Kegiatan partisipasi politik pada intinya tertuju kepada dua subjek, yaitu: 1 pemilihan penguasa, dan 2 melaksanakan segala kebijaksanaan penguasa
pemerintah. Menurut Closky 1982 bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan
sukarela voluntary dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung direct atau tidak langsung
indirect dalam proses pembentukan kebijaksanaan umum. “Di negara-negara demokrasi, konsep partisipasi politik bertolak dari
paham bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan
masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Jadi, partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari
penyelenggaraan kekuasaan politik yang abash oleh rakyat”.
11
1.5.1.1 Pemilihan Umum
Pemilihan umum adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan- jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari presiden,
wakil rakyat, diberbagai tingkat pemerintahan sampai kepala desa. “Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif tidak
memaksa dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan kegiatan-kegiatan lain”.
12
“Pemilihan umum adalah pasar politik tempat individu masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial perjanjian masyarakat antara
peserta pemilihan umum partai politik dengan pemilih rakyat yang memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktifitas
politik yang meliputi kampanye, propaganda, iklan politik melalui media massa cetak, audio radio maupun audio visual televise serta media lainnya
seperti spanduk, pamflet, selebaran bahkan komunikasi antara pribadi yang berbentuk face to face tatap muka atau lobby yang berisi penyampaian pesan
11
Ibid,. hlm. 368.
12
Arifin Anwar. 2006. Pencitraan dalam Politik. Jakarta: Pustaka Indonesia. hlm. 39.
Universitas Sumatera Utara
mengenai program, platform, asas, ideology serta janji-janji politik lainnya guna meyakinkan pemilih sehingga pada waktu dilaksanakannya pemilihan
umum dapat menentukan pilihannya terhadap salah satu partai politik yang menjadi peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam badan legislative
maupun eksekutif”.
13
Affan Gafar mengajukan 5 lima parameter untuk sebuah pemilihan umum yang ideal :
14 “
Pertama, pemilihan umum yang akan datang haruslah diselenggarakan dengan cara yang demokratis sehingga memberikan peluang bagi semua partai
dan calon legislatif yang terlibat untuk berkompetisi secara fair dan jujur. Rekayasa dan manipulasi yang sangat mewarnai penyelenggaraan pemilu
masa lampau jangan sampai terulang lagi. Kedua, pemilihan umum haruslah menciptakan MPRDPR, DPRD Tingkat I dan DPRD Tingkat II yang lebih
baik, lebih berkualitas, dan memiliki akuntabilitas politik yang tinggi. Ketiga, derajat keterwakilan, artinya bahwa anggota MPRDPR yang dibentuk melalui
pemilihan umum haruslah memiliki keseimbangan perwakilan, baik antara wakil Jawa maupun luar Jawa atau antara pusat dengan daerah. Keempat,
peraturan perundang-undangan pemilu haruslah tuntas. Kelima, pelaksanaan pemilu hendaknya bersifat praktis, artinya tidak rumit dan gampang
dimengerti oleh kalangan masyarakat banyak”.
1.5.1.2 Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung