Pengembangan Program Ronde Klinis Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

(1)

PENGEMBANGAN PROGRAM RONDE KLINIS

KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

TESIS

Oleh

ROSMADANI HASIBUAN

117046031/ ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGEMBANGAN PROGRAM RONDE KLINIS

KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSMADANI HASIBUAN

117046031/ ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 26 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D

Anggota : 1. Salbiah, S.Kp., M.Kep

2. Drs. Heru Santosa, MS., Ph.D


(5)

PERNYATAAN

PENGEMBANGAN PROGRAM RONDE KLINIS

KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

Tesis

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademis di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 26 Agustus 2013


(6)

Judul Tesis : Pengembangan Program Ronde Klinis

Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

Nama Mahasiswa : Rosmadani Hasibuan

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Administrasi Keperawatan

Tahun : 2013

ABSTRAK

Ronde klinis keperawatan merupakan suatu proses proaktif dimana perawat melakukan kunjungan kepada pasien secara rutin untuk memenuhi kebutuhan pasien baik kebutuhan dasar maupun kebutuhan untuk mendapatkan informasi tentang penyakitnya dan melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait proses perawatannya. Ronde keperawatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara rutin dan memastikan keselamatan pasien ronde keperawatan juga bertujuan agar pasien mendapatkan informasi mengenai penyakitnya, pemeriksaan lanjutan dan proses keperawatan yang akan dijalaninya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program ronde klinis keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan. Penelitian ini dilakukan selama 8 minggu dan merupakan 1 siklus action research yang terdiri reconnaissance, planning, acting & observing dan reflecting. Metode pengumpulan data adalah wawancara, observasi partisipan, penyebaran kuisioner dan Focus Group


(7)

Discussion (FGD). Partisipan dalam penelitian berjumlah 19 orang perawat di ruang rawat inap VIP Khusus RSUD Kota Padangsidimpuan.

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif dianalisa dengan menggunakan teknik content analysis. Data kuantitatif berupa kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Data kuantitatif berupa kepuasan kerja perawat dianalisa dengan menggunakan uji wilcoxon dengan hasil pvalue = 0,02 yang menunjukkan adanya perbedaan kepuasan kerja perawat sebelum dan sesudah aplikasi ronde klinis keperawatan.

Penelitian ini menghasilkan program ronde klinis keperawatan yang terdiri dari struktur dan uraian tugas tim ronde keperawatan, kerangka acuan ronde klinis keperawatan, SOP ronde klinis keperawatan dan alur pelaksanaan ronde klinis keperawatan yang sudah sesuai dengan kondisi di RSUD Kota Padangsidimpuan. penelitian ini berdampak pada peningkatan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan peningkatan kepuasan kerja perawat.

Penelitian ini merekomendasikan kepada pimpinan keperawatan supaya melakukan supervisi ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.


(8)

Thesis Title : Development of Clinical Nursing Round Program in Padangsidimpuan General Hospital

Name : Rosmadani Hasibuan

Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization : Nursing Administration

Year : 2013

ABSTRACT

Nursing clinical round is a proactive process in which nurses visit patients routinely in order to fulfill patients’ basic need. The objective is to get information about the patients’ illness and to make the patients involved in decision making related to their nursing process. Nursing round is aimed to fulfill the patients’ need routinely and to make sure about their safety, and they can get information about their illness, the following examination, and the treatment process.

The objective of the research was to develop clinical nursing round program in Padangsidimpuan General Hospital. The research was conducted within 8 weeks, and it was one action research cycle which consisted of reconnaissance, planning, acting & observing, and reflecting. The data were gathered by conducting interviews, participant observation, questionnaire distribution, and Focus Group Discussion (FGD). Participants in the research were 19 nurses in the Inpatient VIP Specific Room of Padangsidimpuan General Hospital.


(9)

The data were analyzed quantitatively and qualitatively. Qualitative data were analyzed by using content analysis technique, while quantitative data were patients’ satisfaction with nursing service which was presented in frequency distribution tables. Quantitative data were nurses’ work satisfaction which were analyzed by using wilcoxon test with pvalue = 0.02 which indicated that there was the difference in nurses’ work satisfaction before and after the application of nursing clinical round.

This research produced nursing clinical round which consisted of structure and job description of nursing clinical round, reference framework of nursing clinical round, Standard Operating Procedure (SOP) of nursing clinical round, and the workflow of nursing clinical round which was in line with the condition of the hospital. The research had an impact on the increase in patients’ satisfaction with the nursing service and the increase in the nurses’ work satisfaction.

It is recommended that the nursing management perform supervision for nursing clinical round in the inpatient rooms in order to improve the quality of nursing service.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengembangan Program Ronde Klinis Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.” Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Magister Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang sedalam-dalamnya kepada Bapak dr. Dedi Ardinata, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti pendidikan Magister Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan sebagai Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dari sejak awal penelitian hingga selesainya penulisan tesis ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep, selaku Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.


(11)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Heru Santosa, MS., PhD dan Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, SKp, MNS selaku tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan yaitu Bapak dr. H. Aminuddin yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Bidang Keperawatan yaitu Bapak Maskun Siregar, AMK beserta jajarannya, Kepala ruang rawat inap VIP Khusus beserta stafnya yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibunda Hj. Masrodiah Harahap yang telah memberikan motivasi selama penulis mengikuti pendidikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada suami tercinta Rahmat Hidayat Lubis, AMd, yang senantiasa mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis, juga kepada ananda Syifa Annisa Lubis atas kesabaran dan kemandiriannya yang luar biasa.

Akhirnya tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Angkatan I 2011/2012 khususnya Ririn, Kak Afni, Kak Sri dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberi dorongan untuk menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna dan membutuhkan masukan yang sangat bermanfaat untuk kesempurnaan tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini dan harapan


(12)

penulis semoga tesis ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Juli 2013


(13)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rosmadani Hasibuan

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 24 September 1981

Alamat : Jl. Persatuan No. 45 Kel. Panyanggar Padangsidimpuan No. Telp./Hp : 08126477212

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SDN 06 Padangsidimpuan 1993

SLTP MTsN Padangsidimpuan 1996

SMU SMUN 1 Padangsidimpuan 1999

Sarjana PSIK Fakultas Kedokteran USU 2004

Ners PSIK Fakultas Kedokteran USU 2005

Magister Fakultas Ilmu Keperawatan USU 2013

Riwayat Pekerjaan:

Staf Dosen di Akper Syuhada Padangsidimpuan mulai Tahun 2005 – 2008. Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap III (Penyakit Dalam) RSUD Kota Padangsidimpuan mulai tahun 2006 – 2008.

Kepala Ruang Rawat Inap I (Umum, THT dan Neurologi) RSUD Kota Padangsidimpuan mulai tahun 2008-2010.

Kepala Seksi Pendidikan dan Pengembangan Profesi RSUD Kota Padangsidimpuan mulai tahun 2010-2011.


(14)

Kegiatan Akademik Selama Studi:

1. Peserta pada acara “Seminar Sehari Caring Science Sebagai Landasan Aplikasi dalam Pendidikan, Pelayanan dan Penelitian Keperawatan”, 17 Desember 2011, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Peserta pada acara “Seminar Penelitian Kualitatif Sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan Disiplin Ilmu Kesehatan & Workshop Analisis Data dengan Content Analysis & Weft-QDA”, 31 Januari 2012, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Peserta pada acara Seminar Optimalisasi Kolaborasi Perawat –Dokter dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan, 20 Juli 2012, RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Peserta 3rd International Nursing Conference “Bringing Current Research into Nursing Practice for Improving uality of Care”, 21 – 22 Maret 2012, Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat.

5. Peserta Overseas Study Visit Master Of Nursing Program Faculty Of Nursing University Of Sumatera Utara (USU), Thailand dan Malaysia, 18 – 22 Februari 2013.

6. Oral presenter pada 2013 MEDAN INTERNATIONAL NURSING CONFERENCE “The Application of Nursing Education Advanced Research and Clinical Practice”, 1 – 2 April 2013, Hotel Garuda Plaza, Medan, Sumatera Utara.


(15)

7. Peserta “Seminar & Workshop Aplikasi Knowledge Management Dalam Administrasi Keperawatan di Rumah Sakit”, 13 – 14 Mei 2013, RSU Dr. Pirngadi Medan, Sumatera Utara.

Publikasi

Hasibuan, R., Setiawan., Salbiah. (2013). Pengembangan Program Ronde Klinis Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.

Jurnal Riset Keperawatan Indonesia, 1 (2).

Proceeding :

Hasibuan, R., Setiawan., Salbiah. (2013). Nursing Round in Hospital : Systematic review. Presentasi oral pada 2013 Medan International Nursing Confrence on The Application of Caring Science on Nursing Education Advanced Research and Clinical Practice di Medan.


