Intensitas Cahaya TI JAUA PUSTAKA

yang dibentuk ke arah luar akan berkembang menjadi floem sekunder, sedangkan sel sel yang dibentuk kearah dalam membentuk xilem sekunder. Dalam pembelahannya kambium vascular menghasilkan sel xilem lebih banyak daripada sel floem. Sel sel xilem sekunder yang dibentuk dari hasil pembelahan merupakan penyusun kayu. Sementara jaringan floem sekunder yang terbentuk akan menggantikan sel sel epidermis dan korteks yang akan terkelupas secara kontinyu Gardner et al. 1991. Banyak spesies memerlukan naungan pada awal pertumbuhannya, walaupun dengan bertambahnya umur naungan dapat dikurangi secara bertahap. Beberapa spesies yang berbeda mungkin tidak memerlukan naungan dan yang lain mungkin memerlukan naungan mulai awal pertumbuhannya. Pengaturan naungan sangat penting untuk menghasilkan semai semai yang berkualitas. Naungan berhubungan erat dengan temperature dan evaporasi. Oleh karena adanya naungan, evaporasi dari semai dapat dikurangi. Beberapa spesies lain menunjukkan perilaku yang berbeda. Beberapa spesies dapat hidup dengan mudah dalam intensitas cahaya yang tinggi tetapi beberapa spesies tidak. Suhardi et al. 1995.

2.5 Intensitas Cahaya

Secara langsung intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan melalui proses fotosintesis, pembukaan stomata dan sintesis klorofil, sedangkan pengaruhnya terhadap pembesaran dan differensiasi sel terlihat pada pertumbuhan tinggi tanaman dan ukuran serta struktur daun dan batang Kramer dan Kozlowski 1960. Menurut Bey dan Las 1991, mekanisme pengaruh radiasi surya pada tanaman terdiri atas : a. foto energi fotosintesis dan foto stimuls yang terdiri atas proses pergerakan dan proses pembentukan klorofil, pigmen, perluasan daun, pertunasan dan pembungaan. Spektrum cahaya tampak adalah spektrum yang dapat membangkitkan proses fotosintesis yaitu pada spektrum PAR Photosynthetic Active Radiation atau energi cahaya tampak. Di dalam proses fotosintesis radiasi spektrum PAR diubah dari energi fisika menjadi energi kimia organik dan disimpan ke dalam gugus CH2On atau karbohidrat di dalam sel organ Nasir 2001. Spektrum ini biasa kita sebut dengan cahaya. Reaksi cahaya dalam fotosintesis merupakan akibat langsung penyerapan foton oleh molekul molekul pigmen seperti klorofil. Tidak seluruh foton memiliki tingkat energi yang cocok untuk menggiatkan pigmen daun. Pada kisaran di atas 760 nm foton tidak memiliki cukup energi dan dibawah 390 nm foton bila diserap oleh daun memiliki terlalu banyak energi, menyebabkan ionisasi dan kerusakan pigmen. Hanya foton yang mempunyai panjang gelombang antara 390 dan 760 nm cahaya tampak memiliki energi yang cocok untuk proses fotosintesis Gardner 1991 diacu dalam Rudiyana 2000. Cahaya merah 600 700nm respon fitokrom aktif untuk induksi fotoperiodisitas pembungaan, perkembangan kloroplas tidak termasuk sintesis klorofil, penuaan senescence daun dan absisi daun. Sedangkan PAR dari 500 600 nm, kelompok cahaya hijau, tergolong tidak aktif untuk fotosintesis. Cahaya merah jauh dengan panjang gelombang 700 800 nm juga tidak aktif untuk fotosintesis tetapi banyak mempengaruhi fotomorgenesis Grant 1977. Menurut Salibusry dan Ross 1992; Grant 1997, cahaya dengan panjang gelombang lebih pendek akan menghasilkan energi foton yang lebih besar daripada cahaya dengan panjang gelombang lebih panjang. Adanya naungan dapat menyebabkan rendahnya foton yang dapat diserap Neff, Frankhauser dan Chory 2000. Faktor radiasi surya yang berkolerasi dengan temperature berpengaruh terhadap mekanisme stomata. Apabila cahaya dalam keadaan terang dan temperature tinggi, akan mengakibatkan membukanya stomata, sebaliknya bila keadaan gelap dan temperature rendah mengakibatkan menutupnya stomata Abidin, 1991. Menurut Nicholson 1964 dalam Whitemore 1975, keadaan terbuka menguntungkan bagi pertumbuhan bibit jenis jenis Dipterocarpaceae, asalkan suhu dan kelembaban tanah tidak menjadi faktor pembatas. Secara tidak langsung intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan melalui proses transpirasi Daubenmire 1970. Setiap tanaman atau jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan terhadap cahaya matahari. Ada tanaman yang tumbuh baik di tempat terbuka sebaliknya ada beberapa tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada tempat teduhnaungan. Ada pula tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode hidupnya. Pada waktu masih muda memerlukan cahaya dengan intensitas rendah dan menjelang sapihan mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi Soekotjo1976 dalam Faridah 1995. Sebagian dari jenis jenis dipterocarpaceae terutama untuk jenis kayu yang mempunyai berat jenis tinggi atau tenggelam dalam air atau sebagian lagi tergolong jenis semi toleran atau gap opportunist yaitu jenis jenis yang memiliki kayu terapung atau berat jenis rendah. Kebutuhan cahaya untuk pertumbuhannya diwaktu muda tingkat anakan berkisar antara 50 – 85 dari cahaya total. Untuk jenis jenis semitoleran naungan untuk anakan diperlukan sampai umur 3 – 4 tahun atau sampai tanaman mencapai tinggi 1 – 3 meter. Sedangkan untuk jenis jenis toleran lebih lama lagi yaitu 5 – 8 tahun. Sangat sedikit jenis yang tergolong intoleran antara lain Shorea concorta Rasyid H. A. dkk 1991. Mayer dan Anderson 1952 dalam Simarangkir 2000 menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh dengan intensitas cahaya nol persen akan mengakibatkan pengaruh yang berlawanan, yaitu suhu rendah, kelembaban tinggi, evaporasi dan transportasi yang rendah. Tanaman cukup mengambil air, tetapi proses fotosintensis tidak dapat berlangsung tanpa cahaya matahari. Radiasi dari matahari diserap oleh bermacam gas, uap dan debu dalam atmosfer dengan berbagai tingkatan sebelum mencapai bumi. Cahaya yang mengenai daun sebagian diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi diteruskan melalui daun itu. Besarnya yang diserap oleh bagian bagian daun yang berpigmen akan bergantung kepada struktur daun dan faktor faktor lain, tetapi dapat mencapai 50 persen dari energi matahari yang mengenai daun. Hanyalah radiasi yang diserap yang dapat memberikan energi untuk fotosintesis Botani Umum 2.

