Pertumbuhan TI JAUA PUSTAKA

lambat. Sebaliknya di dataran rendah penguraian bahan organik dan pelapukan mineral berlangsung cepat. Karena itu di daerah pegunungan keadaan tanahnya relatif lebih subur, kaya bahan organik dan unsur hara jika dibandingkan dengan tanah di dataran rendah Djayadiningrat 1990. Menurut Rochidayat dan Sukowi 1979 dalam Sulistyono 1995 tinggi tempat berpengaruh terhadap suhu udara dan intensitas cahaya. Suhu dan intensitas cahaya akan semakin kecil dengan semakin tingginya tempat tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena berkurangnya penyerapan absorbsi dari udara. Berkurangnya suhu dan intensitas cahaya dapat mengahambat pertumbuhan karena proses fotosintesis terganggu. Pengaruh tinggi tempat terhadap pertumbuhan pohon bersifat tidak langsung, artinya perbedaan ketinggian tempat akan mempengaruhi keadaan lingkungan tempat tumbuh pohon terhadap suhu, kelembaban, oksigen di udara, dan keadaan tanah.

2.4 Pertumbuhan

Pertumbuhan pohon sangat ditentukan oleh tiga faktor yaitu genetik, lingkungan, dan teknik budidaya silvikultur. Faktor faktor tersebut dapat dikelompokkan sebagai faktor eksternal tanah, iklim, api, pencemaran dan faktor biotik, dan faktor internal hormon, keseimbangan air, dan genetik. Diantara komponen iklim, yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon adalah suhu, cahaya, angin dan hujan Lambers dan Pons 1998. Laju pertumbuhan pohon tropis biasanya diukur dengan perubahan dimensi, berdasarkan lingkar batang atau diameter. Pohon tropis dapat lebih mudah diukur dan akurat dengan pengukuran pertumbuhan rata rata yang dimulai dari pengukuran awal Gardner et al. 1991. Perkembangan diameter pohon terjadi karena pertumbuhan xilem dan floem sekunder yang berkembang dari jaringan meristem sekunder. Penebalan batang dimulai setelah meristem apikal berkembang menjadi tiga lapis silinder jaringan yaitu epidermis, jaringan dasar, dan sistem vaskular. Pertumbuhan sekunder melibatkan sel sel pada dua macam meristem yaitu kambium vascular dan kambium gabus. Kambium vaskular terdiri dari sel sel meristem lateral yang aktif membelah dan berada di antara xilem dan floem primer. Kambium vascular mampu membelah dalam dua arah. Sel sel yang dibentuk ke arah luar akan berkembang menjadi floem sekunder, sedangkan sel sel yang dibentuk kearah dalam membentuk xilem sekunder. Dalam pembelahannya kambium vascular menghasilkan sel xilem lebih banyak daripada sel floem. Sel sel xilem sekunder yang dibentuk dari hasil pembelahan merupakan penyusun kayu. Sementara jaringan floem sekunder yang terbentuk akan menggantikan sel sel epidermis dan korteks yang akan terkelupas secara kontinyu Gardner et al. 1991. Banyak spesies memerlukan naungan pada awal pertumbuhannya, walaupun dengan bertambahnya umur naungan dapat dikurangi secara bertahap. Beberapa spesies yang berbeda mungkin tidak memerlukan naungan dan yang lain mungkin memerlukan naungan mulai awal pertumbuhannya. Pengaturan naungan sangat penting untuk menghasilkan semai semai yang berkualitas. Naungan berhubungan erat dengan temperature dan evaporasi. Oleh karena adanya naungan, evaporasi dari semai dapat dikurangi. Beberapa spesies lain menunjukkan perilaku yang berbeda. Beberapa spesies dapat hidup dengan mudah dalam intensitas cahaya yang tinggi tetapi beberapa spesies tidak. Suhardi et al. 1995.

2.5 Intensitas Cahaya

Dokumen yang terkait

Diagnosis jenis Shorea parvifolia Dyer dan Shorea leprosula Miq. berdasarkan random amplified polymorphic DNA(RAPD)

1 20 56

Variasi DNA Kloroplas Shorea spp (Shorea acuminata Dyer, Shorea leprosula Miq dan Shorea parvifolia Dyer) Berdasarkan Penanda Mikrosatelit.

0 6 118

Pertumbuhan Tanaman Shorea leprosula Miq dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat)

1 9 81

Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah)

1 15 5

Respon Pertumbuhan Anakan Shorea leprosula Miq, Shorea mecistopteryx Ridley, Shorea ovalis (Korth) Blume, dan Shorea selanica (Dc) Blume terhadap Tingkat Intensitas Cahaya Matahari

0 2 90

The Growth of Red Meranti (Shorea leprosula Miq.) with Selective Cuttingand Line Planting in areas IUPHHK-HA PT. Sarpatim Central Kalimantan

0 3 86

Model Penduga Volume Sortimen Kayu Perdagangan pada Pohon Berdiri dengan Inventarisasi Kualitas. Studi Kasus Jenis Shorea leprosula Miq. di Areal IUPHHK-HA PT Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah

0 3 53

Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

1 21 29

Tabel Volume Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) dan Meranti Kuning (Shorea multiflora Miq) di Areal IUPHHK Provinsi Kalimantan Tengah

0 4 35

Variasi DNA Kloroplas Shorea spp (Shorea acuminata Dyer, Shorea leprosula Miq dan Shorea parvifolia Dyer) Berdasarkan Penanda Mikrosatelit

1 15 54