(16)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Permasalahan ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Konsep Ronde Keperawatan ... 8

2.2. Watson’s Theory of Transpersonal Caring ... 17

2.3. Konsep Action Research ... 23

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 28

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.3. Partisipan Penelitian ... 29

3.4. Pengumpulan Data ... 30

3.5. Prosedur Penelitian ... 36

3.6. Variabel dan Defenisi Operasional ... 38

3.7. Metode Analisis Data ... 39

3.8. Keabsahan Data ... 40

3.9. Pertimbangan Etik ... 41

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 43

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 49

4.2. Data Demografi Partisipan ... 50

4.3. Proses Pengembangan Program Ronde Klinis Keperawatan ... 50

4.4. Outcomes dari proses action research ... 70

4.5. Dampak Pelaksanaan Program Ronde Klinis Keperawatan 70 BAB 5. PEMBAHASAN ... 73

5.1. Proses Pelaksanan Action Research... 73

5.2. Outomes Action Research Pengembangan Program Ronde Klinis keperawatan ... 77


(17)

5.3. Pelajaran yang Diperoleh dari Penelitian Action Research . 79

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 79

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

6.1. Kesimpulan... 81

6.2. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data Demografi Partisipan ... 49

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Sebelum

Aplikasi ... 58

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja Perawat

Sebelum Aplikasi ... 58

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Sebelum dan Sesudah Aplikasi ... 71

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja Perawat Sebelum dan Sesudah Aplikasi ... 71


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Siklus Action Research Kemmis dan Mc

Taggart (1988) ... 25

Gambar 4.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 28

Gambar 4.2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Padangsidimpuan ... 46

Gambar 4.3. Struktur Organisasi Tim Pengendali

Mutu Pelayanan Keperawatan RSUD Kota

Padangsidimpuan ... 48

Gambar 4.4. Denah Ruang Rawat Inap VIP Khusus RSUD

Kota Padangsidimpuan ... 51

Gambar 4.5. Struktur Organisasi Ruang Rawat Inap VIP

Khusus RSUD Kota ... 52

Gambar 4.6. Proses Action Research Pengembangan


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 88

a. Informed consent ... 89

b. Panduan Wawancara ... 90

c. Panduan FGD ... 91

d. Format Checklist Untuk Observasi ... 92

e. Kuesioner Kepuasan Pasien ... 95

f. Kuesioner Kepuasan Kerja Perawat ... 99

Lampiran 2. Biodata Expert ... 101

Lampiran 3. Izin Penelitian ... 103

a. Surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ... 104

b. Surat izin penelitian dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan ... 105

c. Surat Ethical Clereance ... 106


(21)

Judul Tesis : Pengembangan Program Ronde Klinis

Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan

Nama Mahasiswa : Rosmadani Hasibuan

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Administrasi Keperawatan

Tahun : 2013

ABSTRAK

Ronde klinis keperawatan merupakan suatu proses proaktif dimana perawat melakukan kunjungan kepada pasien secara rutin untuk memenuhi kebutuhan pasien baik kebutuhan dasar maupun kebutuhan untuk mendapatkan informasi tentang penyakitnya dan melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait proses perawatannya. Ronde keperawatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara rutin dan memastikan keselamatan pasien ronde keperawatan juga bertujuan agar pasien mendapatkan informasi mengenai penyakitnya, pemeriksaan lanjutan dan proses keperawatan yang akan dijalaninya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program ronde klinis keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan. Penelitian ini dilakukan selama 8 minggu dan merupakan 1 siklus action research yang terdiri reconnaissance, planning, acting & observing dan reflecting. Metode pengumpulan data adalah wawancara, observasi partisipan, penyebaran kuisioner dan Focus Group


(22)

Discussion (FGD). Partisipan dalam penelitian berjumlah 19 orang perawat di ruang rawat inap VIP Khusus RSUD Kota Padangsidimpuan.

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif dianalisa dengan menggunakan teknik content analysis. Data kuantitatif berupa kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Data kuantitatif berupa kepuasan kerja perawat dianalisa dengan menggunakan uji wilcoxon dengan hasil pvalue = 0,02 yang menunjukkan adanya perbedaan kepuasan kerja perawat sebelum dan sesudah aplikasi ronde klinis keperawatan.

Penelitian ini menghasilkan program ronde klinis keperawatan yang terdiri dari struktur dan uraian tugas tim ronde keperawatan, kerangka acuan ronde klinis keperawatan, SOP ronde klinis keperawatan dan alur pelaksanaan ronde klinis keperawatan yang sudah sesuai dengan kondisi di RSUD Kota Padangsidimpuan. penelitian ini berdampak pada peningkatan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan peningkatan kepuasan kerja perawat.

Penelitian ini merekomendasikan kepada pimpinan keperawatan supaya melakukan supervisi ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.


(23)

Thesis Title : Development of Clinical Nursing Round Program in Padangsidimpuan General Hospital

Name : Rosmadani Hasibuan

Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization : Nursing Administration

Year : 2013

ABSTRACT

Nursing clinical round is a proactive process in which nurses visit patients routinely in order to fulfill patients’ basic need. The objective is to get information about the patients’ illness and to make the patients involved in decision making related to their nursing process. Nursing round is aimed to fulfill the patients’ need routinely and to make sure about their safety, and they can get information about their illness, the following examination, and the treatment process.

The objective of the research was to develop clinical nursing round program in Padangsidimpuan General Hospital. The research was conducted within 8 weeks, and it was one action research cycle which consisted of reconnaissance, planning, acting & observing, and reflecting. The data were gathered by conducting interviews, participant observation, questionnaire distribution, and Focus Group Discussion (FGD). Participants in the research were 19 nurses in the Inpatient VIP Specific Room of Padangsidimpuan General Hospital.


(24)

The data were analyzed quantitatively and qualitatively. Qualitative data were analyzed by using content analysis technique, while quantitative data were patients’ satisfaction with nursing service which was presented in frequency distribution tables. Quantitative data were nurses’ work satisfaction which were analyzed by using wilcoxon test with pvalue = 0.02 which indicated that there was the difference in nurses’ work satisfaction before and after the application of nursing clinical round.

This research produced nursing clinical round which consisted of structure and job description of nursing clinical round, reference framework of nursing clinical round, Standard Operating Procedure (SOP) of nursing clinical round, and the workflow of nursing clinical round which was in line with the condition of the hospital. The research had an impact on the increase in patients’ satisfaction with the nursing service and the increase in the nurses’ work satisfaction.

It is recommended that the nursing management perform supervision for nursing clinical round in the inpatient rooms in order to improve the quality of nursing service.


(25)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Industri pelayanan kesehatan saat ini semakin berkembang pesat. Tidak hanya rumah sakit milik pemerintah, rumah sakit swasta juga mengalami pertumbuhan yang terus meningkat. Berdasarkan data dari Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) jumlah rumah sakit di Indonesia sudah mencapai 2.083 unit pada bulan Januari 2013 dengan rincian 813 unit merupakan rumah sakit milik pemerintah dan 1270 lainnya merupakan rumah sakit swasta dengan rata-rata pertumbuhan rumah sakit pertahun sekitar 1,14% (Kemenkes, 2013). Tingginya angka pertumbuhan rumah sakit mengindikasikan adanya persaingan industri rumah sakit yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat mendorong rumah sakit baik swasta maupun pemerintah untuk mampu mengembangkan pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.

Beberapa penelitian menemukan bahwa pelayanan keperawatan sangat penting dalam menentukan mutu pelayanan sebuah rumah sakit. Penelitian Wagner dan Bear (2009) menemukan adanya hubungan yang positif antara lingkungan kerja keperawatan dengan kepuasan pasien yang merupakan salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian Otani, Kurz dan Barney (2004) mengidentifikasi 6 atribut yang dinilai berhubungan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yakni (1) proses administrasi, (2) pelayanan medis, (3) perlakuan terhadap keluarga atau


(26)

teman pasien, (4) pelayanan keperawatan, (5) kenyamanan lingkungan dan (6) proses perencanaan pemulangan. Hasil penelitian menunjukkan atribut pelayanan keperawatan mempunyai pengaruh paling besar (53%) untuk menentukan kepuasan pasien terhadap pelayanan pelayanan kesehatan di rumah sakit, diikuti dengan proses administrasi (15%), kenyamanan lingkungan (11%), perlakuan terhadap teman/keluarga (10%), pelayanan medis (5%), dan proses perencanaan pemulangan (3%). Dengan demikian peningkatan pelayanan keperawatan merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit..

Salah satu strategi yang disarankan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah dengan pelaksanaan program ronde keperawatan yang merupakan salah satu implementasi dari Relationship Based Care (Woolley et al., 2012). Salah satu konsep yang mendasari Relationship Based Care adalah konsep

Human Care yang dikembangkan oleh Watson dengan berfokus kepada hubungan timbal balik antara perawat dan pasien (Watson, 1999). Ronde keperawatan memungkinkan perawat untuk melakukan hubungan timbal balik dengan pasien secara teratur dan sistematis untuk menunjukkan keberadaan perawat dalam membantu mengantisipasi kebutuhan dan memberikan kenyamanan serta perlindungan bagi pasien (Woolley et. al., 2011).

Laporan dari Studer Group (2007) menyatakan berdasarkan hasil temuan pada tahun 2006 bahwa institusi yang melaksanakan ronde keperawatan secara berkala dan sistematik meningkatkan kepuasan pasien hingga mencapai 8.9% dan menurunkan angka pasien jatuh hingga mencapai 60%. Selain itu terdapat 2 dari


(27)

12 rumah sakit yang menerapkan ronde keperawatan secara berkala dan sistematis memperoleh peningkatan rating pelayanan yang excellent mencapai 41,85%.

Penelitian lain terkait ronde keperawatan dipublikasikan oleh Meade, Bursell dan Ketelsen pada tahun 2006 yang mengistilahkan ronde keperawatan dengan “hourly rounding”. Penelitian ini mengembangkan protokol ronde keperawatan berupa kegiatan apa saja yang dilakukan perawat selama ronde berlangsung yang berfokus kepada pain, position, potty dan placement. Protokol ini kemudian diistilahkan dengan “4Ps Rounding Protokol”, dan ronde yang sistematik ini terbukti secara statistik mampu menurunkan penggunaan bel untuk memanggil perawat, mengurangi kemungkinan pasien jatuh dan meningkatkan kepuasan pasien. Selain itu dengan pelaksanaan ronde keperawatan pelayanan keperawatan menjadi lebih efisien, komunikasi antara perawat menjadi lebih baik dan berkurangnya stress kerja perawat sehingga akan meningkatkan kepuasan kerja dari perawat.

