadap beban kerja, yaitu rumah sakit kelas A, B, C dan D.


(22)

Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 Tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit. Persyaratan rumah sakit umum kelas A antara lain sebagai berikut :

1. Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 5 (lima) pelayanan spesialis penunjang medik, 12 pelayanan medik spesialis lain dan 13 pelayanan medik sub spesialis.

2. Kriteriafasilitas dan kemampuan rumah sakit umum kelasA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non klinik.

3. Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu anak /keluarga berencana.

4. Pelayanan medik subspesialis terdiri dari subspesialis bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, jiwa, paru, orthopedi dan gigi mulut.

5. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 18 orang dokter umum dan 4 (empat) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.


(23)

6. Pada pelayanan medik spesialis dasar harus ada masing-masing minimal 6 (enam) orang dokter spesialis dengan masing-masing 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.

7. Pada pelayanan spesialis penunjang medik harus ada masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.

8. Pada pelayanan medik subspesialis harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter subspesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai tenaga tetap.

9. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.

10.Jumlah tempat tidur minimal 400 buah.

Persyaratan rumah sakit umum kelas B antara lain sebagai berikut :

1. Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayananmedik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 4 (empat) pelayananspesialis penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan medik spesialis lainnya dan 2(dua) pelayanan medik subspesialis dasar.

2. Kriteria, fasilitas dan kemampuan rumah sakit umum kelasB sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayananmedik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medikspesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut,


(24)

pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik.

3. Pelayanan medik umum terdiri dari pelayanan medik dasar, pelayanan medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu anak /keluarga berencana.

4. Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.

5. Pelayanan medik spesialis dasar terdiri dari pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi.

6. Pelayanan spesialis penunjang medik terdiri dari pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik.

7. Pelayanan medik spesialis lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 pelayanan meliputi mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik.

8. Pelayanan medik subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi : bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi. 9. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 12 orang dokter umum dan 3

(tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.

10.Pada pelayanan medik spesialis dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap.


(25)

11.Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.

12.Jumlah tempat tidur minimal 200 buah.

Persyaratan rumah sakit umum kelas C antara lain sebagai berikut :

1. Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar dan 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik.

2. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.

3. Pada pelayanan medik spesialis dasar harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.

4. Pada setiap pelayanan spesialis penunjang medik masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.

5. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.

6. Jumlah tempat tidur minimal 100 buah.

Persyaratan rumah sakit umum kelas D antara lain sebagai berikut :

1. Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) pelayanan medik spesialis dasar.


(26)

2. Pelayanan medik spesialis dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenis pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi.

3. Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter umum dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.

4. Pada pelayanan medik spesialis dasar harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis dari 2 (dua) jenis pelayanan spesialis dasar dengan 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.

5. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.

6. Jumlah tempat tidur minimal 50 buah. 2.1.3 Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan.Sesuai dengan Undang- undang Nomor 44 Tahun 2009 fungsi rumah sakit adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. 3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam


(27)

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2 Pelayanan Rawat Inap

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang rawat inap tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, dan atau pelayanan medis lainnya, dimana peserta dan atau anggota keluarganya dirawat inap paling singkat 1 (satu) hari.

Pelayanan rawat inap adalah kegiatan pelayanan terhadap pasien yang masuk rumah sakit, menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosis, terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya.Bagian rawat inap mempunyai kedudukan sangat penting di rumah sakit dalam rangkamenyelenggarakan fungsi utamanya. Tenaga yang terlibat dalam pemberian pelayanan pasien antara lain dokter, perawat, bidan, ahli gizi, dan tenaga keteknisian kesehatan lainnya.

Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yangterdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya (Anjaryani, 2009) .

Menurut Jacobalis (1990) kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya adalah:


(28)

1. Penampilan keprofesian menyangkut pengetahuan, sikap, perilaku dokter, perawat dan tenaga profesi lainnya.

2. Efisiensi dan efektifitas, menyangkut pemanfaatan sumber daya di rumah sakit agar dapat berdaya guna dan berhasil guna.

3. Keselamatan pasien, menyangkut keselamatan dan keamanan pasien

4. Kepuasan pasien, menyangkut kepuasan fisik, mental, dan sosial terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan dan sebagainya.

Menurut Muslihuddin (1996), mutu asuhan pelayanan rawat inap dikatakan baik apabila:

1. Memberikan rasa tentram kepada pasiennya yang biasanya orang sakit. 2. Menyediakan pelayanan yang benar-benar professional dari setiap strata

pengelola rumah sakit. Pelayanan bermula sejak masuknya pasien ke rumah sakit sampai pulang pasien.

Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut:

1. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin memerlukan penanganan segera.

2. Penanganan pertama dari perawat dan dokter profesional harus mampu membuat kepercayaan pada pasien.

3. Ruangan yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah sakit.


(29)

4. Peralatan yang memadai dengan operator yang profesional memberikan nilai tambah.

5. Lingkungan rumah sakit yang nyaman.

Lingkup kegiatan di ruang rawat inap rumah sakit meliputi kegiatan asuhan dan pelayanan keperawatan, pelayanan medis, gizi, administrasi pasien meliputi pendataan pasien dan penandatanganan surat pernyataan keluarga pasien (apabila diperlukan), rekam medis, pelayanan kebutuhan keluarga pasien (berdoa, menunggu pasien, mandi, dapur kecil/ pantry, konsultasi medis). Klasifikasi perawatan rumah sakit telah ditetapkan berdasarkan tingkat fasilitas pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit, yaitu kelas utama (termasuk VIP), kelas I, Kelas II dan kelas III.

Menurut Azwar (1996)sejak pasien dirawat di rumah sakit hingga diperbolehkan pulang, maka pasien rawat inap akan mendapat pelayanan sebagai berikut:

2.2.1 Pelayanan Penerimaan/ Administrasi

Pelayanan penerimaan pasien merupakan bagian yang paling utama dari pelayanan rumah sakit, karena dari bagian ini awal dari seluruh bentuk dan pelayanan kesehatan. Pada bagian ini pula kesan pertama dirasakan oleh pasien atau keluarga pasien akan mutu pelayanan sebuah rumah sakit. Salah satu tujuan pelayanan penerimaan pasien adalah menciptakan suasana transisi yang lancar dan menyenangkan bagi pasien. Kesan pertama terhadap penerimaan pasien. Kesan ini sering menetap dalam diri pasien dan mempengaruhi sikap mereka terhadap lembaga, staf, dan perawatan atau pelayanan yang mereka terima (Aditama, 2003).


(30)

Menurut Herkunto (1995) selama pasien dirawat dirumah sakit maka apa yang menjadi hak pasien telah diterima sesuai dengan kemampuan rumah sakit saat itu. Sebagai bagian terakhir proses perawatan sebelum pasien pulang maka salah satu kewajiban memberikan pembayaran yang pantas kepada pihak pemberi jasa, dalam hal ini rumah sakit. Hal ini ditegakkan demi tercapainya kesebandingan antara hak dan kewajiban dalam hubungan pasien dengan pihak pemberi jasa. Tentunya kewajiban ini dilakukan sesuai dengan keadaan ekonomi pasien.