2.6 Fotosintesis

Dokumen yang terkait

Diagnosis jenis Shorea parvifolia Dyer dan Shorea leprosula Miq. berdasarkan random amplified polymorphic DNA(RAPD)

1 20 56

Variasi DNA Kloroplas Shorea spp (Shorea acuminata Dyer, Shorea leprosula Miq dan Shorea parvifolia Dyer) Berdasarkan Penanda Mikrosatelit.

0 6 118

Pertumbuhan Tanaman Shorea leprosula Miq dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat)

1 9 81

Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah)

1 15 5

Respon Pertumbuhan Anakan Shorea leprosula Miq, Shorea mecistopteryx Ridley, Shorea ovalis (Korth) Blume, dan Shorea selanica (Dc) Blume terhadap Tingkat Intensitas Cahaya Matahari

0 2 90

The Growth of Red Meranti (Shorea leprosula Miq.) with Selective Cuttingand Line Planting in areas IUPHHK-HA PT. Sarpatim Central Kalimantan

0 3 86

Model Penduga Volume Sortimen Kayu Perdagangan pada Pohon Berdiri dengan Inventarisasi Kualitas. Studi Kasus Jenis Shorea leprosula Miq. di Areal IUPHHK-HA PT Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah

0 3 53

Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

1 21 29

Tabel Volume Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) dan Meranti Kuning (Shorea multiflora Miq) di Areal IUPHHK Provinsi Kalimantan Tengah

0 4 35

Variasi DNA Kloroplas Shorea spp (Shorea acuminata Dyer, Shorea leprosula Miq dan Shorea parvifolia Dyer) Berdasarkan Penanda Mikrosatelit

1 15 54