Selain itu penelitian Saleh, Nusair, Al Zubadi, Al Shloul dan Saleh (2011) juga mempublikasikan hasil pengaruh penerapan sistem ronde keperawatan terhadap angka kejadian pasien jatuh, angka kejadian luka tekan dan kepuasan pasien. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa angka pasien jatuh menurun secara drastis dari 25 angka kejadian menjadi 4 angka kejadian, sedangkan angka kejadian luka tekan menurun hingga mencapai 50 % dan kepuasan pasien meningkat sampai 7,5%.


(28)

Dudley Group of Hospital pada tahun 1970 memperkenalkan 4 tipe ronde keperawatan yakni matrons’ rounds, nurse management rounds, patient comfort rounds dan teaching rounds (Close & Castledine, 2005). Matrons’ rounds adalah proses dimana seorang perawat berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai dengan jam rondenya. Nurse management rounds adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada sekelompok pasien. Patients comfort rounds adalah ronde yang berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien dirumah sakit. Teaching rounds

dilakukan antara teacher nurse dengan perawat atau siswa perawat, dimana terjadi proses pembelajaran. Semua jenis ronde ini secara ilmiah memberikan konstribusi yang positif terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan (Close & Castledine, 2005).

Ronde keperawatan merupakan komponen kunci dari program service excellent yang akan menghasilkan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan tersebut dapat dilihat dari beberapa

outcomes yaitu peningkatan kepuasan pasien, peningkatan kepuasan perawat, penurunan penggunaan bel panggil, penurunan angka pasien jatuh dan penurunan angka kejadian luka tekan. Untuk itu rumah sakit perlu mempertimbangkan ronde keperawatan sebagai salah satu program yang dapat diteraplan di ruang rawat inap.

RSUD Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu rumah sakit pemerintah non pendidikaan tipe B yang berlokasi di Jl. Dr F.L Tobing Padangsidimpuan. Letaknya yang strategis menjadikan rumah sakit ini banyak


(29)

dikunjungi oleh masyarakat tidak hanya dari dalam Kota Padangsidimpuan namun juga dari luar Kota Padangsidimpuan. Terlebih lagi RSUD Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu rumah sakit rujukan di wilayah Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) dan sudah lulus uji Akreditasi 5 pelayanan oleh Badan Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Tingginya kunjungan masyarakat ini ditunjukkan dengan tingginya angka capaian BOR 85 % pada tahun 2012. (RSUD Kota Padangsidimpuan, 2012)

Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai perawat di RSUD Kota Padangsidimpuan, ditemukan bahwa pelaksanaan ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap belum optimal. Ronde keperawatan hanya dilaksanakan pada pagi hari oleh perawat shift pagi dan dipimpin oleh kepala ruangan. Kegiatan yang dilakukan hanya pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan obat-obatan. Ronde yang dilaksanakan juga belum didasari oleh kebijakan berupa program yang dapat menjadi panduan bagi perawat dalam melaksanakan ronde tersebut.

Mempertimbangkan besarnya peran ronde keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, maka diperlukan suatu penelitian yang diharapkan dapat mengembangkan pedoman ronde keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan. Penelitian pengembangan program ronde klinis keperawatan dilakukan dengan pendekatan action research, karena

action research memungkinkan terjadinya perubahan dari kondisi nyata (Polit & Beck, 2008). Penelitian action research juga memungkinkan peneliti melakukan metode pengambilan data yang beragam untuk mendapatkan data yang benar-benar valid sehingga tindakan yang diambil sesuai dengan kondisi partisipan


(30)

(Webb, 1989). Penelitian ini menghasilkan suatu program ronde keperawatan dan menjadikan ronde keperawatan sebagai aktivitas rutin perawat sehingga dapat menghasilkan outcomes yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

1.2. Permasalahan

Bagaimana pengembangan program ronde klinis keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan program ronde klinis keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan dengan pendekatan action research.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi positif baik secara teoritis untuk pengembangan keilmuan maupun secara praktis bagi praktisi keperawatan. Hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi perkembangan praktek keperawatan, pendidikan keperawatan dan riset keperawatan.

1.4.1. Bagi Praktek Keperawatan (Nursing Practice)

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan terkait program ronde klinis keperawatan. Rumah Sakit Umum Daerah Kota


(31)

Padangsidimpuan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai persiapan untuk menghadapi akreditasi yang harus dipenuhi oleh institusi pada tahun 2015.

1.4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan (Nursing Education)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif bagi Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan khususnya Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara, sebagai bahan referensi kepustakaan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik terkait konsep ronde klinis keperawatan.

1.4.3. Bagi Perkembangan Riset Keperawatan (Nursing Research)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan dapat dijadikan panduan untuk mengadakan penelitian selanjutnya terutama dalam pengembangan ronde keperawatan sehingga budaya ronde keperawatan ini teraktualisasi dalam pelayanan keperawatan di Indonesia.


(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan dipaparkan teori-teori serta pustaka yang dipakai sebagai dasar penelitian yakni teori tentang ronde keperawatan, Watson’s theory of human care dan teori penelitian action research.

2.1. Konsep Ronde Keperawatan

Pelayanan keperawatan memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan kualitas pelayanan sebuah rumah sakit yang excellent. Salah satu strategi yang disarankan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah dengan pelaksanaan program ronde keperawatan secara berkala dan sistematis (Studer Group, 2007). Berikut akan dijelaskan konsep terkait ronde keperawatan

2.1.1. Defenisi Ronde Keperawatan

Secara bahasa ronde keperawatan terdiri dari 2 kata yaitu ronde dan keperawatan. Ronde berasal dari Bahasa Inggris yaitu “round” yang memiliki makna sama dengan around. Sebagai kata keterangan, jika round digunakan untuk menjelaskan objek atau tempat, memiliki makna bahwa tempat dan objek tersebut dikelilingi atau berada disemua sisi. Sebagai preposisi, round memiliki makna melewati atau mengelilingi orang demi orang dalam satu grup (Collins, 2013).


(33)

Keperawatan adalah diagnosis dan penanganan respon manusia terhadap masalah kesehatan aktual maupun potensial (ANA, 2003). Dari pengertian diatas terdapat 2 komponen kunci dalam defenisi keperawatan yakni diagnosis dan respon manusia. Diagnosis yang dimaksud adalah diagnosa yang menyangkut aspek yang berada dalam lingkungan keperawatan, sedangkan respon manusia dilihat dari responnya terhadap gangguan atau penyakit.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa defenisi ronde keperawatan secara bahasa adalah suatu kegiatan mengelilingi orang demi orang dalam suatu grup dengan tujuan untuk mendiagnosis dan menangani respon manusia terhadap masalah kesehatan aktual maupun potensial.

Beberapa ahli mengungkapkan pengertian tentang ronde keperawatan. Meade et al. (2006) menyatakan ronde keperawatan sebagai kesempatan untuk melibatkan pasien dalam proses keperawatan, dan menunjukkan kepedulian perawatan terhadap kesehatan dan kesembuhan pasien. Swansburg (2001) menyatakan bahwa ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.

Ford (2010), mendefenisikan ronde keperawatan sebagai salah satu tehnik untuk mengorganisasikan pelayanan keperawatan secara proaktif yang berfokus kepada pasien. Tea, Ellison dan Fadian (2008) mendefenisikan ronde keperawatan


(34)

sebagai proses yang dilakukan perawat secara proaktif untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan mengunjungi pasien secara rutin keruangannya dan memeriksa hal-hal yang spesifik dan melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien secara konsisten.

Dari beberapa defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ronde keperawatan merupakan suatu proses proaktif dimana perawat melakukan kunjungan kepada pasien secara rutin untuk memenuhi kebutuhan pasien baik kebutuhan dasar maupun kebutuhan untuk mendapatkan informasi tentang penyakitnya dan melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait proses perawatannya.

2.1.2. Tujuan Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan merupakan hal yang penting dalam memberikan pasien pelayanan yang berkualitas, ronde keperawatan yang bertujuan agar pasien mendapatkan informasi mengenai penyakitnya, pemeriksaan lanjutan dan proses keperawatan yang akan dijalaninya (Benniskova, 2007). Ronde keperawatan juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pasien secara rutin dan memastikan keselamatan pasien (Shaner-McRae, 2007).


(35)

2.1.3. Perkembangan Ronde Keperawatan

2.1.3.1.Ronde Keperawatan Tradisional (tahun 1950-1970 M)

Ronde keperawatan tradisional merupakan proses dimana 2 orang perawat mengunjungi masing-masing pasien untuk memastikan tempat tidur pasien dalam kondisi rapi, melakukan dan melakukan pijatan pada area yang mengalami tekanan (Bates, 2011). Ronde keperawatan ini dilakukan secara rutin setiap hari oleh perawat senior pada awal shift dan pada saat jam kunjungan dokter. Perawat berjalan mengelilingi bangsal untuk memeriksa standar pelayanan dan kemajuan tindakan perawatan. Perawat juga menjelaskan informasi terkait pemeriksaan dan tindakan medis serta memberi kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk bertanya tentang masalah kesehatannya.

Sebelum melakukan ronde, perawat menyiapkan menyiapkan trooley yang berisi baskom air panas, sabun, handuk, sprei, bedak, zinc dan minyak jarak. Kemudian dua orang perawat ditugaskan untuk mengunjungi masing-masing pasien untuk memeriksa dan melakukan massage pada area tekan, merubah posisi dan memberikan tindakan yang dapat meningkatkan kenyamanan pasien seperti mengganti sarung bantal dan sprei pasien. Pada “Back Rounds” juga terjadi proses pembelajaran antara perawat senior dengan perawat junior dan mahasiswa perawat terkait aspek perawatan pasien. (Castledine, Grainger & Close, 2005).


(36)

2.1.3.2. Ronde Keperawatan Modren (setelah tahun 1970 M)

Menurut Close dan Castledine (2005) ada 4 tipe ronde keperawatan modern yaitu matrons’ rounds, nurse management rounds, patient comfort rounds

dan teaching rounds.