2.2.2 Pelayanan Dokter

Dokter adalah unsur paling berpengaruh dalam menentukan kualitas pelayanan rumah sakit kepada pasien. Dokter dapat dianggap sebagai jantung dari sebuah rumah sakit. Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat di pertanggungjawabkan (Aditama, 2003).

Donabedian (1980) yang dikutip Anjaryani (2009) mengatakan bahwa perilaku dokter dalam aspek manajemen, manajemen lingkungan sosial, manajemen psikologi danmanajemen terpadu, manajemen kontinuitas dan koordinasi kesehatan dan penyakit harus mencakup beberapa hal, yaitu :

a. Ketepatan diagnosis

b. Ketepatan dan kecukupan terapi


(31)

d. Koordinasi perawatan secara kontinuitas bagi semua anggotakeluarga

Dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya, maka dokter harus menghargai serta menghormati hak-hak mereka. Adapun hak-hak pasien seperti yang tercantum dalam penjelasan pasal 32 undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit setiap pasien mempunyai hak 1) memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di rumah sakit, 2) mendapat informasi yang meliputi diagnosis dantata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan, 3) memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya didampingi keluarganya dalam keadaan kritis, 4) memperoleh layanan kesehatan yang bermutusesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.

2.2.3 Pelayanan Keperawatan

Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai autonomi yang didefenisikan sebagai fungsi professional yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang


(32)

ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan.

2.2.4 Pelayanan Penunjang Medik dan Non Medik

Untuk dapat melakukan tugasnya, maka rumah sakit umum harus menjalankan beberapa fungsi, satu diantaranya adalah fungsi menyelenggarakan pelayanan penunjang medik dan nonmedik (Aditama, 2003).

Pelayanan penunjang medik diagnostik meliputi : 1. Laboratorium

2. Radiologi

3. Electro cardio graph (EGC) 4. Ultrasonography (USG)

5. Unit Gawat Darurat, dan lain-lain.

Pelayanan penunjang medik teraupetik meliputi : 1. Farmasi

2. Terapi rehabilitasi medik : terapi fisik, terapi respirasi, terapi wicara dan terapi okupasi.

3. Pelayanan sosial 4. Radioterapi

5. Psikologi klinik (Aditama, 2003).

Umumnya pasien rawat inap merasa puas bila seluruh pemeriksaan dan pengobatan sudah disiapkan oleh rumah sakit. Demikian juga kebutuhan-kebutuhan mendadak seperti alat-alat selalu sudah tersedia dan siap pakai. Di dalam rumah sakit


(33)

pelayanan kesehatan hampir seluruhnya merupakan pemberian obat. Obat dan semua alat untuk melakukan pengobatan tidak dapat dipisahkan dari rumah sakit dan tersedianya merupakan suatu keharusan yang mutlak. Bagian farmasi rumah sakit bertanggung jawab atas kuantitas maupun kualitasnya, baik dari mulai pengadaannya, pendistribusiannya, sampai pada pengawasannya. Penyaluran pada pasien harus tepat dalam waktu, jumlah dan cara pemakaiannya. Demikian obat-obatan harus tersedia saat bila diperlukan dan memenuhi standar yang diwajibkan.

Makanan yang dihidangkan harus dalam jumlah perkiraan kebutuhan, enak dipandang, dapat dicerna dengan baik, bebas dari kontaminasi, memperhatikan nutrisi dan memenuhi standar resep, serta penyajiannya pada waktu yang tepat dan teratur. Pada hakekatnya pelayanan gizi adalah penerapan ilmu dan seni dalam membantu seseorang dalam keadaan sehat atau sakit untuk memilih dan memperoleh makanan yang sesuai guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Di rumah sakit pelayanan ini ditunjukkan kepada pasien rawat inap, rawat jalan serta karyawan.

2.2.5 Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik dan non fisik rumah sakit juga dapat mempengaruhi kenyamanan pasien dalam menjalani rawat inap.Hospitalisasi merupakan perlakuan, peraturan, dan suasana baru yang ditimbulkan atas konsekuensi ditentukannya rawat inap di rumah sakit bagi seorang pasien.Akibat yang ditimbulkan oleh hospitalisasi seringkali menuntut pasien untuk beradaptasi dengan cepat dan terdapat hambatan-hambatan yang cukup besar, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dan berakibat pada penolakan rawat inap (Susanty, 2009).


(34)

Kondisi lingkungan fisik ruang perawatan memerlukan situasi yang tenang, nyaman, bersih dan syarat-syarat tertentu. Untuk menuju kearah itu sebenarnya rumah sakit telah mempunyai dasar acuan berupa Kepmenkes Nomor: 1204/ Menkes/ SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit antara lain: 1) lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup, 2) sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa, 3) pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan.

Lingkungan fisik merupakan tempat di mana pasien berada selama menjalani perawatan di rumah sakit. Bangunan rumah sakit harus direncanakan sesuai dengan persyaratan ruang bangunan yang bertujuan menciptakan ruangan yang nyaman, bersih, dan sehat, sehingga tidak memberikan dampak negatif pada proses penyembuhan pasien, pada pengunjung, dan juga pada tenaga kerja rumah sakit. Untuk menjaga dan memelihara kondisi ini bukan hanya tugas pimpinan tapi menjadi tugas semua pegawai rumah sakit termasuk pasien dan pengunjungnya. Dengan demikian diperoleh suasana yang aman, asri, tenteram, bebas dari segala gangguan sehingga dapat memberikan kepuasan pasien dalam proses penyembuhan penyakit. 2.3 Standar Pelayanan Instalasi Rawat Inap

Standar pelayanan minimal (Kepmenkes 129 Tahun 2008) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.Selain itu juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan


(35)

Umum. Dengan disusunnya SPM diharapkan dapat membantu pelaksanaan penerapan Standar Pelayanan Minimal di rumah sakit. SPM ini dapat dijadikan acuan bagi pengelola rumah sakit dan unsur terkait dalam melaksanakan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan setiap jenis pelayanan.

Tabel 2.1. Standar Pelayanan Minimal Menurut Departemen Kesehatan

Pelayanan Indikator Standar

Rawat Inap 1. Pemberian pelayanan di Rawat Inap

2. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) rawat inap

3. Ketersediaan pelayanan rawat inap

4. Jam visite Dokter Spesialis

5. Kejadian infeksi pasca operasi 6. Kejadian infeksi nosokomial

7. Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan / kematian

8. Kematian pasien > 48 jam 9. Kejadian pulang paksa 10. Kepuasan pelanggan

1. a. dr Spesialis b. Perawat minimal pendidikan D3 2. 100%

3. Anak, Penyakit

Dalam, Kebidanan, Bedah

4. 08.00 s/d 14.00 wib setiap hari kerja

5. ≤ 1,5 %

6. ≤ 1,5 %

7. 100 %

8. ≤ 0.24 %

9. ≤ 5 %

10. ≥ 90 %


(36)

2.4 Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)

Setelah beberapa lama dirawat di rumah sakit kemudian pasien akanberhenti menjalani rawat inap dan keluar. Adapun pembagian berdasarkan cara keluar dapat dibedakan atas :

1. Diijinkan Pulang/ Boleh Pulang

Diijinkan pulang/boleh pulang adalah pasien rawat inap yang keluar dari rumah sakit atas keputusan dokter karena sudah tidak memerlukan rawat inap dan diperbolehkan pulang.

