Latar Belakang Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 Di Kecamatan Medan Helvetia

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemilihan umum merupakan salah satu instrument terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilihan umum bahkan telah menjadi parameter utama bagi masyarakat internasional untuk mengukur demokratis tidaknya suatu negara. Walau pemilihan umum seringkali dijadikan alat legitimasi bagi rezim otoriter. Karena pada kenyataannya,masyarakat internasional kini hampir menyepakati bahwa tidak ada Negara yang dapat dikategorikan sebagai Negara demokratis apabila tidak menyelenggarakan pemilihan umum, terlepas dari bagaimana pelaksanaan dan kualitas pelaksanaannya.Prinsip dasar demokrasi adalah setiap orang dapat ikut serta dalam proses pembuatan keputusan politik. Dalam suatu sistem politik yang demokratis para pemimpin dipilih langsung oleh rakyat, para politisi atau pejabat publik sebagai wakil rakyat akan berbuat maksimal sesuai dengan aspirasi masyarakat. Sebab, pertama, dalam kacamata “mandat”, pilkada yang dilakukan secara regular dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyeleksi kebijakan-kebijakan politik yang baik sesuai dengan dengan keinginan masyarakat luas. Selama kampanye pilkada dan pemilu misalnya, para calon gubernur, para calon bupati maupun para calon walikota menawarkan berbagai isu dan program untuk mensejahterakan masyarakat, sehingga hal ini menjadi daya tarik bagi pemilih untuk memilihnya. Kedua, dalam kacamata akuntabilitas, pilkada dan pemilu merupakan sarana bagi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan berbagai keputusan dan tindakannya di Universitas Sumatera Utara masa lalu. Konsekuensinya, pemerintahan dan politisi akan selalu memperhitungkan penilaian masyarakat, sehinggka akan memilih kebijakan atau program yang berdampak pada penilaian positif pemilih terhadap dirinya, agar terpilih kembali pada pilkada atau pemilu berikutnya. 1 Pilkada langsung berarti mengembalikan “hak-hak dasar’ masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekrutmen politik local secara demokratis. Dalam konteks itu, negara memberikan kesempatan kepada masyarakat di daerah untuk menentukan sendiri pemimpin mereka, serta menentukan sendiri segala bentuk kebijaksanaan yang menyangkut harkat hidup rakyat daerah. 2 Ada beberapa argumen penting bagi pilkada langsung terkait dengan kedaulatan rakyat, yaitu: 3 1. Rakyat secara langsung dapat menggunakan hak-haknya secara utuh. Menjadi kewajiban Negara memberkan perlindungan terhadap hak pilih rakyat. Salah satu hak politik rakyat tersebut adalah hak memilih calon pemimpin. Penundaan atau peniadaan hak pilih tidak hanya mengurangi secara signifikansi nilai-nilai demokrasi dalam pilkada langsung namun bahkan setiap saat mengancam legitimasi pemimpin pemerintahan daerah. 2. Wujud nyata asas pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Pertanggungjawaban responsibility dan akuntabilitas accountability public seorang pemimpin merupakan landasan amat penting guna menjaga kelangsungan sebuah kepemimpinan politik. Melalui pilkada langsung, maka seorang Kepala Daerah harus dapat mempertanggungjawabkan kepemimpinan kepada rakyat yang memilih. Tingkat penerimaan rakyat kepada Kepala Daerah merupakan jaminan bagi peningkatan partisipasi politik rakyat yang akan menjaga kelanggengan sebuah kepemimpinan. Kepala Daerah yang tak dapat memenuhi asas pertanggungjawaban dan akuntabilitas akan ditinggalkan rakyat, bahkan rakyat akan menghukumnya dengan jalan tidak akan memilihnya lagi. Karena itu, dalam beberapa system pemilihan, calon Kepala Daerah harus memiliki trade mark, yakni cirri khas dan prioritas program kerja, yang dapat dipertanggungjawabkan di kemudian hari. 1 Ahmad Nadir. 2005. Pilkada Langsung, dan Masa Depan Demokrasi. Malang: Averroes Press. hlm. viii 2 Joko J. Prihatmoko. 2005. Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 21 3 Ibid., hlm. 128-129. Universitas Sumatera Utara 3. Menciptakan suasana kondusif bagi terciptanya hubungan sinergis antara pemerintahan dan rakyat. Pemerintahan akan melaksanakan kehendaknya sesuai dengan kehendak rakyat. Keserasian dan keseimbangan hubungan antara keduanya akan membawa pengaruh yang sangat menentukan bagi tegaknya suatu pemerintahan yang demokratis. Oleh sebab itu, bilamana sebuah pemerintahan telah “ditinggalkan” rakyatnya, maka ambruknya pemerintahan tersebut tinggal menunggu waktu dalam hitungan yang tak lama. Kehendak agar pilkada digelar secara langsung dilakukan di Indonesia bisa terakomodasi setelah lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang disusul dengan keluarnya PP No.6 Tahun 2005 yang mengatur Pilkada. Pilkada langsung adalah sarana perwujudan kedaulatan rakyat. Di sini, kehendak rakyat akan diwujudkan secara langsung dengan memilih pemimpinnya pada tingkat provinsi yaitu untuk memilih gubernur dan wakil gubernur dan pada tingkat kabupatenkota untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah kabupatenkota. 4 Pemilihan umum kepala daerah Sumatera Utara tahun 2013 yang dilaksanakan pada 7 Maret 2013 merupakan salah satu wujud dari demokrasi dimana seluruh masyarakat provinsi Sumatera Utara memiliki hak untuk memilih sendiri pemimpinnya selama 5 tahun ke depan secara langsung. Pemilihan umum kepala daerah Sumatera Utara tahun 2013 diikuti oleh lima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Kelima pasangan tersebut masing- masing mencalonkan diri berdasarkan dukungan partai dan tidak ada calon perseorangan independent. Mereka adalah pasangan Drs. H. Amry Tambunan – Dr. Rustam Effendy Nainggolan yang didukung oleh Partai Demokrat, Dr. H. Chairuman 4 Lihat Samsul Wahidin. 2008. Hukum Pemerintahan Daerah: Mengawasi Pemilihan Umum Kepala Daerah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 138. Universitas Sumatera Utara Harahap, SH, MH – H. Fadly Nurzal, S.Ag yang didukung oleh beberapa partai politik yaitu Partai Golongan Karya, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia dan Partai Republik Nusantara, Drs. Effendi M.S. Simbolon- Drs. Djumiran Abdi yang didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Peduli Rakyat Nasional dan Partai Damai Sejahtera, H. Gatot Pujo Nugroho, ST – Ir. H. T. Erry Nuradi yang didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Kebangkitan Nasional Ulama, Partai Patriot dan Partai Persatuan Nasional dan pasangan H. Gus Irawan Pasaribu, SE Ak, MM – Ir. H. Soekirman yang didukung oleh 22 partai politik diantaranya adalah Partai Amanat Nasional, Partai Bulan Bintang, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Bintang Reformasi dan partai politik lainnya. 5 Berikut ini adalah Nomor Urut Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013 : 6 • Nomor Urut 1 : H. Gus Irawan Pasaribu, SE Ak, MM – Ir. H. Soekirman • Nomor Urut 2 : Drs. Effendi M.S. Simbolon- Drs. Djumiran Abdi • Nomor Urut 3 : Dr. H. Chairuman Harahap, SH, MH – H. Fadly Nurzal, S.Ag • Nomor Urut 4 : Drs. H. Amry Tambunan – Dr. Rustam Effendy Nainggolan • Nomor Urut 5 : H. Gatot Pujo Nugroho, ST – Ir. H. T. Erry Nuradi 5 Data Diperoleh dari SK KPU Provinsi Sumatera Utara 6 Ibid., hlm 1 Universitas Sumatera Utara Dari kelima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada pemilihan umum kepala daerah Sumatera Utara tersebut, pasangan Nomor Urut 5 H. Gatot Pujo Nugroho, ST – Ir. H. T. Erry Nuradi yang merupakan calon Incumbent berhasil memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara Periode 2013-2018 dengan perolehan suara sebesar 1.604.337 atau 33 dari total suara sah diikuti dengan pasangan calon Nomor Urut 2 Drs. Effendi M.S. Simbolon- Drs. Djumiran Abdi dengan perolehan suara 1.183.187 atau 24,34 dari total suara sah serta urutan ketiga yaitu pasangan calon Nomor Urut 1 H. Gus Irawan Pasaribu, SE Ak, MM – Ir. H. Soekirman memperoleh suara sebanyak 1.027.433 atau 21,13 dari total suara sah. Selanjutnya, pasangan Nomor Urut 4 Drs. H. Amry Tambunan – Dr. Rustam Effendy Nainggolan memperoleh 594.414 atau 12,23 dari total suara sah dan urutan terakhir adalah pasangan calon dengan Nomor Urut 3 Dr. H. Chairuman Harahap, SH, MH – H. Fadly Nurzal, S.Ag yang memperoleh 452.096 suara atau 9,30 dari total suara sah. 7 Secara keseluruhan, total suara yang masuk di Komisi Pemilihan Umum Sumatera Utara berjumlah 5.001.430 suara yang meliputi 4.861.467 suara sah dan 139.963 suara tidak sah. 8 7 Data diperoleh dari Surat Keputusan KPU