Matrons’ rounds adalah proses dimana seorang perawat berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai dengan jam rondenya. Memeriksa standar pelayanan, kebersihan dan kerapihan serta menilai penampilan dan kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien.

Nurse management rounds adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada sekelompok pasien. Untuk melihat prioritas tindakan yang dilakukan serta melibatkan pasien dan keluarga pada proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat dan head nurse.

Patients comfort rounds adalah ronde yang berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien dirumah sakit. Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi semua kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan pada malam hari, perawat menyiapkan tempat tidur yang nyaman untuk pasien.

Teaching rounds dilakukan antara teacher nurse dengan perawat atau siswa perawat, dimana terjadi proses pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan untuk perawat atau siswa perawat. Dengan pembelajaran langsung, perawat atau siswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung pada pasien.


(37)

2.1.4. Komponen Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan merupakan satu set tindakan yang diatur secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien. Umumnya tindakan ini dibagi kedalam 4 komponen dasar yaitu Pain, Personal needs, Positioning dan

Placement (Meade et al., 2006).

Pain. Perawat menanyakan “bagaimana nyeri anda?”. Setelah nyeri terindentifikasi kemudian dilakukan beberapa tindakan untuk mengatasi nyeri seperti perubahan posisi, guided imagery, latihan nafas dalam, pengalihan perhatian dan obat-obatan. Hal lain terkait rasa nyaman juga dinilai seperti kebersihan oral dan pemenuhan cairan.

Personal needs. Perawat menanya pasien “apakah anda ingin ke kamar mandi?” waktu toileting diatur oleh perawat bersama dengan pasien dengan bantuan selama dibutuhkan.

Positioning. Perawat mengecek posisi pasien dan bertanya “bagaimana caranya agara anda lebih merasa nyaman?”. Jadwal reposisi diobservasi terumata terhadap pasien yang tidak dapat melakukannya secara mandiri.

Placement. Perawat memverifikasi ketersediaan dan keterjangkauan dan bertanya “apakah anda ingin kami memindahkan call light, telepon, meja dan perlengkapan lainnya sehingga terjangkau oleh anda?”


(38)

2.1.5. Protokol Ronde Keperawatan

Berdasarkan komponen dasar dari ronde keperawatan diatas maka beberapa penelitian telah berhasil menyusun protokol dalam pelaksanaan ronde keperawatan. Meade et al. (2006) mengembangkan “The 4 Ps Rounding Protokol”. Protokol tersebut terdiri dari 12 tindakan yang dimulai sejak perawat memasuki ruangan dan menjelaskan kepada pasien bahwa perawat akan melakukan ronde keperawatan. kemudian perawat akan melakukan pengkajian nyeri dan melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri baik tindakan keperawatan maupun tindakan medikasi. Setelah nyeri teratasi perawat akan mengontrol obat-obatan pasien apakah sudah diberikan sesuai jadwal. Lalu kemudian perawat menawarkan bantuan ke toilet dan membantunya jika pasien membutuhkannya. Setelah itu perawat memberikan posisi yang nyaman bagi pasien serta memastikan bahwa posisi pasien dapat menjangkau lampu panggil, telepon, remote TV, switch lampu, meja, kotak tisu, air minum dan tong sampah. Sebelum meninggalkan ruangan, perawat kembali menanyakan apakah ada hal lain yang diinginkan oleh pasien dan memberitahu pasien bahwa akan ada ronde selanjutnya akan dilaksanakan oleh perawat.

Penelitian Meade et al. (2006) kemudian diulangi kembali oleh beberapa peneliti lainnya seperti Blakley, Kroth dan Gregson (2011); Olrich, Kalman dan Nigolian (2012); Berg, Sailors, Reimer, O’Brien dan Ward-Smith (2011); Kessler, Claude-Gutekunst, Donchez, Dries dan Snyder (2012) dengan menggunakan “The 4 Ps Rounding Protokol” dalam penelitiannya. Namun Kessler et al. dan


(39)

Karla et al. tidak menyertakan kebutuhan “Placement” berdasarkan asumsi bahwa perlengkapan yang berada diluar jangkauan bukanlah merupakan fokus perawatan

Comfort Round Protokol dikembangkan oleh Gardner et al. (2009) yang distandarisasi untuk semua pasien pada bangsal yang dilakukan penelitian. Pada protokol ini ronde keperawatan dilaksanakan oleh asisten perawat yang sudah menerima pelatihan dengan sertifikat 3 in Aged Care. Asisten perawat mengunjungi pasien dan menanyakan apakah pasien membutuhkan bantuan ke toilet, control nyeri, reposisi dan selimut. Kemudian asisten perawat akan meletakkan telefon, kotak tissue, meja dan remote TV di tempat yang mudah dijangkau oleh pasien. Setelah itu asisten perawat akan melakukan perawatan mulut jika dibutuhkan serta memenuhi kebutuhan cairan pasien dengan memberinya minum. Sebelum meninggalkan pasien, asisten perawat menanyakan apakah pasien membutuhkan hal lain yang dapat membuatnya merasa nyaman.

2.1.6. Implikasi ronde keperawatan terhadap praktek keperawatan

Penerapan ronde keperawatan berimplikasi terhadap penurunan penggunaan call light, penurunan angka pasienjatuh, penurunan angka luka tekan (decubitus), peningkatan tingkat kepuasan pasien dan peningkatan tingkat kepuasan perawat.

Penggunaan call light. Penerapan ronde keperawatan berimplikasi terhadap penurunan pada penggunaan call light memungkinkan perawat memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan asuhan keperawatan bukannya berjalan dari


(40)

kamar ke kamar memenuhi panggilan yang diberikan oleh pasien. Hasil penelitian Meade et al. (2006), menemukan bahwa penggunaan lampu panggil yang paling tinggi adalah dengan alasan yang dibuat-buat. Dengan pelaksaan ronde keperawatan maka ditemukan penurunan penggunaan lampu panggil terutama penggunaan lampu panggil tanpa alasan yang jelas dari pasien.

Pasien jatuh. mengalami penurunan pada institusi yang melaksanakan ronde keperawatan. Saat perawat melakukan ronde terhadap pasien setiap jam dan memenuhi kebutuhan dasarnya seperti toileting dan penempatan barang-barang pribadi maka resiko jatuh akan berkurang. Meade et al. (2006), menemukan penurunan angka pasien jatuh secara signifikan selama dilakukan ronde keperawatan. Saleh et al. (2011), menemukan penurunan angka pasien jatuh secara drastis setelah dilaksakan ronde keperawatan dari 25 kasus menjadi 4 kasus.

Luka tekan (decubitus). Ronde keperawatan memungkinkan reposisi secara regular terhadap pasien sehingga angka decubitus pada pasien dapat diturunkan. Pada pasien dengan kasus luka, reposisi secara regular juga berkonstribusi terhadap proses healing. Saleh et al. (2011), menemukan penurunan angka luka decubitus setelah dilaksanakan ronde keperawatan dari 2 insiden menjadi 1 insiden.

Kepuasan pasien. Kehadiran perawat secara rutin dan penggunaan protokol yang spesifik dalam ronde keperawatan memungkinkan kebutuhan dasar pasien terpenuhi sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien. Meade et al.


(41)

(2006), menemukan peningkatan kepuasan pasien selama pelaksanaan ronde keperawatan hingga mencapai 91,9 dari 100 skala yang diberikan. Saleh et al. (2011), juga menemukan peningkatan pasien setelah dilaksanakan ronde keperawatan mencapai 7,5 %.

Kepuasan perawat. Dengan ronde keperawatan pelayanan keperawatan menjadi lebih efisien dan berkurangnya stress kerja perawat sehingga akan meningkatkan kepuasan kerja dari perawat (Meade et al., 2006). Survey kepuasan kerja dilakukan di Lehigh Valley Health Network yang berlokasi di Kota Betlehem Negara Bagian Pennsylvania Amerika Serikat. Survey ini dilakukan pada tahun 2007, 2009 (sebelum implementasi ronde keperawatan) dan tahun 2011 (setelah implementasi ronde keperawatan). Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kepuasan kerja perawat dari 3.78 pada tahun 2007 dan 3.77 pada tahun 2009 menjadi 3.83 pada tahun 2011. Selain itu angka kepuasan pasien ini lebih tinggi 0.18 poin dari angka kepuasan perawat secara nasional. (Kessler et al., 2012).

2.2. Watson’s Theory of Transpersonal Caring

Teori ini dikembangkan oleh Jean Watson pada tahun 1979, dikenal juga dengan istilah Theory of Human Caring. Teori ini terus dikembangkan dari tahun ke tahun, namun pemikiran dasar dari teori ini tidak berubah yakni menekankan aspek humanistik kedalam ilmu pengetahuan keperawatan.


(42)

Menurut Watson (1999), Transpersonal caring relationship

berkarakteristikkan hubungan khusus manusia yang tergantung pada moral perawat yang berkomitmen, melindungi, dan meningkatkan martabat manusia seperti dirinya atau lebih tinggi dari dirinya. Perawat merawat dengan kesadaran yang dikomunikasikan untuk melestarikan dan menghargai spiritual, tidak memperlakukan seseorang sebagai sebuah objek.