2. Pulang paksa/Pulang Atas Permintaan Sendiri

Pulang paksa/Pulang Atas Permintaan Sendiri adalah pasien rawat inap yang menurut pernyataan dokter masihmemerlukan rawat inap dan belum diperbolehkan pulang, tetapi ataspermintaan sendiri atau keluarga memutuskan untuk pulang ataumenghentikan rawat inap di rumah sakit. Tanggung jawab atas kejadianyang dialami oleh pasien setelah pulang paksa menjadi tanggungjawabpasien sendiri atau keluarga yang memutuskan, hal ini dituangkan dalamsurat pernyataan yang harus di tanda tangani oleh pasien, petugas rumahsakit, dan saksi.

3. Lari

Lari adalah pasien rawat inap yang menurut pernyataan dokter masihmemerlukan rawat inap tetapi keluar dari rumah sakit tanpa sepengetahuanpetugas sehingga meninggalkan kewajibannya.


(37)

4. Dirujuk

Dirujuk adalah pasien rawat inap yang keluar dari rumah sakit atas keputusandokter yang menangani berdasarkan alasan tertentu dikirim ke rumah sakitlain untuk memperoleh pelayanan kesehatan lebih lanjut.

5. Meninggal

Meninggal adalah pasien rawat inap yang keluar dari rumah sakit dalam keadaan mati.

Pulang paksa atau discharge against medical advice (DAMA) adalah pemutusan kontrak kesepakatan antara provider dengan klien sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bahwa kegiatan pelayanan diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara provider dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan. Menteri Kesehatan nomor: 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, dipersyaratkan bahwa standar kejadian pulang paksa di rumah sakit adalah ≤ 5%.

Menurut Thenie (2002) beberapa contoh kejadian/kondisi yang menimbulkan ketidakpuasan sehingga pasien meminta pulang paksa adalah biaya pelayanan yang terlalu tinggi, tempat yang kurang nyaman, informasi yang kurang akurat dan memadai bagi pasien, tenaga medis/paramedis yang kurang profesional serta prosedur administrasi atau birokrasi yang terlalu rumit.


(38)

Pulang paksa adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan pasien yang menolak perawatan yang diajukan pihak rumah sakit dengan berbagai alasan. Alasan yang paling sering dikemukakan adalah kamar untuk rawat inap yang penuh atau yang lebih sering lagi adalah karena tidak ada biaya. Kejadian ini cukup sering ditemui di rumah sakit pemerintah, pasien-pasien yang terpaksa pulang tersebut mayoritas berasal dari kalangan menengah ke bawah.Jika ada yang berasal dari kalangan menengah ke atas biasanya menolak perawatan karena ingin dirujuk ke rumah sakit lain .

PAPS adalah pasien rawat inap yang menurut pernyataan dokter masihmemerlukan rawat inap dan belum diperbolehkan pulang, tetapi ataspermintaan sendiri atau keluarga memutuskan untuk pulang ataumenghentikan rawat inap di rumah sakit. Tanggung jawab atas kejadianyang dialami oleh pasien setelah pulang paksa menjadi tanggungjawabpasien sendiri atau keluarga yang memutuskan, hal ini dituangkan dalamsurat pernyataan yang harus di tanda tangani oleh pasien, petugas rumahsakit, dan saksi (Susanty, 2009).

PAPS merupakan hak otonomi pasien. Ketika pasien pulang, pasien harus paham diagnosis dan rencana pelayanan medis yang akan dikerjakan oleh dokter. Setelah mendapat penjelasan dan memahami penjelasan tersebut, keputusan pasien untuk menerima rencana pelayanan atau tidak dapat dibuat dengan tepat. Adapun penyebab PAPS adalah antara lain pasien tidak mengerti mengapa saat atau sudah diopname, tetapi belum sembuh juga, dokter yang gagal menjelaskan bahwa penyakit itu tidak bisa sembuh secara instan tetapi harus perlahan, pasien merasa tidak betah


(39)

dengan fasilitas yang ada di tempat rawat inap, pasien memiliki keinginan untuk dirawat di tempat yang lebih bagus.

Apapun alasannya keinginan pasien untuk dirawat di rumah harus dihargai. Tetapi sebelum pasien pulang, staf keperawatan harus mematuhi langkah-langkah berikut: 1) mengkaji status pasien, 2) memberi tahu dokter yang memeriksa pasien dan memberitahukannya tentang; permintaan pasien untuk pemulangan, alasan pasien (seperti yang dinyatakan oleh pasien), pengkajian terhadap kondisi mental dan fisik pasien yang terakhir, adanya informasi penting lain berkaitan dengan permintaan tersebut.

Menurut Bail yang dikutip Susanty (2009) jika dokter memberi instruksi untuk memulangkan pasien, lakukanproses intruksi tersebut berdasarkan kebijakan dan prosedur fasilitas, seperti yang ditunjukkan pada langkah-langkah berikut:

1. Instruksikan pasien untuk membaca, mengisi dan

menandatanganipernyataan pulang paksa dan format kuesioner pulang paksa.

2. Mendokumentasikan dengan jelas seluruh insiden dalam

ringkasanpemulangan yang terdapat dicatatan klinis pasien. 3. Menyelesaikan semua prosedur pemulangan

4. Memberitahukan kantor pendaftaran, penyelia keperawatan dan administrator


(40)

Kesemua hal di atas penting karena jika setelah di pulangkan terjadi sesuatu terhadap pasien, keluarga tidak boleh menuntut ke dokter atau rumah sakit.apalagi menyuruh dokter datang untuk memeriksa pasien di rumah.

2.5 Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor – faktor lain dari orang yang bersangkutan, faktor – faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Determinan internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yaitu bersifat

given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang ( Notoatmodjo, 2010).

Menurut Skiner yang dikutip Notoatmodjo (2010),perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus-organisme-respons dan untuk respons itu sendiri Skiner membaginya menjadi dua jenis yaitu perilaku tertutup dan terbuka.

Teori Skiner tersebut menjelaskan perilaku yang ada didalam masyarakat dalam mengatasi penyakitnya. Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but not illness) tentu tidak akan


(41)

bertindak apa-apa terhadap penyakit tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit tidak sama dengan persepsi tenaga kesehatan mengenai konsep sehat-sakit itu sendiri, dan persepsi sehat-sakit masyarakat erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Green (1980) yang dikutip Notoatmodjo (2010), menjadi 3 kategori utama kecenderungan dalam menggunakan pelayanan kesehatan yaitu:

1) Faktor Predisposisi (Predisposing factor)

Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, ini digunakan untuk menggambarkan bahwa setiap individu memiliki kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Dan hal itu disebabkan oleh karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam: pengetahuan, sikap, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal –hal yang berkaitan dengan kesehatandan persepsi, serta faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan) akan mempengaruhi motivasi perorangan maupun kelompok untuk melakukan tindakan. Hal ini lebih mengarah pada tingkat kepercayaan dari pengguna pelayanan kesehatan tersebut.

2) Faktor Pemungkin (Enabling factor)

Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, ini mencakup personal skill dan


(42)

sumber daya kelompok maupun sumber daya masyarakat, antara lain ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, biaya, pendapatan keluarga, jarak, akses, transportasi, jam buka pelayanan kesehatan yang tersedia. 3) Faktor Penguat(Reinforcing factor)

Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Hal ini menjelaskan bahwa salah satu yang menjadi faktor untuk menentukan pelayanan kesehatan tersebut diminati atau tidak diminati oleh masyarakat dilihat dari sikap dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.5 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian, maka dapat digambarkan fokus penelitian sebagai berikut:

Perilaku PAPS Faktor Predisposisi

- Pengetahuan - Sikap

- Kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan - Persepsi

Faktor Pemungkin - Fasilitas kesehatan

- Pelayanan tenaga kesehatan - Keterjangkauan biaya - Pendapatan keluarga - Akses geografi

Faktor Penguat -Perilaku tenaga kesehatan


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. JenisPenelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang yang bersifat deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggali lebih mendalamdeterminanpulangataspermintaansendiri (PAPS) di ruangrawatinapRSUD kotaPadangsidimpuantahun 2014.

3.2. Lokasi dan WaktuPenelitian

Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap RSUD kota Padangsidimpuan. Alasan dipilihnya lokasi ini adalah karena masih tingginya PAPS di ruang rawat inap dari Januari sampai Oktober 2014 yaitu sebesar 587orang (16.39%). Waktu penelitian dilakukan dari bulan Juni sampai dengan November.

3.3. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive,yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah pasien PAPS, keluarga atau yang mendampingi pasien dan dokter/ perawat.


(44)

3.4. MetodePengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan pengamatan, wawancara mendalam (in-depth interview) dengan pasien/keluarga atau yang mendampingi pasien dan melalui observasi. Tujuan wawancara mendalam adalah untuk menggali informasi lebih dalam tentang PAPS di ruang rawat inap RSUD kota Padangsidimpuan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperoleh dari pencatatan data dan dokumentasi lainnya daril aporan ruang rawat inap Kelas I, Kelas II, dan Kelas III selama tahun 2013 dan Januari sampai Agustus 2014 di RSUD kota Padangsidimpuan.

3.5. Definisi Konsep

a. PAPS adalah perilaku pasien yang pulang sebelum diperbolehkan oleh dokter di ruang rawat inap.

b. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui informan mengenai sakit dan rumah sakit.

c. Sikap adalah kecenderungan informan untuk berespons terhadap pelayanan rawat inap RSUD kota Padangsidimpuan.

d. Kepercayaan masyarakat terhadap hal –hal yang berkaitan dengan kesehatan adalah keyakinan keluarga yang berkaitan dengan kesehatan dan dapat memengaruhi dalam pengambilan keputusan.


(45)

e. Persepsi adalah pendapat pasien tentang kondisi penyakitnya dan akibat mengenai PAPS.

f. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah sarana dan prasarana kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan kepada pasien selama dirawat seperti pemeriksaan laboratorium, obat-obatan danruangrawatinap. g. Pelayanan tenaga kesehatan adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien

selama dirawat di rumah sakit oleh dokter, perawat dan pegawai administrasi.

h. Keterjangkauan biaya adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan di RSUD kota Padangsidimpuan sesuai dengan penyakit pasien. i. Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan informan maupun keluarga

yang dihitung dalam satu bulan.

j. Akses geografi yaitu faktor-faktor yang memudahkan atau menghambat meliputi lokasi dan transportasi umum ke RSUD kota Padangsidimpuan. k. Perilaku tenaga kesehatan adalah tindakan tenaga pada pasien RSUD kota

Padangsidimpuan berupa sikap ramah, sopan dan tidak membedakan status sosial.

3.6. TeknikAnalisa Data

Setelah didapat informasi dari para informan maka dilakukan analisis isi (content analysis). Kemudian dilakukan pengaturan informasi, koding dilanjutkan data yang banyak jumlahnya serta memudahkan dalam mengambil kesimpulan. Matriks merupakan suatu bagan yang menyerupai tabel, tetapi terdiri dari kata-kata


(46)

bukan angka. Untuk meningkatkan validitas data maka dilakukan triangulasi yaitu: Triangulasi sumber dengan memilih informan yang dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Moleong, 2007).


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Padangsidimpuan merupakan salah satu Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang didirikan pada tahun 1937, dimana letak bagunannya berada di Jl. Dr. Ferdinand Lumban Tobing, Kelurahan Wek IV Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Tanggal 22 Februari 1979 No : 51/MENKES/SK/11/1979. Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan ditetapkan sebagai Rumah Sakit Berstatus Kelas “C”, dan dengan Struktur Hirarki Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah telah ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Tanggal 10 Maret 1983 No : 061-1-58/K/Tahun 1983 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan, selanjutnya dikembangkan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara tanggal 21 Juni 1996 No. 11 Tahun 1996.

Untuk memenuhi perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang terus menerus meningkat disertai dengan keberhasilan pengelolaan dan pembangunan yang dilaksanakan, Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan dinaikkan kelasnya menjadi Rumah Sakit Umum Kelas “B” Non Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 316/MENKES/SK/IV/1999 Tanggal 23 April1999.Dengan Persetujuan Menteri Dalam Negeri No : 061/1732/SJ/1999


(48)

Tanggal 23 Juli 1999, kemudian dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan dengan nomor Surat Keputusan No : 8 Tahun 1999.

Seiring dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Padangsidimpuan, maka Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan menjadi Lembaga Teknis Daerah berbentuk Badan Milik Pemerintah Kota Padangsidimpuan, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No. 05 Tahun 2003 yang kemudian berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan sesuai dengan Peraturan Walikota Padangsidimpuan Nomor : 33 / PW / 2008 Tanggal 03 Nopember Tahun 2008 dan dipimpin seorang Direktur dan dibantu 3 Wakil Direktur (Profil RSUD kota Padangsidimpuan).

4.1.2 Letak Geografis Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan

Rumah Sakit Umum Kota Padangsidimpuan secara geografis sangat strategis berada di Pusat Kota Padangsidimpuan dan posisi Silang jalur lintas darat antara Sumatera dan Jawa atau sebaliknya, apalagi jarak tempuh jalan darat ke Pusat Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara ( Medan ) sejauh 475 Km dengan menghabiskan waktu tempuh ± 10 jam perjalanan. Kondisi jarak ini membuat Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan menjadi tumpuan harapan masyarakat dalam pelayanan bidang kesehatan dari berbagai daerah sekitarnya dijalur Pantai Bagian Barat Provinsi Sumatera Utara, antara lain :

1. Kabupaten Tapanuli Selatan 2. Kabupaten Padanglawas Utara


(49)

3. Kabupaten Padanglawas 4. Kabupaten Mandailing Natal 5. Kabupaten Tapanuli Tengah 6. Kabupaten Nias

7. Kota Sibolga

8. Provinsi Riau ( Perbatasan)

9. Provinsi Sumatera Barat ( Perbatasan) Sebagai tempat Pendidikan dan Latihan dari:

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara 2. Akademi Bidan Dep. Kes RI Padangsidimpuan

3. Akademi Perawat Syuhada Padangsidimpuan 4. Akademi Bidan Sentral Padangsidimpuan

dan lain-lain.

4.1.3 Demografis Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan

Berdasarkan data terakhir tercatat, bahwa jumlah Penduduk kota Padangsidimpuan adalah 188,499 jiwa yang terdiri dari 79,348 laki-laki dan 90,608 perempuan. Diperkirakan Jangkauan RSUD kota Padangsidimpuan yang meliputi beberapa Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara maupun di luar Provinsi maka jumlah total masyarakat yang dilayani diperkirakan jauh dari jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan.


(50)

4.1.4 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan

Visi Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan adalah “Rumah Sakit Umum yang diminati oleh masyarakat”. Rumah Sakit yang memberikan pelayanan profesional kepada masyarakat dan sebagai pusat pelayanan rujukan di Wilayah Bagian Pantai Barat Sumatra Utara.

Untuk mencapai Visi yang telah dirumuskan diatas maka ditetapkan Misi sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan Kesehatan secara profesional kepada masyarakat sesuai Standart (SPM).

2. Mengelola administrasi dan keuangan Rumah Sakit Umum secara Transparan dan Akuntabel sesuai peraturan perundang - undangan sehingga mendukung pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Tugas pokok Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan adalah :

1. Memberikan pelayanan dengan sentuhan nurani dan sentuhan islami.

2. Cepat, tanggap dan peduli terhadap kepentingan pelanggan di dalam memberikan pelayanan.

3. Memberikan pelayanan secara profesional yang sesuai standar, didukung dengan kompetensi SDM yang memadai.

4. Memberikan pelayanan harus penuh cinta kasih dan tulus ikhlas

Rumah Sakit UmumPadangsidimpuan memiliki 144 tempat tidur, yang berada pada berbagai tipe ruangan.Distribusi jumlah tempat tidur dapat dilihat pada Tabeldi bawah ini:


(51)

Tabel 4.1 Distribusi Tempat Tidur Berdasarkan Tipe Ruangan di RumahSakitUmumDaerah Kota Padangsidimpuan 2014

No Tipe Ruangan Jumlah Tempat Tidur

1 Kelas I/ VIP 10

3 Kelas II 39

4 5

Kelas III ICU

93 2

Jumlah 144

Sumber : Profil Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan Tahun 2014

4.2 Identitas Informan Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)

Informan pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS) dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang mana identitas informan pasien PAPS meliputi,kelas perawatan, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, dan status bayar yang diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.2 IdentitasInforman Pasien PAPS Jenis

Kelamin

Umur (Thn)

Pendidikan Pekerjaan Status Bayar

I/VIP P 30 PT PNS BPJS

II L 70 SLTA Wiraswasta Umum

II P 48 SLTA IRT Umum

III P 52 SD IRT Umum

III L 57 SLTA Wiraswasta Umum

III L 85 SD Petani BPJS

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah informan pasien PAPS dalam penelitian ini adalah 6 informan, yang terdiri dari 3 orang perempuan dan 3 orang laki-laki. Tingkat pendidikan para informan pasien PAPS adalah sebagai berikut: 1 orang berpendidikan Perguruan Tingi, 3 orang lulusan SLTA dan 2 orang lulusan SD.


(52)

Pekerjaan para informan pasien PAPS terdiri dari 1 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), 2 orang wiraswasta, 1 orang petani dan 2 orang ibu rumah tangga. Untuk status bayar 4 informan merupakan pasien umum (pembayaran ditanggung sendiri), 2 informan pasien BPJS.

Berdasarkan status pernikahan 6 informan ini sudah berstatus menikah, mengenai alamat 3 informan masih dalam kota sedangkan 3 informan lainnya berada diluar kota. Dari hasil observasi lama rawatan yang dijalani 5 informan menjalani 3 hari perawatan di rumah sakit, 1 informan menjalani 8 hari perawatan di rumah sakit. Diagnosa informan yang diteliti adalah Typus Abdominalis, Hipertensi, Hipertensi dengan komplikasi jantung koroner, PSMBA (Penyakit Saluran Makan Bagian Atas) + Gastritis, GE (Gastro Enteritis) dan Dyspepsia.

4.3 Determinan PAPS 4.3.1 Faktor Predisposisi 4.3.1.1 Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkanternyata 6 informan belum mengetahui pengertian sakit yang sesuai dengan konsep sakit menurut penyelenggara pelayanankesehatan sedangkan pengertian rumah sakit 6 informan mengetahui bahwa rumah sakit adalah tempat menyediakan pelayanan kesehatan. Pengetahuan informan akan lebih baik lagi jika dokter atau perawat memberi penjelasan mengenai konsep sakit yang sebenarnya menurut konsep sehat sakit menurut penyelenggara kesehatan. Pengetahuan ini akan membawa informan untuk berfikir dan berusaha


(53)

supaya tetap menggunakan pelayanan yang ada di rumah sakit sampai ia sehat (tidak ada keluhan).

Tabel 4.3 Matriks mengenai pengetahuan informan tentang pengertian sakit dan rumah sakit

No. Informan Pernyataan

Informan kelas I/VIP

Informan kelas II-1 Informan kelas II-2

Informan kelas III-1

Informan kelas III-2

Informan kelas III-3

Sakit itu udah gak bisa lagi beraktivitas makanya sampe harus dirawat disini, rumah sakit tempat berobat orang dengan bermacam penyakit.

Sakit itu tidak bisa berbuat apa apa lagi, rumah sakit tempat berobat yang lebih lengkap.

Sakit itu gak bisa makan, jalan, semuanya sudah harus dibantu, rumah sakit tempat orang sakit dapat pelayanan dari dokter sama perawat.

Sakit itu gak enak semua badan ini, lemas, mual, muntah. Gak bisa berkegiatan lagi. Rumah sakit ya tempat berobat.

Sakit itu gak bisa ngapa-ngapain lagi, rumah sakit itu bisa memperoleh pelayanan yang lebih lengkapagar cepat sembuh

Sakit itu lemas, gak bisa beraktivitas, semua harus dibantu keluarga. Rumah sakit adalah tempat berobat.

4.3.1.2 Sikap

Hasil penelitian menunjukkan dari 6 informan 2 informan merasa sikap tenaga kesehatan selama memberi pelayanan di rumah sakit sudah bagus, 4 informan


(54)

lainnya merasa biasa saja dan masih kurang. Sikap tenaga kesehatan yang kurang baik terhadap pasien akan menimbulkan rasa kecewa dan kurang puas terhadap pelayanan yang diterima.