Provinsi Sumatera Utara Nomor : 19KptsKPU Prov- 0022013 Sementara itu, jumlah Daftar Pemilih Tetap DPT pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara kali ini adalah sebanyak 10.310.872 jiwa. Dari total perolehan suara tersebut, maka Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara periode 2013-2018 dilaksanakan satu putaran. Dari jumlah DPT yang terdaftar, ada 5.309.442 pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya atau 51,5 dari total DPT. 8 http:m.beritahukum.comdetail_berita.php?judul=Inilah20Hasil20Perolehan20Suara20Pilkada20Su mut20Seluruh20KabupatenKota. Diakses pada tanggal 26 April 2013, pukul 17.25 WIB. Universitas Sumatera Utara Pada masa kampanye pemilihan umum kepala Sumatera Utara 2013 kemarin, masing-masing tim sukses pasangan calon gubernur dan wakil gubernur berlomba- lomba untuk memenangkan hati dan suara para pemilih. Mulai dari kampanye terbuka, ikut dalam acara-acara masyarakat, pemberian sumbangan ataupun hadiah, melakukan money politic dan sebagainya. Hal itu dilakukan oleh para tim sukses untuk memenangkan pasangan yang mereka usung. Fenomena politik diatas merupakan bentuk dari pola pemberian suara masyarakat dalam pemilihan umum. Selanjutnya pola pemberian suara ini dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan perilaku lebih tepatnya perilaku pemilih. Perilaku pemilih sendiri menurut Ramlan Surbakti adalah : “keikutsertaan warga Negara dalam pemilihan umum yang merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum. Kalau memutuskan memilih apakah memilih partai atau kandidat X ataukah partai atau kandidat Y… .” Perilaku pemilih dalam pemilihan umum kepala daerah merupakan hal yang sangat penting. Karena di dalam menentukan apakah pemilihan umum kepala daerah berhasil, maka perilaku pemilih masyarakatnya akan menjadi factor penentu yang penting pula. Bila di dalam pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah ternyata dapat dilihat bahwa masyarakat tidak terlalu ikut ambil bagian di dalamnya, misalnya dengan tingginya angka golput, berarti pemilihan umum kepala daerah tersebut dapat dikatakan kurang berhasil dilaksanakan. Terbukti dengan masyarakatnya yang kurang member perhatian pada pesta demokrasi local itu. Karena pentingnya perilaku pemilih di dalam pemilihan umum kepala daerah, maka perlu diadakan kajian intensif terhadap perilaku pemilih itu sendiri. Universitas Sumatera Utara Pemilihan umum kepala daerah merupakan satu hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Mengapa saya mengkaji perilaku pemilih dalam pemilihan umum kepala daerah adalah karena saya ingin melihat bagaimana antusiasme masyarakat dalam menyambutnya, karena dalam pemilihan umum kepala daerah kita akan memilih orang nomer satu di daerah kita nantinya. Menyadari akan pentingnya penelitian tentang perilaku pemilih, maka di dalam karya ilmiah ini saya akan menjelaskan dan meneliti tentang perilaku pemilih di Kecamatan Medan Helvetia. Kecamatan Medan Helvetia merupakan wilayah administratif dari Kotamadya Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Helvetia merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi di Kotamadya Medan. Tingginya jumlah penduduk diikuti dengan komposisi masyarakat yang heterogen. Penulis memilih Kecamatan Medan Helvetia sebagai tempat penelitian karena terdapat fenomena yang cukup menarik, yaitu tingginya antusiasme masyarakat dalam mengikuti kampanye yang dilaksanakan di Kecamatan Medan Helvetia ternyata tidak berbanding lurus dengan antusiasme masyarakat terhadap pemilihan umum kepala daerah itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jumlah masyarakat yang ikut dalam kampanye, namun tingkat partisipasi di dalam pemilihan umum kepala daerah cenderung rendah. Dari jumlah Daftar Pemilih Tetap DPT yang terdaftar di Kecamatan Medan Helvetia sebanyak 143.258 jiwa, hanya 52.475 orang yang menggunakan haknya untuk memilih, jumlah tersebut terdiri dari 51.335 suara sah dan 1.140 suara tidak sah. Universitas Sumatera Utara Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perilaku permilih dalam pilkada Sumatera Utara tahun 2013. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara tahun 2013 di Kecamatan Medan Helvetia”.

1.2 Perumusan Masalah