Teori utama yang dikembangkan mencakup Carative Factor, Transpersonal Caring Relationship dan Caring Occation Moment. Terkait konteks penelitian maka peneliti hanya akan membahas teori tentang Carative Factor yang mempunyai kaitan dengan pelaksanaan ronde klinis keperawatan yakni carative factor yang ke 4 (membangun helping-trust relationship), yang ke 8 (menciptakan lingkungan mental, fisik, sosial budaya dan spiritual yang mendukung) dan yang ke 9 (membantu pemenuhan kebutuhan pasien)

2.2.1. Membangun helping-trust relationship

Keperawatan sebagai ilmu yang didasari konsep caring harus mempertimbangkan konsep pembangunan helping-trust relationship antara perawat dan pasien. Pasien akan merasa bahwa perawat peduli terhadapnya jika perawat tersebut memperhatikan kebutuhan dasarnya sebagai individu sehingga menumbuhkan rasa percaya, keyakinan dan harapan terhadap pelayanan keperawatan. Perawat yang mempunyai kompetensi dalam bersikap caring akan mampu menghasilkan outcomes yang bernilai dalam pelayanan keperawatan. Dengan demikian pasien yang mempunyai hubungan interpersonal yang baik


(43)

dengan perawat akan mengindikasikan tingginya kualitas pelayanan keperawatan. Agar dapat membangun helping-trust relationship, perawat terlebih harus menanamkan sikap tertentu yaitu congruence, empathy dan non-possesive Warmth

(Watson, 1979).

Congruence, didasarkan pada keinginan perawat ingin menjadi apa dan terlihat seperti apa. Congruence melibatkan keterbukaan dalam perasaan dan sikap yang diberikan saat interaksi. Congruence dapat juga disamakan dengan

genuineness yang berarti terasa nyata, jujur dan otentik. Dengan kata lain pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat akan terasa nyata, jujur dan otentik bagi pasien.

Emphaty, merupakan konsep yang penting dalam pembangunan helping-trust relationship. Empathy mengacu pada kemampuan perawat untuk ikut mengalami dunia dan perasaan orang lain, sehingga mampu berkomunikasi berdasarkan pemahamannya tentang dunia atau perasaan orang lain tersebut. Kemampuan perawat untuk berespon terhadap perasaan orang lain adalah dasar dalam emphaty. Jika perawat mampu merasakan perasaan pasien maka pasien dan perawat akan akan mempunyai hubungan emosional yang baik. Perawat yang

emphaty akan mampu mengenali dan menerima perasaan orang lain tanpa merasa tidak nyaman, takut, marah atau konflik dalam dirinya sehingga perawat akan mampu untuk berkomunikasi tentang perasaan pasien tanpa menganalisa atau menghakimi.

Non-possessive Warmth, merupakan kondisi interpersonal dalam helping-trust relationship yang sejalan dengan congruence dan empthaty. Perawat yang


(44)

efektif akan memberikan pelayanan yang tidak mengancam, aman, terpercaya dengan menunjukkan penerimaan, penghargaan positif dan keramahan yang tidak posesif. Beberapa sikap non verbal yang dapat ditunjukkan perawat dalam mewujudkan non-possesive warmth antara lain adalah dengan mempertahankan kontak mata selama interaksi, menggunakan volume suara yang sesuai, terlihat nyaman dan santai, bertatap muka dengan orang lain, menunjukkan sikap fostur tubuh yang terbuka, mencondongkan tubuh ke arah lawan bicara dan memberikan ekspresi wajah yang sesuai dengan kondisi emosionalnya.

2.2.2. Menciptakan lingkungan mental, fisik, social budaya dan spiritual yang mendukung.

Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal pasien terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien. Adanya hubungan yang saling terkait antara lingkungan internal dan eksternal sangat berpengaruh terhadap kondisi sehat dan sakit dari manusia. Lingkungan internal berupa biologis dan fisiologis akan mempengaruhi pola atau gaya hidup seseorang, selain itu gaya hidup eksternal seseorang juga akan mempengaruhi keseimbangan (homeostatis) internalnya. Lingkungan eksternal yang perlu diperhatikan perawat yang berhubungan dengan stress antara lain : kenyamanan, privasi, keamanan dan lingkungan yang bersih dan indah.

Comfort (Kenyamanan), merupakan variabel eksternal yang dapat dikendalikan oleh perawat. Adanya stress pada pasien yang diakibatkan proses hospitalisasi dapat diatasi dengan memberikan lingkungan yang nyaman sehingga


(45)

berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental pasien. Perawat dapat melakukan berbagai cara atau prosedur untuk memberikan dan meningkatkan kenyamanan pasien seperti perawatan personal hygiene, kebersihan tempat tidur dan penempatan obat-obatan yang rapi. Cara lain yang dapat dilakukan perawat untuk mendukung dan meningkatkan kenyaman pasien antara lain: memindahkan peralatan yang berbahaya bagi pasien; melakukan perubahan posisi; membuat tempat tidur yang nyaman; menurunkan ketegangan otot dengan massage,

memberikan prosedur teraupetik seperti obat-obatan pengurang nyeri; mengidentifikasi implikasi dari penyakit pasien dan meminimalkan implikasi dari penyakit tersebut; dan memodifikasi pelayanan keperawatan kepada pasien.

Privacy (Privasi) adalah faktor utama yang perlu dipertimbangkan untuk dapat meningkatkan lingkungan fisik, sosiokultural dan spiritual pasien. Privasi dapat dinterpretasikan kedalam beberapa pengertian yaitu : hak pasien untuk tidak mengikutsertakan orang lain terkait informasi tentang penyakitnya; kesadaran dan penghargaan dari perawat bahwa setiap pasien memiliki hak yang sama untuk mengambil keputusan bagi dirinya; faktor yang berpengaruh terhadap waktu, tempat, masalah dan sejumlah informasi; dan upaya untuk menjauhkan pasien dari hal-hal yang mempengaruhi kondisi fisik dan psikologisnya.

Safety (Keselamatan). Budaya keselamatan adalah fitur utama dari seorang perawat. Safety merupakan tindakan yang dilakukan perawat untuk mendukung, melindungi dan memperbaiki lingkungan yang dapat menyebabkan bahaya. Perawat harus mampu mengkaji variabel yang berpengaruh terhadap keselamatan seperti usia, kemampuan bergerak, pengaturan perabot, defisit sensori,


(46)

disorientasi, restrain, kaki palsu dan peralatan pendukung lainnya. Pengawasan mendasar terhadap keselamatan antara lain control infeksi dengan mencuci tangan, perawatan kulit, teknik isolasi dan teksik sterilisasi. Beberapa bahaya yang dapat terjadi selama proses hospitalisasi pada anak antara lain pasien jatuh, luka bakar, terhirup benda asing, mainan yang berbahaya, keracunan, dan kurangnya imunisasi.

Clean-esthetic surroundings (lingkungan yang bersih dan indah). Perawat harus mempertimbangkan bahwa makna keindahan berbeda pada masing-masing orang, namun keindahan dan kebersihan lingkungan selalu memberikan efek positif terhadap peningkatan kesehatan seseorang, namun upaya untuk memenuhi kebersihan dan keindahan lingkungan tersebut tetap memperhatikan privasi, kenyamanan dan gaya hidup pasien.

2.2.3. Membantu pemenuhan kebutuhan pasien

Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya. Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan biofisik yang paling rendah. Pencapaian dan hubungan merupakan kebutuhan psikososial yang tinggi, dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan interpersonal yang paling tinggi


(47)

2.3. Konsep Action Research

2.3.1. Pengertian Action Research

Action research merupakan suatu bentuk kegiatan penelitian yang didasarkan pada prinsip kolektif dan reflektif yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial untuk meningkatkan praktek sosial atau kependidikan (Kemmis & McTaggart, 1988).

Action research juga memungkinkan adanya keterlibatan antara peneliti dengan partisipan dalam bentuk kolaborasi dan menitikberatkan terhadap pendekatan naturalistic dan humanistic (Holter & Schwartz-Barcott, 1993),

Action research menuntut seorang peneliti untuk tidak hanya mengumpulkan informasi atau pengetahuan tentang situasi tertentu, namun juga diharapkan untuk mampu membantu memperbaiki situasi yang ditemui pada saat penelitian (Polit & Beck, 2008).

Metode penelitian action research berlangsung bersama kolaborasi dan dialog yang dapat memotivasi, meningkatkan harga diri dan menghasilkan solidaritas yang kuat antara partisipan dan peneliti. Strategi pengumpulan data yang digunakan tidak hanya metode tradisional seperti wawancara dan observasi, tetapi bisa juga dilakukan bercerita, drama komedi, menggambar dan melukis, bermain peran dan kegiatan lain yang mendorong partisipan mengenali kekuatan sendiri dan menemukan cara-cara kreatif untuk mengeksplorasi kehidupan mereka (Polit & Beck, 2008)


(48)

2.3.2. Proses Action Research

Kemmis dan McTaggart (1988) menjelaskan bahwa dalam melaksanakan

AR memerlukan beberapa langkah tindakan yaitu reconnaissance, planning, acting and observing dan reflection.

Langkah pertama Reconnaisance.merupakan tahap awal dalam mencari permasalahan yang ada. Tahap ini dapat di sebut juga tahap preliminary studi, yaitu mempelajari masalah yang ada dan menentukan tema yang penting. Tahap ini menggambarkan apa yang terjadi sekarang dan apa yang kita lakukan sekarang. Pernyataan-pernyataan tentang masalah yang ada mulai dimunculkan pada tahap ini. Selain menentukan masalah yang akan diteliti, tahap ini juga menentukan group action berupa kumpulan orang-orang yang terlibat dalam penelitian dan memastikan bahwa orang-orang tersebut sudah mendapatkan informasi tentang penelitian dan mempunyai komitmen untuk bekerjasama dalam proyek penelitian.

Langkah kedua: planning merupakan perencanaan yang bersifat untuk perbaikan. Tahap ini beorientasi pada peneliti tentang bagaimana kolaborasi dengan partisipan. Pada tahap ini peneliti harus memutuskan bersama dengan

group action kemungkinan tindakan perbaikan yang dapat dilakukan dan hambatan dalam penelitian. Peneliti merumuskan apa yang dapat dilakukan pada situasi atau kondisi tempat penelitian. Perencanaan meliputi rencana untuk merubah dengan menggunakan bahasa, aktivitas dan praktik, hubungan antara manusia dan organisasi, dan merencanakan hasil yang di inginkan. Tahap ini akan


(49)

menjawab pertanyaan : Apa yang akan dilakukan, oleh siapa, kapan dan bagaimana?