Tabel 4.4 Matriks mengenai sikap informan terhadap pelayanan di ruang rawat inap RSUD kota Padangsidimpuan

No. Informan Pernyataan

Informan kelas I/VIP

Informan kelas II-1 Informan kelas II-2 Informan kelas III-1 Informan kelas III-2

Informan kelas III-3

Lumayan bagus la, memang kakak aja yang bosan suasana rumah sakit ini makanya pulang, pelayanannya gak ada masalah buat kakak.

Menurut kami bagus kok, perawatnya baik, kalau jam mau ngasih obat misalnya sesuai kok.

Biasa aja, nama juga rumah sakit pemerintah kalau mau lebih ke swasta aja la.

Ya biasa aja dek, kalau ada yang gak ngerti ditanya aja.

Gimana ya, kadang kita gak tau kalau pelayanan di kelas 3 sama kelas yang lain, kami yang disini merasa biasa-biasa saja.

Soal pelayanan disini masih kurang la, perlu ditingkatkan lagibiar makin bagus.

4.3.1.3 Kepercayaan masyarakat terhadap hal –hal yang berkaitan dengan kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 informan yang diwawancarai, semua informan memutuskan untuk PAPS bukan karena ingin berobat alternatif.


(55)

Informan mengetahui mengenai penyakitnya dapat disembuhkan dengan berobat ke rumah sakit dan informsi dari keluarga tentang sakit yang diderita.

Tabel 4.5 Matriks mengenai alasan informan dalam pengambilan keputusan

No. Informan Pernyataan

Informan kelas I/VIP Informan kelas II-1 Informan kelas II-2 Informan kelas III-1 Informan kelas III-2 Informan kelas III-3

Gak ada berobat di tempat lain, memang mau pulang aja.

Karena udah sehat kok makanya pulang gak ada yang lain-lain.

Ah.. gak ada la yang gitu-gituan.

Memang karena gak sanggup lagi disini, gak ada lah yang gara-gara alternatif atau mau berobat kampung. Sama sekali gak ada yang namanya mau berobat kampung atau apalah makanya kami pulang.

Gak ada yang jagain disini makanya pulang bukan karena yang lain-lain.

4.3.1.4 Persepsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 informan yang diwawancarai 4 informan memutuskan PAPS karena merasa penyakitnya sudah sembuh pada saat itu walaupun indikasi medisnya belum diperbolehkan pulang oleh dokter. Informan merasa lebih baik jika pengobatan dilanjutkan di rumah saja daripada harus menunggu pengobatan di rumah sakit sampai tuntas. Hal-hal lain juga dapat mempengaruhi para informan untuk memutuskan PAPS dari rumah sakit.


(56)

Tabel 4.6 Matriks mengenai kondisi informan yang belum sembuh total dan dapat kambuh lagi jika pengobatan tidak tuntas.

No. Informan Pernyataan

Informan kelas I/VIP Informan kelas II-1 Informan kelas II-2 Informan kelas III-1 Informan kelas III-2 Informan kelas III-3

Gara-gara udah sembuh la kakak rasa makanya pulang,mudah-mudahan jangan la kambuh lagi.

Udah lumayan daripada pertamamasuk itu,

jagakesehatan ajabiar gak kumat.

Ibu udah bosan disini mending di rumah aja,disini pun makin sakit ibu rasa lama-lama.Udah mulai sehat kok. Mau gimana lagi gak ada biaya dek, nanti la berobat lagi siap dulu kartu BPJS kami.

Udah mendingankok dek, jangan la kambuh.

Disini pun gak ada yang jagain, anak kerja. Ibu gak bisa sendirian jagain bapak, nanti gakngerti disuruh perawat ngurus ini itu, ya berobat jalan aja.

Hasil penelitian menunjukkan hasil wawancara dengan 6informanmengenai akibat PAPS, seluruh informan mempunyai jawaban yang sama yaitu tidak memperdulikan akibat-akibat yang ditimbulkan dari keputusan mereka untuk PAPS dari rumah sakit. Para informan tidak khawatir akan hal-hal yang dapat terjadi setelah keluar dari rumah sakit karena penyakit yang diderita belum sembuh dan masih perlu pantauan dari dokter ataupun perawat.


(57)

Tabel 4.7 Matriks mengenai informan mengetahui akibat PAPS dapat membahayakan kesehatan sendiri

No. Informan Pernyataan

Informan kelas I/VIP Informan kelas II-1 Informan kelas II-2 Informan kelas III-1 Informan kelas III-2 Informan kelas III-3

Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa.

Jangan lamakin parah, sambil kontrol aja ke dokter. Ah disini pun makin sakitnya ibu rasa, suasana rumah lebih tenang.

Saat ini gak terpikirkan akibat dulu dek, mau disini pun gak ada duit lagi.

Berdoa sama Allah diberikan kesehatan, jangan mikir yang lain-lain.

Gak tau lagimana ini, berobat jalan aja la dulu dicoba.

Hasil penelitian menunjukkan seluruh informan ini tidak mempermasalahkan hal- hal mengenai keputusan untuk PAPS dan informan tidak dapat menuntut pihak dokter maupun rumah sakit jika terjadi sesuatu setelah di rumah, semua sudah menjadi tanggung jawab informan.

Tabel 4.8. Matriks mengenai informantidak dapat menuntut dokter/rumah sakit.

No. Informan Pernyataan

Informan kelas I/VIP Informan kelas II-1 Informan kelas II-2 Informan kelas III-1 Informan kelas III-2 Informan kelas III-3

Ya, kita terima apapun yang terjadi.

Ini kan keinginan kami, jadi gak ada yang perlu diperrmasalahkan.

Resiko kami la itu dek, lagian sakitnya gak parah-parah kali.

Kami terima apapun yang terjadi karena ini udah keputusan kami

Ikhlas aja, semua udah ada jalannya. Gak ada yang perlu dipermasalahkan disini.


(58)

4.3.2 Faktor Pemungkin 4.3.2.1 Fasilitas Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkanbahwa dari 6 informan mengenai fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pihak rumah sakit seperti ketersediaan dan kelengkapan pemeriksaan laboratorium dan rontgen, 1 informan merasa fasilitas di rumah sakit sudah lengkap, 5 informan merasa ketersediaan alat dan kelengkapan pemeriksaan di rumah sakit masih kurang.

Tabel 4.9 Matriks mengenai ketersediaan dan kelengkapan pelayanan pemeriksaan

No. Informan Pernyataan

Informan kelas I/VIP Informan kelas II-1 Informan kelas II-2

Informan kelas III-1

Informan kelas III-2

Informan kelas III-3

Menurut saya sudah lengkap la untuk rumah sakit di Sidimpuan, untuk pertolongan pertama bisa la. Saya rasa kurang soalnya kemarin ada disuruh dokter untuk periksa jantung lama kali datang alatnya. Perlu la diperhatikan pihak rumah sakit alat-alat disini, soalnya saya gak jadi diperiksa gara-gara alatnya masih dipakedi poli.

Kurang ngerti la kalau mengenai itu, sejauh ini pemeriksaan yang disuruh masih ada di rumah sakit ini.

