Air Kategori Air Minum

4 baik, namun kurang mengandung mineral dan sifatnya mirip air suling Chandra, 2006.

2.2.2 Air Permukaan

Kondisi air permukaan sangat beragam karena banyak dipengaruhi oleh banyak hal yang berupa elemen metereologi dan elemen daerah pengairan. Kualitas air permukaan tersebut, tergantung dari daerah yang dilewati oleh air. Pada umumnya kekeruhan air permukaan cukup tinggi karena banyak mengandung lempung dan substansi organik. Sehingga ciri air permukaan yaitu memiliki padatan terendap dissolved solid rendah dan bahan tersuspensi suspended solids tinggi. Atas dasar kandungan bahan terendap dan bahan tersuspensi tersebut maka kualitas air sungai relatif lebih rendah daripada kualitas air danau, pond, rawa, dan reservoar. Air permukaan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setelah melalui proses tertentu Chandra, 2006.

2.2.3 Air tanah

Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah, terdapat di antara butir- butir tanah atau dalam retakan bebatuan. Ciri-ciri air tanah yaitu memiliki suspended solid rendah dan dissolved solid tinggi. Permasalah yang timbul pada air tanah adalah tingginya angka kandungan total dissolved solid TDS, besi, mangan, dan kesadahan. Air tanah dapat berasal dari mata air kaki gunung, atau di sepanjang aliran air sungai atau berasal dari air tanah dangkal dengan kedalaman 15-30 m yaitu air sumur gali, sumur pantek, sumur bor tangan, serta yang berasal dari tanah dalam yaitu air sumur bor yang dalamnya lebih dari 30 meter atau bahkan terkadang mencapai 100 m Chandra, 2006. 5

2.3 Persyaratan Air Minum

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492MENKESPERIX2010, persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi, dan parameter radioaktivitas yang terdapat di dalam air minum tersebut.

2.3.1 Parameter Fisika

Parameter fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna, dan jumlah zat yang terlarut TDS Chandra, 2006. Air yang baik idealnya tidak berbau dan harus jernih. Air yang keruh mengandung partikel padat tersuspensi yang dapat berupa zat berbahaya bagi kesehatan manusia. Disamping itu air yang keruh sulit didesinfeksi Chandra, 2006. Air yang baik idealnya tidak memiliki rasatawar. Selain itu juga air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok dengan udara sekitar udara ambien. Di indonesia, suhu air minum idealnya ±3 C dari suhu udara. Air yang secara mencolok mempunyai suhu diatas atau dibawah suhu udara berarti mengandung zat-zat tertentu atau sedang terjadi proses biokimia yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air Chandra, 2006. Padatan terlarut total Total Dissolved Solid-TDS adalah bahan terlarut dan koloid berupa senyawa kimia. Bila TDS bertambah, kesadahan akan naik dan mengakibatkan terjadinya endapankerak pada perpipaan Chandra, 2006. 6

2.3.2 Parameter Kimia

Parameter kimia dikelompokkan menjadi kimia anorganik dan kimia organik. Dalam standar air minum Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat-zat berbahaya dan beracun serta derajat keasaman pH. Sedangkan zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida, zat kimia mudah menguap, zat-zat berbahaya dan beracun maupun zat pengikat oksigen Chandra, 2006.

2.3.3 Parameter Mikrobiologi

Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri coliform sebagai organisme petunjuk indicator organisme. Dalam laboratorium, istilah total coliform menunjukkan bakteri coliform dari tinja, tanah atau sumber alamiah lainnya. Penentuan parameter mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba patogen di dalam air minum Chandra, 2006.

2.3.4 Parameter Radioaktivitas

Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan mutasi Chandra, 2006. 7

2.4 Kategori Air Minum

Menurut Pitojo, 2002, air minum menurut kandungan kolitinja yaitu sejenis bakteri patogen yang berkembang biak, serta koliform yaitu bakteri sebagai indikator kualitas kesehatan saniter, dibedakan dalam 5 kategori: 1. Air minum kelas A kategori baik adalah tidak mengandung bakteri koli atau koliform. 2. Air minum kelas B kategori kurang baik mengandung kolitinja 1-101-50 koliform. 3. Air minum kelas C kategori jelek mengandung kolitinja 10-5051-100 koliform. 4. Air minum kelas D kategori amat jelek mengandung kolitinja 51-100101- 1000 koliform. 5. Air minum kelas E kategori sangat jelek mengandung kolitinja 1001000 koliform Air minum kategori kelas A adalah yang langsung dapat diminum dan air murni kategori B, C, D serta E, harus diperlakukan agar tidak mengandung kolitinja dan koliform, dan sebelum diminum harus dimasak hingga mendidih Pitojo, 2002.

2.5 Unit-Unit Pengolahan Air Minum a. Bangunan Penangkap air

Menurut Sutrisno, 2010, bangunan penangkap air ini merupakan bangunan untuk menangkapmengumpulkan air dari suatu sumber asal air untuk dapat 8 dimanfaatkan. Fungsi dari bangunan penangkap ini sangat penting artinya untuk menjaga kontinuitas pengaliran. Penanganan bangunan penangkap air ini ditujukan terhadap: Kuantitas: - Pencatatan tingkah laku keadaan dari sumber asal air - Pencatatan debit air pada setiap saat - Mengontrolmemeriksa peralatan pencatatan debit serta peralatan lainnya misalnya: pompa, saringan, pintu air untuk menjaga kontinuitas debit pengaliran Kualitas - Hal ini penting terutama terhadap kemungkinan pencemaran sumber air - Pemeriksaan kualitas air pada sumber air secara periodik

b. Bangunan Pengendap Pertama

Bangunan pengendap pertama dalam pengolahan ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel padat dari air sungai dengan cara gravitasi. Pada proses ini tidak ada penambahan zatbahan kimia. Untuk instalasi penjernihan air minum, yang air bakunya cukup jernih, bak pengendap pertama tidak dibutuhkan Sutrisno, 2010.

c. Pembubuhan Koagulan

Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tak dapat mengendapkan dengan sendirinya. Unit ini berfungsi untuk membubuhkan koagulan secara teratur sesuai dengan kebutuhan dosis yang tepat Sutrisno, 2010.