Langkah ketiga: acting dan observing adalah mengimplementasikan rencana dan mengobservasi pekerjaan yang dilakukan. Tahap ini adalah melaksanakan rencana yang sudah di tetapkan, meliputi melaksanakan rencana untuk berubah dengan menggunakan bahasa, aktivitas dan praktik, hubungan antara manusia dan organisasi, dan mengobservasi hasil dari implementasi yang telah di lakukan. Hal yang harus diperhatikan oleh peneliti pada tahap ini adalah, setelah peneliti melakukan kegiatan maka peneliti harus segera memonitor apa yang terjadi setelah dilakukan tindakan.

Langkah keempat: reflection merupakan waktu untuk memberikan analisa, sintetis, interpretasi dan menyimpulkan hal yang penting. Pada tahap ini refleksi berfokus pada hasil yang telah di capai kemudian di buat analisa untuk perbaikan pada cycle berikutnya.

Berikut akan digambarkan proses action research menurut Kemmis dan McTaggart (1988) :


(50)

2.4. Kerangka Konseptual

Penyusunan kerangka konseptual dilakukan berdasarkan landasan teori keperawatan Watson’s Theory of Transpersonal Caring yang dikaitkan dengan program ronde keperawatan klinis di rumah sakit. Dalam penyusunan prosedur ronde klinis keperawatan peneliti mengacu kepada kegiatan yang dapat meningkatkan perilaku caring pada perawat, untuk peneliti mengembangkan program ronde klinis keperawatan berdasarkan carative faktor yang ke 4 (membangun helping-trust relationship terdiri dari congruence, empathy, non-possesive warmth), carative factor yang ke 8 (menciptakan lingkungan yang mendukung terdiri dari comfort, privacy, safety dan clean-esthetics surrounding) dan carative factor yang ke 9 (bantuan pemenenuhan kebutuhan dasar terdiri dari survival, functional, integrative dan growth-seeking).

Selain menggunakan teori Watson Transpersonal Caring peneliti juga menggunakan 4P’s Rounding protokol yang terdiri dari Pain, Personal Needs, Position, dan Placemet (Meade et al., 2006). Agar dapat mengembangkan program ronde klinis keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan maka peneliti menggunakan penelitian action research yang terdiri dari tahap planning, acting & observing dan reflecting (Kemmis & Taggart, 1988). Pelaksanaan program ronde klinis keperawatan ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan kepuasan kerja perawat. Kesimpulan tentang teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gbr 2.2.


(51)

Diagram 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Input Proses Output Outcomes

4 P’s Rounding Protokol: 1. Pain

2. Personal Needs 3. Positioning 4. Placement

(Meade et. al., 2006)

Proses action research

Kemmis & Taggart (1988)

Siklus 1

R

P

A & O

Program Ronde Klinis Keperawatan Carative Factor: 4. Membangun helping-trust relationship •Congruence •Empathy •Non-possesive warmth 8. menciptakan lingkungan yang mendukung •Comfort •Privacy •Safety •Clean-esthetics surrounding 9. Bantuan pemenenuhan kebutuhan dasar :

•Survival •Functional •Integrative •Growth-seeking (Watson, 1979) 1. Penggunaan call light 2. Angka kejadian pasien jatuh 3. Angka kejadian luka tekan (decubitus)

4. Tingkat Kepuasan pasien 5. Tingkat kepuasan perawat Program Ronde Klinis Keperawatan Tentative Keterangan P : planning R : reflective


(52)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah action research (AR) untuk mengembangkan program ronde klinis keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan. Pemilihan rancangan ini karena action research merupakan suatu bentuk kegiatan penelitian yang didasarkan pada prinsip kolektif dan reflektif yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial untuk meningkatkan praktek sosial atau kependidikan (Kemmis & McTaggart, 1988). Action research

juga memungkinkan adanya keterlibatan antara peneliti dengan partisipan dalam bentuk kolaborasi dan menitikberatkan terhadap pendekatan naturalistic dan

humanistic (Holter & Schwartz-Barcott, 1993), action research menuntut seorang peneliti untuk tidak hanya mengumpulkan informasi atau pengetahuan tentang situasi tertentu, namun juga diharapkan untuk mampu membantu memperbaiki situasi yang ditemui pada saat penelitian (Polit & Beck, 2008).

Penelitian ini merupakan 1 siklus action research dan dibagi kedalam 4 tahapan yang disusun berdasarkan konsep four ‘moments’ of action research

Kemmis dan McTaggart (1988). Keempat tahapan tersebut terdiri dari planning,

acting, observing dan reflecting. Namun karena penelitian ini merupakan penelitian action research yang pertama dilakukan di RSUD Kota Padangsidimpuan, maka peneliti memerlukan tahap reconnaissance (persiapan)


(53)

untuk meninjau situasi sebagai dasar dalam mengidentifikasi permasalahan yang pada setting penelitian.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap Super VIP Khusus Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan. Ruang rawat inap ini dijadikan sebagai tempat penelitian mengingat ruangan ini merupakan ruangan yang baru dibuka pada bulan Januari 2013 sehingga masih membutuhkan banyak pengembangan dalam pelayanan keperawatannya. Selain itu sebagian besar (84,2%) perawat pelaksana di ruangan ini berpendidikan DIII sehingga memungkinkan mereka untuk mampu terlibat dalam proses penelitian nantinya.

Pengambilan data dan kegiatan penelitian berdasarkan siklus action research dilaksanakan selama 10 minggu sejak April hingga Juni 2013.

3.3. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam program ronde keperawatan yaitu administrator keperawatan, perawat pelaksana dan pasien sebagai objek dalam ronde keperawatan. Pemilihan subjek penelitian ini sejalan dengan pendapat Polit dan Beck (2008) yang menyatakan bahwa pada penelitian kualitatif subjek penelitian atau dikenal dengan partisipan adalah subjek yang pernah mengalami substansi yang akan diteliti.

Seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat inap VIP Khusus menjadi partisipan dalam penelitian ini. Jumlahnya adalah 19 orang dengan rincian 1 orang


(54)

kepala ruangan, 1 orang wakil kepala ruangan, 4 ketua tim dan 13 perawat pelaksana.

3.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan yang beragam (eclectical approach) yaitu menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hal ini memungkinkan dilakukan karena action research merupakan penelitian yang unik dan kompleks sehingga dapat menggunakan tools yang beragam dalam proses pengumpulan data (Webb, 1989). Kompleksitas penelitian action research ini juga terlihat dari beragamnya pengumpulan data pada setiap tahap action research. Selanjutnya akan diuraikan tentang alat dan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.

3.4.1. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 instrumen yaitu (1) panduan wawancara, (2) panduan focus group discussion, (3) lembar observasi partisipan, (4) kuisioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan, (5) kusioner kepuasan kerja perawat. Pengembangan alat pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sendiri oleh peneliti dengan terlebih dahulu melakukan studi literatur. Instrumen yang telah disusun kemudian dilakukan uji validitas dan instrument akan dinyatakan valid apabila Content Validity Index berada diatas > 0.78 (Polit & Beck, 2008). Selanjutnya akan dijelaskan tentang alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.


(55)

(1) Panduan wawancara

Panduan wawancara terdiri dari 7 pertanyaan terbuka tentang persepsi partisipan terhadap ronde klinis keperawatan. Pertanyaan dalam panduan wawancara ditujukan untuk menggali informasi terkait pemahaman partisipan tentang ronde klinis keperawatan, manfaat ronde klinis keperawatan, hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan ronde klinis keperawatan, hal yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dan harapan partisipan terhadap pelaksaan ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap.

Instrumen panduan wawancara telah diuji validitasnya oleh 3 orang expert

dalam manajemen keperawatan (lihat lampiran 4). Uji validitas memperoleh hasil bahwa 2 dari 3 expert menyatakan pertanyaan nomor 6 (pertanyaan tentang hal yang dilakukan untuk mengatasi hambatan) tidak relevan dengan penelitian sehingga item tersebut dihapus. Nilai Content Validity Index (CVI) adalah 0,95. hasil ini menunjukkan bahwa instrumen sudah valid

(2) Panduan Focus Group Discussion (FGD)

Panduan Focus Group Discussion (FGD) terdiri dari 6 pertanyaan terbuka tentang evaluasi pelaksanaan ronde klinis keperawatan di ruangan. Pertanyaan ditujukan untuk menggali informasi tentang persepsi perawat terhadap ronde klinis keperawatan setelah dilakukan aplikasi di ruang rawat inap. Pertanyaan juga ditujukan untuk menggali informasi tentang faktor pendukung dan penghambat serta manfaat yang dirasakan partisipan dalam mengaplikasikan ronde klinis keperawatan.


(56)

Instrumen Panduan Focus Group Discussion (FGD) telah diuji validitas oleh 3 orang expert dalam manajemen keperawatan (lihat lampiran 4). Uji validitas memperoleh hasil bahwa ketiga expert menyatakan seluruh pertanyaan sudah relevan dan Content Validity Index adalah 1,00. Hasil ini menunjukkan bahwa instrumen sudah valid.