Sebaiknya diperhatikan la semua, kalau untuk pemeriksaan saya masih ada la disini tapi saya lihat diruangan ini ada yang harus menunggu alatnya dulu karena masih dipake diruangan lain.

Ya seharusnya jangan ada lagi yang kurang disini biar keluarga gak repot mencari ke tempat lain.


(59)

Hasil penelitian menunjukkan dari 6 informan mengenai ketersediaan obat-obatan yang dibutuhkan dalam keadaan mendadak, 3 informan mengatakan tidak ada masala terhadap ketersediaan obat-obatan, 3 informan lainnya mengeluhkan kesulitan memperoleh obat-obatan khususnya pada malam hari.

Tabel 4.10 Matriks mengenai ketersediaan obat-obatan

No. Informan Pernyataan

Informan kelas I/VIP Informan kelas II-1 Informan kelas II-2 Informan kelas III-1

Informan kelas III-2 Informan kelas III-3

Saya merasa tidak ada masalah mengenai obat-obatan yang dibutuhkan.

Gak ada masalah untuk obat.

Untunglah gak malam disuruh nyari kalau gak payah juga itu, KPN jam 22.00 wib malam udah tutup. Ya kalau gak ada di KPN diluar dicari obatnya jadi ribetsih kalau bisa lebih dilengkapi obat yang ada di rumah sakit sama bukanya pun 24 jam.

Obatnya ada semua disini gak payah nyari-nyari. Pernah sekali butuh obat malam hari tapi apotek rumah sakitnya sudah tutup, seharusnya kan kalau di rumah sakit ini 24 jam la karena diluar pun pasti apoteknya sudah tutup.

Hasil penelitian menunjukkan dari 6 informan mengenai fasilitas ruang rawat inap, 1 informan bahwa fasilitas rawat inap yang disediakan oleh rumah sakit sudah sesuai sedangkan 5 informan lainnya merasa belum sesuai dengan yang diharapkan dan perlu untuk diperbaiki.


(60)

Tabel 4.11 Matriks mengenai fasilitas yang tersedia diruang rawat inap

No. Informan Pernyataan

Informan kelas I/VIP Informan kelas II-1

Informan kelas II-2 Informan kelas III-1

Informan kelas III-2 Informan kelas III-3

Ruangan bersih, petugas kebersihan setiap hari datang, udara cukup ke ruangan.

Ruangan bersih, setiap hari dibersihkan Cleaning Service (CS)pagi dan sore hari. Pagi ramai sekali gara-gara poli. Jadi ribut sampai jam 12.00 siang. Ruangan memang bersih tapi kurang nyaman, ramai keluarga yang menunggu.

Kalaukebersihan, namanya orang banyak bagaimana mau bersih, sudah dibersihkan pun kotor lagi. Belum lagi keluarga pasien banyak.

Kebersihan disini kurang, kalau pagi bersih, tapi kalau sudah siang ramai orang, jadi kurang nyaman.

Kebersihan disini kurang, yah gimana namanya ramai orang, sudah dibersihkan puntetap saja kotor, keluarga pasien banyak gak bisa istirahat.

4.3.2.2 Pelayanan Tenaga Kesehatan 4.3.2.2.1 Pelayanan Dokter

Hasil penelitian menunjukkan seluruh informan mengeluhkan dokter terlambat melakukan visite ke ruangan. Penjelasan yang berkaitan dengan penyakit yang diderita kurang bagi informan atau keluarga pasien sehingga tidak terjalin komunikasi yang baik.


(61)

Tabel 4.12Matriks mengenai jam kunjungan/visite dokter

No. Informan Pernyataan

Informan kelas I/VIP Informan kelas II-1 Informan kelas II-2 Informan kelas III-1 Informan kelas III-2 Informan kelas III-3

Dokter datang setiap hari jam 11.00 wib la, harusnya kan pagi.

Dokter masuk tiap hari tapi agak lama. Tiap hari ada dokter tapi menjelang siang. Dokternya siang baru datang.

Siang gitula datangnya. Katanya masih ada pasien kalau ditanya perawatnya.

Terlambat dokter disini periksa pasien.

Hasil penelitian menunjukkan untuk penjelasan dokter mengenai penyakit dari 6 informan 3 informan merasa cukup jelas mengenai penjelasan dari dokter tentang penyakitnyasedangkan 3 orang informan lainnya kurang mengerti tentang kondisi penyakitnya serta kurang puas terhadap penjelasan dokter karena terlalu cepat dan singkat. Hal ini terjadi diakibatkan karena jam visite dokter yangterlambat sehingga masih banyak pasien yang harus diperiksa. Penjelasan yang kurang mengenai penyakit dan pengobatan yang akan dijalani oleh informan ini dapat membuat keputusan untuk PAPS karena tidak ada perkembngan yang baik selama menjalani pengobatan di rumah sakit.


(62)

Tabel 4.13Matriks mengenai kejelasan informasi dokter mengenai penyakit

No. Informan Pernyataan

Informan kelas I/VIP

Informan kelas II-1

Informan kelas II-2 Informan kelas III-1

Informan kelas III-2 Informan kelas III-3

Kata dokter penyakit saya karena infeksi akut, disebabkan kuman salmonella. Harus istirahat dan masuk antibiotik. Cukup la penjelasannya.

Kata dokter penyakitku karena banyak pikiran, sakit jantung dan hipertensi, kata dokter jangan banyak pikiran. Tensi harus stabil. Cukup la.

Mulai sekarang makanan harus dijaga, kurangi garam. Tensi harus di kontrol. Kurang puas.

Kata dokter saya menderita sakit dibagian saluran pencernaan, sayarasa penjelasan dokter cukup. Obat yang diberikan juga baik.

Saya harus banyak masuk cairan biar cepat sembuh kata dokter. Kurang ngerti, masih belum puas.

Banyak istirahat saja kata dokter. Kurang jelas informasinya.

Hasil penelitian menunjukkan dari 6 informan mengenai perhatian dokter terhadap keluhan pasien 3 informan mengatakan dokter cukup perhatian mendengarkan keluhan pasien, 3 informan lainnya mengatakan kurang perhatian karena dokter terlalu banyak pasien yang harus diperiksa ke ruangan lain.


(63)

Tabel 4.14 Matriks mengenai perhatian dokter pada saat informanmengutarakan keluhan tentang penyakit

No. Informan Pernyataan

Informan kelas I/VIP

Informan kelas II-1 Informan kelas II-2 Informan kelas III-1 Informan kelas III-2

Informan kelas III-3

Perhatian dokter baik terhadap pasien. Waktunya saja terlalu singkat mungkin karena datangnya juga agak siang.

Baik sewaktu kita memberitahu keluhan kita.

Komunikasi baik, dokter mau mendengarkan keluhan.

Kalau perhatian cukup, komunikasi baik.

Kurang karena masih banyak pasien yang harus diperiksa jadi keluhan kita pun gak tuntas sewaktu ditanya.

Perhatiannya baik, tapi agakpayah bicara dengan dokter, banyak pasien yang mau diperiksanya.