(3) Lembar Observasi

Lembar observasi terdiri dari 31 pernyataan terkait kegiatan yang harus dilakukan oleh perawat saat pelaksanaan ronde klinis keperawatan. Pernyataan 1 sampai 4 tentang kegiatan persiapan ronde klinis keperawatan, pernyataan 5 sampai 7 tentang kegiatan sebelum memasuki ruangan pasien, pernyataan 8 sampai 28 tentang kegiatan saat melakukan ronde klinis keperawatan dan 29 sampai 31 tentang kegiatan saat mengakhiri ronde klinis keperawatan. Skor 1 diberikan kegiatan dalam pernyataan dilakukan dan skor 0 apabila kegiatan dalam pernyataan tidak dilakukan

Uji validitas instrumen panduan Focus Group Discussion (FGD) telah dilakukan oleh 3 orang expert dalam manajemen keperawatan (lihat lampiran 4). Uji validitas ini memperoleh hasil bahwa pernyataan 4, 5, dan 8 perlu dirubah kalimatnya. Nilai Content Validity Index adalah 0.93, sehingga diambil kesimpulan bahwa instrument ini sudah valid.


(57)

(4) Kuisioner Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan

Kuisioner Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan dikembangkan berdasarkan Watson’s Theory of Transpersonal Caring terdiri dari 21 item yang menggambarkan sikap dan perilaku caring perawat yang sesuai dengan carative factor yang ke 4, 8 dan 9.

Uji validitas instrumen Kuisioner Kepuasan Perawat Terhadap Pelayanan Keperawatan telah dilakukan oleh 3 orang expert dalam manajemen keperawatan (lihat lampiran 4). Uji validitas memperoleh hasil bahwa pernyataan 4, 8, 10 dan 16 perlu dirubah kalimatnya. Nilai Content Validity Index adalah 0.90, sehingga diambil kesimpulan bahwa instrument ini sudah valid.

(5) KuisionerKepuasan Kerja Perawat

Kuisioner Kepuasan Kerja Perawat terdiri dari 10 pernyataan tentang kepuasan perawat terhadap pekerjaannya. Pernyataan terdiri dari kepuasan kerja perawat pernyataan tentang hubungan perawat dengan pasien (pernyataan nomor 1 sampai 4) dan pernyataan tentang kepuasan partisipan terhadap pekerjaannya sebagai perawat (pernyataan nomor 5 sampai 10).

Uji validitas terhadap instrumen Kuisioner Kepuasan Kerja Perawat telah dilakukan oleh 3 orang expert dalam manajemen keperawatan (lihat lampiran 4). Uji validitas memperoleh hasil bahwa pernyataan 3 dan 5 perlu dirubah kalimatnya. Perhitungan Content Validity Index adalah 0.86, sehingga diambil kesimpulan bahwa instrument ini sudah valid.


(58)

3.4.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara mendalam (in-depth interview), Focus Group Discussion (FGD), Observasi Partisipan dan Self Report.

(1) WawancaraMendalam

Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh data persepsi partisipan tentang ronde klinis keperawatan. Wawancara dilakukan dengan berdasarkan panduan wawancara yang telah disusun dan partisipan diberi kesempatan untuk memilih pertanyaan yang akan dijawab terlebih dahulu. Peneliti mengembangkan pertanyaan dengan teknik probing (Kemmis & McTaggart, 1988). Teknik probing dilakukan peneliti dengan memberikan pertanyaan lanjutan berdasarkan pertanyaan utama yang terdapat dalam panduan wawancara.

Wawancara dilakukan 1 kali pada tahap reconnaissance terhadap kepala ruangan dan 5 orang perawat pelaksana di ruang VIP Khusus. Wawancara dilakukan sejak tanggal 22 sampai 26 April 2013 bertempat di ruangan perawat dengan durasi 20 menit per partisipan. Wawancara direkam dengan menggunakan alat bantu berupa voice recorder.

(2) Focus Group Discussion (FGD)

FGD pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi partisipan setelah aplikasi ronde klinis keperawatan. Peneliti berperan sebagai moderator yang memberi arahan terhadap diskusi dengan memberikan pertanyaan yang telah disusun sebelumnya.


(59)

FGD dilakukan 1 kali pada tahap reflecting dengan durasi 60 menit. FGD dilakukan pada tanggal 13 Juni 2013 mulai pukul 14.00 – 15.00 WIB di ruangan Bidang Keperawatan RSUD Kota Padangsidimpuan. FGD ini dihadiri oleh 8 orang terdiri Kepala Bidang Keperawatan, Kasie I Keperawatan, Kepala Ruang Rawat Inap VIP Khusus dan wakilnya serta 4 orang Penanggung Jawab Shift.

(3) Observasi

Observasi pada penelitian ini bertujuan untuk menilai pelaksanaan ronde klinis keperawatan diruang rawat inap. Observasi ini merupakan observasi partisipan dimana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data (Spadley, 1980). Observasi dilaksanakan 2 kali yaitu 1 kali pada tahap reconnaissance dan 1 kali pada tahap

observing. Observasi dilaksanakan selama 10 menit pada setiap partisipan.

Observasi pada tahap reconnaissance dilaksanakan sejak tanggal 26 hingga 28 April 2013 terhadap 18 orang perawat pelaksana di ruang VIP Khusus. Tujuan dari pelaksanaan observasi pada tahap ini adalah untuk menilai pelaksanaan ronde klinis keperawatan yang berjalan selama ini.

Observasi pada tahap observing dilaksanakan sejak 21 Mei hingga 23 Mei 2013 terhadap 18 orang perawat pelaksana di ruang VIP Khusus. Tujuan dari observasi pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi aplikasi ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap VIP Khusus RSUD Kota Padangsidimpuan.


(60)

(4) Self Report

Teknik Self report dilakukan dengan cara meminta partisipan mengisi kuisioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan kuisioner kepuasan kerja perawat. Penyebaran kuisioner dilakukan 2 kali. Pertama pada tahap reconnaissance yaitutanggal 22 hingga 26 Mei 2013. Penyebaran kusioner yang kedua pada dilakukan pada tahap reflecting yaitu pada tanggal 28 Mei hingga 3 Juni 2013.

Kuisioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan disebarkan kepada 30 orang pasien yang dirawat inap di ruang VIP Khusus. Sedangkan kuisioner kepuasan kerja perawat disebarkan kepada 19 orang perawat di ruang rawat inap VIP Khusus RSUD Kota Padangsidimpuan.

3.5. Prosedur penelitian

Langkah-langkah prosedural action research dalam pengembangan program ronde klinis keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan adalah sebagai berikut:

3.5.1. Tahap Reconnaisance (Tahap Persiapan)

Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi setting penelitian di ruang rawat inap VIP Khusus RSUD Kota Padangsidimpuan. Peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap partisipan untuk mengetahui persepsi partisipan tentang ronde klinis keperawatan. Kemudian peneliti melakukan observasi terhadap proses ronde keperawatan yang telah berjalan selama ini. Selain itu juga peneliti melakukan pengukuran kepuasan pasien dengan menggunakan Kuisioner


(61)

Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan dan pengukuran kepuasan kerja perawat dengan menggunakan Kuisioner Kepuasan Kerja Perawat. Hasil wawancara dan observasi ini kemudian dianalisa untuk memperoleh masalah terkait pelaksanaan ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap VIP Khusus RSUD Kota Padangsidimpuan.

3.5.2. Siklus Action Research

Siklus AR dibagi kedalam 4 langkah yaitu Planning, Acting, Observing

dan Reflecting. Selanjutnya akan dijelaskan kegiatan pada masing-masing tahap :

Tahap Planning. Pada tahap ini peneliti melakukan perencanaan tindakan atau kegiatan yang bersifat tentatif yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan (Kemmis & Taggart, 1988). Perencanaan tindakan ini dimulai dengan merumuskan tujuan perencanaan kemudian kegiatan apa saja yang dilaksanakan dan strategi apa yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan perencanaan. Kegiatan yang direncanakan pada tahap ini bersifat fleksibel dan dapat berubah sesuai dengan kondisi partisipan.

Tahap Acting & Observing. Setelah peneliti menyusun rencana tindakan, tahapan selanjutnya adalah melaksanakan tindakan yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan tindakan ini peneliti melakukannya secara simultan, artinya peneliti selalu mengikutinya secara cermat sesuai dengan instrument yang ditelitinya. Pelaksanaan tindakan juga diikuti dengan kegiatan observing yang bertujuan untuk mengobservasi pelaksanaan tindakan. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini antara lain penyusunan program ronde keperawatan,


(62)

pelaksanaan sosialisasi program ronde klinis keperawatan dan aplikasi ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap.

Tahap Reflecting. Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi yang telah dilaksanakan sebelumnya untuk mendapatkan gambaran sejauh mana perancanaan tindakan terlaksana. Selain itu juga untuk mencari pemecahannya apabila ditemukan masalah dalam pelaksanaannya. Pada tahap ini peneliti memfokuskan pada upaya menganalisis, mensintesis, memaknai dan menyimpulkan.

Pada tahap ini peneliti melakukan Focus Group Discussion (FGD)

bersama dengan Kepala Bidang Keperawatan, Kepala ruangan, Ketua tim dan 3 orang perawat pelaksana. Tujuan dari FGD ini adalah untuk menggali persepsi perawat setelah dilaksanakan ronde klinis keperawatan juga menggali informasi terkait faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan ronde klinis keperawatan di ruang rawat inap.

3.6. Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel yang diteliti adalah pengembangan program ronde klinis keperawatan. Defenisi operasional pengembangan program ronde klinis keperawatan adalah pengembangan suatu pedoman kegiatan yang dilakukan oleh perawat di ruang rawat inap dimana perawat mengunjungi pasien keruangannya dan mengkaji kebutuhan pasien secara sistematis dan terjadwal.


(63)

3.7. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara, hasil FGD dan hasil observasi, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari kuisioner kepuasan pasien dan kuisioner kepuasan kerja perawat.

Analisis data kualitatif dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun transkrip data kualitatif. Transkrip ini memuat data tentang identitas partisipan, waktu wawancara, tempat dan situasi wawancara serta catatan lapangan yang memuat informasi non verbal yang diperoleh selama wawancara. Dalam transkrip peneliti membuat simbol “Pe” untuk penyataan peneliti dan simbol “Pa” untuk penyataan partisipan.