4.3.2.2.2 Pelayanan Perawat

Hasil penelitian menunjukkan dari 6 informan mengenai perawat dalam melakukan pekerjaan rutinitasnya 2 informan merasa perawat melakukan pekerjaannya dengan baik sedangkan 4 informan lainnya merasa siswa -siswi Akper yang belajar lebih sering melakukan pekerjaan perawat di ruangan sehingga kurang puas dalam menerima pelayanan yang ada karena mahasiswa masih dalam tahap belajar dan perasaan takut jika mahasiswa yang melakukan rutinitas perawat yang dinas di ruangan tersebut.


(1)

Muslihuddin, Adji, 1996. Pola Pelayanan Keperawatan di Indonesia Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Rumah Sakt. Jakarta.

Nofiyanto, 2013. Perbedaan Persepsi Sehat-Sakit Pasien Menjadi Alasan Utama Kejadian Pulang Paksa :112. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No.1

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional.

Nomor 340/menkes/per/III/2010Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Raharjo, Mudjia, 2010.Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif,

dar triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html.

Risdiyanti, K, 2003. Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga Tahun 2003. Skripsi.

Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan, 2014. Profil RSU Padangsidimpuan Tahun 2013.

Susanty, 2009. Gambaran Penyebab Pasien Pulang Paksa di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Islam Faisal. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin. Makassar.

Syariansyah, 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pasien Untuk Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin Pangkalan Ban.

Thenie, H, 2002. Persepsi Pasien Pulang Paksa Terhadap Pelayanan Rumah Sakit Umum Karawang. (Tesis). UI. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Nomor 44 Tahun 2009Tentang RumahSakit.

Nomor 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.


(2)

Pedoman Wawancara

ANALISIS DETERMINAN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI (PAPS) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2014

I. Identitas Pasien

1. Nama :

2. Umur :

3. Alamat :

4. Status Perkawinan :

5. Jenis Kelamin 1) Laki-laki 2) Perempuan

6. Pendidikan 1) Tidaksekolah 2) SD

3) SLTP 4) SLTA

5) Akademi/PerguruanTinggi 6. Pekerjaan 1) Tidak Bekerja

2) PNS/ABRI/BUMN 3) PegawaiSwasta 4) Wiraswasta 5) Lainnya….. 7. Tanggalmasuk :

8. Tanggal keluar : 9. Kelas perawatan : 10. Jenis pembiayaan :

11. Diagnosa :


(3)

Determinan PAPS 1.Pengetahuan

1. Apakah pengertian sakit menurut bapak/ibu? 2. Apakah pengertian rumah sakit menurut bapak/ibu? 2. Sikap

1. Bagaimana menurut bapak/ibu pelayanan di ruang rawat inap RSUD kota Padangsidimpuan sehingga bapak/ibu memutuskan PAPS?

3. Kepercayaan masyarakat terhadap hal –hal yang berkaitan dengan kesehatan

1. Apakah ada alasan tertentu (kebiasaan keluarga) dalam pengambilan keputusan (berobat alternatif)?

4. Persepsi

1. Apakah Bapak/ibu mengetahui kondisi bapak saat ini belum sembuh total dan dapat kambuh lagi jika pengobatan tidak tuntas?

2. Apakah Bapak/ ibu mengetahui akibat dari PAPS dapat membahayakan kesehatan Bapak/ ibu sendiri?

3. Apakah Bapak/ibu mengetahui bahwa jika terjadi sesuatu, bapak/ibu tidak dapat menuntut dokter/rumah sakit?

5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1. Bagaimana ketersediaan dan kelengkapan pelayanan pemeriksaan (laboratorium, radiologi/ rontgen)?

2. Bagaimana ketersediaanobat-obatanbiladibutuhkandalamkeadaanmendadak ? 3. Apakah fasilitas yang tersediadiruangrawatinapsudahsesuaidengan yang

diharapkansepertikebersihan, kerapiandankenyamanan ruangan? 6. Pelayanan Petugas Kesehatan

PelayananDokter

1. Bagaimana jam kunjungan/visite dokter ?

2. Bagaimana kejelasan informasi dokter mengenai penyakit ?

3. Bagaimana perhatian dokter pada saat Bapak/Ibu mengutarakan keluhan tentang penyakit yang Bapak/Ibu derita?


(4)

PelayananPerawat

1. Menurut Bapak/Ibu bagaimana perawat melakukan pekerjaan rutinitasnya? Misalnya mengontrol ruangan secara teratur atau mengontrol tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, suhu dll), memasang infus, memberi suntikan?

2. Apabila Bapak/Ibu memerlukan bantuan, bagaiman kesigapan perawat? 3. Bagaiamana perhatian perawat ketika Bapak/Ibu mengutarakan keluhan? Pelayanan Administrasi

1. Menurut Bapak/Ibu apakah prosedur penerimaan pasien dilayani secara cepat dan tidak berbelit-belit?

2. Bagaimana penjelasan/informasi dari petugas mengenai hak dan kewajiban pasien serta peraturan rawat inap?

7. Keterjangkauan biaya

1. Apakah biaya yang bapak/ ibu keluarkan sesuai dengan penyakit bapak/ibu? 8. Pendapatan Keluarga

1. Apakah biaya selama di rumah sakit berpengaruh kepada pendapatan keluarga sehingga memutuskan untuk PAPS?

9. Akses Geografi

1. Apakah lokasi rumah sakit mudah dijangkau? 2. Apakah transportasi umum ke rumah sakit lancar? 10. Perilaku Petugas Kesehatan

1. Apakah dokter/ perawat melakukan pengobatan dengan ramah dan sopan saat memberikan pelayanan kepada Bapak/ Ibu?

2. Apakah dokter/ perawat melaksanakan tugas tidak membedakan status sosial Bapak/ Ibu?


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengembangan Sistem Registrasi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

3 132 86

Analisis Persepsi Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) terhadap Kualitas Pelayanan dan Harga di Ruang Rawat Inap Terpadu (Rindu) A RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2013

21 191 115

Analisis Persepsi Keputusan Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) terhadap Mutu Pelayanan dan Kepuasan di Ruang Rawat Inap Vip Rsud Tahun 2014

15 101 127

Persepsi Pasien Tentang Mutu Pelayanan Rawat Inap Dan Pengaruhnya Terhadap Pulang Atas Permintaan Sendiri (Paps) Di Rsup H Adam Malik Medan

5 71 78

Analisis Determinan Pulang Atas Permintan Sendiri (Paps) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

5 84 101

2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit - Analisis Determinan Pulang Atas Permintan Sendiri (Paps) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

0 0 22

Analisis Determinan Pulang Atas Permintan Sendiri (Paps) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

0 1 14

2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit - Analisis Determinan Pulang Atas Permintan Sendiri (Paps) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

0 0 22

Analisis Determinan Pulang Atas Permintan Sendiri (Paps) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

0 0 14

Analisis Persepsi Keputusan Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) terhadap Mutu Pelayanan dan Kepuasan di Ruang Rawat Inap Vip Rsud Tahun 2014

0 1 16