Selanjutnya peneliti melakukan content analysis dengan menggunakan 10 tahapan (Setiawan, 2012): (1) Menyusun dan membaca keseluruhan trankrip dan mengulanginya bila dirasa perlu, (2) Mengidentifikasi Pernyataan Signifikan (PS) dari setiap teks yang terdapat dalam transkrip, (3) Menuliskan Pernyataan Signifikan (PS) kedalam tabel, (4) Mengidentifikasi Pernyataan Signifikan untuk memastikan tidak ada PS yang terlewatkan, (5) Melakukan sorting dengan

ascending mode, (6) Memberikan kode untuk setiap pertanyaan signifikan, (7) Mengelompokkan koding yang sama dalam suatu kategori, (8) Mengecek kembali kesesuain penempatan PS dibawah satu kategori, (9) Mengelompokkan kategori yang sejenis dan (10) Menentukan tema atau sub tema

Dalam melakukan content analysis peneliti menggunakan software Weft QDA. Program ini memungkinkan seluruh data akan dimasukkan kedalam


(64)

computer, setiap bagian dari data diberi kode. Kemudian teks lain yang sesuai dengan kode tersebut dikelompokkan untuk kemudian dianalisa.

Sedangkan analisis data kuantitatif berupa data kepuasan pasien dan data kepuasan perawat dianalisa dengan menggunakan uji statistic non parametrik. Data tentang Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan ditampilkan dalam distribusi frekwensi untuk melihat rata-rata kepuasan kelompok pasien yang tidak dilakukan ronde klinis keperawatan (kelompok non aplikasi) dan kelompok pasien yang dilakukan ronde klinis keperawatan (kelompok aplikasi). Sedangkan untuk kepuasan perawat diuji dengan menggunakan uji wilcoxon

untuk membandingkan perbedaan data sebelum dilaksanakan program ronde klinis keperawatan dengan setelah dilaksanakan program ronde klinis keperawatan. Alasan pemilihan uji ini karena sampel jumlah sampel hanya 19.

3.8. Keabsahan Data

Keabsahan data bertujuan untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan memperjelas data dengan fakta-fakta aktual di lapangan. Lincoln dan Guba (1985) menentukan beberapa kriteria dalam keabsahan data penelitian kualitatif yaitu

credibility, transferability, dependability dan comfirmability.

Kriteria credibility dipenuhi peneliti dengan menggunakan teknik

prolonged engagement untuk membangun kepercayaan antara peneliti dan partisipan. Prolonged engagement dilakukan peneliti dengan cara saling mengenal terhadap partisipan selama 7 tahun. Peneliti juga melakukan metode triangulation


(65)

untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang diperoleh dengan data dari sumber lain. Metode triangulation dilakukan peneliti dengan melakukan metode pengumpulan data yang beragam terdiri dari wawancara, observasi, FGD dan penyebaran kuisioner.

Transferability memiliki makna bahwa penelitian ini dapat digunakan pada

setting yang berbeda. Untuk memenuhi kriteria ini peneliti menjelaskan secara rinci data yang diperoleh termasuk juga situasi organisasi dan geografis tempat penelitian serta temuan yang diperoleh.

Dependability memastikan bahwa jika penelitian diulang dengan konteks yang sama, metode yang sama dan partisipan yang sama maka hasil penelitian yang diperoleh juga akan sama. Untuk memenuhi kriteria ini peneliti mengumpulkan seluruh dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini dalam bentuk thick description atau dokumen yang tebal.

Comfirmability merupakan upaya untuk menciptakan kepastian data penelitian. Hal ini dilakukan peneliti dengan mengkonfirmasi hasil analisa data dalam bentuk transkrip verbatim kepada pembimbing sehingga diperoleh objektivitas data.

3.9. Pertimbangan Etik

Penelitian ini telah memperoleh ethical clearance dari Komite Etik Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan setelah partisipan menyetujui keiikutsertaan dalam penelitian dan menandatangani informed concent yang berisi informasi terkait penelitiaan


(66)

Penelitian ini bersifat sukarela dan partisipan berhak untuk menarik keiikutsertaannya dalam penelitian kapan saja diinginkannya (respect for human),

selain itu peneliti juga mengganti nama partisipan dengan inisial untuk menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan oleh partisipan (confidentiality). Informasi yang diberikan partisipan tidak akan digunakan untuk sesuatu yang merugikan bagi partisipan(beneficence).


(67)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian action research yang dilakukan selama 8 minggu sejak 23 April hingga 15 Juni 2013 di ruang rawat inap VIP Khusus RSUD Kota Padangsidimpuan. Pokok bahasan dalam bab ini adalah:

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.2. Data Demografi Partisipan

4.3. Proses Pengembangan Program Ronde Klinis Keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan

4.3.1. Tahap Reconnaissance, merupakan konteks studi yang menggambarkan

setting penelitian, persepsi perawat tentang ronde klinis keperawatan, tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan tingkat kepuasan kerja perawat.

4.3.2. Tahap action research yang terdiri dari Planning, Acting & Observing

dan Reflecting

4.4. OutcomesAction Research terdiri dari struktur dan uraian tugas tim ronde keperawatan, program ronde keperawatan, kerangka acuan, Standar Operation and Procedure (SOP), dan Alur Pelaksanaan Ronde Klinis Keperawatan

4.5. Dampak Pelaksanaan Program Ronde Klinis Keperawatan terhadap kepuasan pasien dan kepuasan kerja perawat


(68)

4.1. Dekripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan (RSUD) yang merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang didirikan pada tahun 1937, dimana letak bangunannya berada di Jl. Dr. Ferdinand Lumban Tobing No. 5 - 10, Kelurahan Wek IV Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Tanggal 22 Februari 1979 No. 51/MENKES/SK/11/1979, Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan ditetapkan sebagai Rumah Sakit berstatus kelas “C”. Kemudian untuk memenuhi perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang terus menerus meningkat disertai dengan keberhasilan pengelolaan dan pembangunan yang dilaksanakan, Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan dinaikkan kelasnya menjadi Rumah Sakit Umum Kelas “B” non pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 316/MENKES/SK/IV/1999 Tanggal 23 April 1999.

Seiring dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Padangsidimpuan, maka Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan menjadi Lembaga Tekhnis Daerah berbentuk Badan Milik Pemerintah Kota Padangsidimpuan, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No. 05 Tahun 2003 yang kemudian berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan sesuai dengan Peraturan Walikota Padangsidimpuan No. 33 / PW / 2008 Tanggal 03 Nopember 2008.


(69)

Rumah Sakit Umum Kota Padangsidimpuan secara geografis sangat strategis berada di Pusat Kota Padangsidimpuan dan berada pada posisi silang jalur lintas darat antara Sumatera dan Jawa atau sebaliknya, apalagi jarak tempuh jalan darat ke pusat Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara ( Medan ) sejauh 475 Km dengan menghabiskan waktu tempuh ± 10 jam perjalanan. Kondisi geografis ini membuat Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan menjadi tumpuan harapan masyarakat dalam Pelayanan Bidang Kesehatan dari berbagai daerah sekitarnya dijalur Pantai Bagian Barat Provinsi Sumatera Utara, antara lain : Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padanglawas Utara, Kabupaten Padanglawas, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias, Kota Sibolga, Provinsi Riau ( Perbatasan ) dan Provinsi Sumatera Barat ( Perbatasan).

Struktur organisasi rumah sakit disusun berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri No. 061/1732/SJ/1999 Tanggal 23 Juli 1999 yang kemudian dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan dengan nomor Surat Keputusan No. 8 Tahun 1999. Struktur organisasi RSUD Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Gbr 4.1.


(70)

(1)

DOKUMENTASI KEGIATAN

ACTION RESEARCH

PENGEMBANGAN PROGRAM RONDE KLINIS KEPERAWATAN

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

I.

TAHAP RECONNAISANCE

II.

TAHAP ACTING DAN OBSERVING

2.1.

Pertemuan Dengan Tim Manajemen Keperawatan


(2)

Pengarahan dari Kepala Bidang

Keperawatan

Sekilas tentang penelitian yang akan

dilaksanakan

2.2.

Pertemuan dengan Kepala Ruangan

2.3.

Pembentukan Tim Ronde Klinis Keperawatan

Pertemuan dengan Kepala Bidang Keperawatan, Kasie Keperawatan dan Kepala ruang rawat inap VIP Khusus

Penjelasan tentang tim dan uraian

tugasnya

Pembentukan tim dipandu oleh

Kepala Bidang Keperawatan


(3)

2.4.

Perumusan Program, Kerangka acuan, SOP dan Alur Ronde Klinis

Keperawatan

Perumusan program oleh tim ronde

keperawatan Pengarahan dari Kasie keperawatan tentang program


(4)

2.5.

Briefing Aplikasi Ronde Klinis Keperawatan

Kelompok berdiskusi untuk memperagakan ronde klinis

k

Penjelasan SOP dan Alur Ronde Klinis Keperawatan

Peserta dibagi ke dalam 2 kelompok diskusi

Pengarahan dari Kepala Bidang tentang tekhnis diskusi


(5)

2.6.

Aplikasi Ronde Klinis Keperawatan di ruang rawat inap

Kegiatan serah terima dipimpin oleh kepala ruangan

Kegiatan ronde klinis keperawatan oleh perawat penanggung jawab pasien

Supervisi ronde klinis keperawatan oleh Kepala Bidang Keperawatan

Supervisi ronde klinis keperawatan oleh Kasie Keperawatan


(6)

III. Tahap Reflecting

FGD dihadiri oleh Kepala Bidang Keperawatan

Salah seorang partisipan mengungkapkan perasaannya setelah melaksanakan ronde