BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Kecamatan Medan Labuhan adalah salah satu dari 21 Kecamatan di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Terletak di wilayah utara Kota
Medan dengan batas-batas sebagai berikut :
• Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Medan Marelan.
• Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang • Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Medan Deli dan
Kabupaten Deli Serdang. • Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan
Secara administrasi pemerintahan, Kecamatan Medan Labuhan terdiri dari 6 enam kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Besar 2. Kelurahan Martubung
3. Kelurahan Sei Mati 4. Kelurahan Nelayan Indah
5. Kelurahan Pekan labuhan 6. kelurahan Tangkahan
Wilayah kecamatan Medan Labuhan berdekatan dengan daerah pesisir dekat dengan Belawan dan Deli Serdang, dimana. sebagian besar masyarakat
pesisir terdapat di Kelurahan Nelayan Indah dan Kelurahan Pekan Labuhan.
Luas wilayah Kecamatan Medan Labuhan seluruhnya 40,68 km
2
. Kelurahan Sei Mati merupakan wilayah terluas yakni 12,870 km
2
sedangkan wilayah kelurahan dengan luas terkecil adalah Kelurahan Pekan Labuhan yaitu seluas 3,605 km
2.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah penduduk Kecamatan Medan Labuhan tahun 2010 berjumlah 111,173 jiwa, dimana penduduk terbanyak berada di Kelurahan Besar yakni
sebanyak 33.706 orang dan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kelurahan Nelayan Indah yakni sebanyak 7.850 orang.
4.2 Hasil Penelitian
Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Responden merupakan masyarakat pesisir yang berada di Kecamatan Medan Labuhan. Hasil
penelitian didapatkan melalui pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi di lapangan. Data dimaksud meliputi data karakteristik
responden dan data indikator tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir.
4.2.1 Data Karakteristik Responden
Dari hasil pengumpulan data melalui daftar kuesioner yang dijawab atau diisi oleh responden, diperoleh gambaran karakteristik responden meliputi data
tentang umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah tanggungan dalam keluarga.
4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden diperoleh data distribusi karakteristik responden berdasarkan umur yang disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.1 Data Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No Umur
Jumlah Responden Persentase
1. 20 sd 29 Tahun
6 6
2. 30 sd 39 Tahun
22 22
3. 40 sd 49 Tahun
49 49
4. 50 sd 59 Tahun
19 19
5. 60 sd 69 Tahun
4 4
Total 100
100
Sumber : Data Diolah
Universitas Sumatera Utara
Sesuai data pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur responden berumur antara 40 sd 49 tahun sebanyak 49 orang atau 49 dan
berumur antara 60 sd 69 tahun yaitu 4 orang atau 4. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat di daerah ini berada pada usia produkif, atau
jika diperlebar lagi maka pada umumnya masyarakat di daerah ini berkisar pada usia 30- 49 tahun yaitu sebanyak 71 responden sebaliknya untuk usia tidak
produktif hanya 29 responden.
4.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Hasil penelitian terhadap 100 responden diperoleh distribusi data karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan
Jumlah Responden Persentase
1. SDMI
33 33
2. SMPSederajat
35 35
3. SMASederajat
29 29
4. D3S1
3 3
Total 100
100
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa sebahagian besar responden berpendidikan SMPSederajat sebanyak 35 orang atau 35 dan diikuti
yang berpendidikan SDMMI sebanyak 33 orang atau 33. Sedangkan kelompok berpendidikan D3SI yaitu 3 orang atau 3. Dari data di atas dapat kita
simpulkan bahwa masyarakat di Kecamatan Medan Labuhan masih berada pada tingkat pendidikan yang rendah, hal ini dapat kita lihat dari tingkat pendidikan
masyarakatnya yang sebagian besar hanya tamatan SD dan SMP yaitu sebanyak
Universitas Sumatera Utara
68 responden sedangkan untuk tamatan SMAsederajat dan D3S1 hanya 32 responden.
4.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Untuk mengetahui distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan
Jumlah Responden Persentase
1. Nelayan
81 81
2. BuruhTukang
7 7
3. Pedagang
2 2
4. Pengusaha
4 4
5. PNS
2 2
6. Pegawai Swasta
4 4
Total 100
100
Sumber : Data Diolah
Dari tabel 4.3. diatas jelas terlihat bahwa responden yang merupakan masyarakat pesisir pada umumnya bekerja sebagai nelayan yaitu sebanyak 81
orang atau 81 sedangkan responden dengan jenis pekerjaan pedagang dan PNS hanya sebahagian kecil saja yaitu masing-masing 2 orang atau 2. Maka dapat
kita simpulkan bahwa laut merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakat pesisir di daerah ini dengan nelayan sebagai profesi utama
masyarakatnya.
4.2.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan dalam keluarga yang harus dibiayai oleh responden berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel distribusi seperti tertera
berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga
No Jumlah Tanggungan
Jumlah Responden Persentase
1. 2 orang
12 12
2. 3 orang
19 19
3. 4 orang
29 29
4. 5 orang
20 20
5. 6 orang
11 11
6. 6 orang
9 9
Total 100
100
Sumber : Data Diolah
Dengan melihat tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa pada umumnya responden masing-masing memiliki 4 orang tanggunggan dalam keluarga yang
harus dibiayai dengan jumlah responden sebanyak 29 responden atau 29, sementara responden dengan jumlah tanggungan dalam keluarga lebih dari 6
orang hanya ada 9 responden atau 9 dari keseluruhan jumlah responden sebanyak 100 orang. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
memiliki jumlah tanggungan yang cukup besar. Jumlah tanggungan responden umumnya berkisar pada 3-5 orang yaitu sebanyak 68 orang. Tentu jumlah ini
merupakan jumlah yang cukup besar.
4.2.2 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Pesisir
Tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan ditentukan dengan mengacu kepada 8 delapan indikator kesejahteraan sesuai
yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik BPS yakni terdiri dari : 1 jumlah pendapatan per bulan 2, jumlah pengeluaran rumah tangga per bulan, 3 kondisi
tempat tinggal, 4 fasilitas tempat tinggal, 5 kesehatan anggota keluarga, 6 kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke
jenjang pendidikan 7, dan 8 kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.
Universitas Sumatera Utara
Data indikator kesejahteraan masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan diperoleh berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden dengan
menggunakan kuesioner, observasi lapangan dan wawancara dengan responden dan pihak-pihak terkait.
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan data tentang indikator kesejahteraan masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan yang disajikan
dalam bentuk tabulasi dan gambar berikut ini.
4.2.2.1 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Berdasarkan Jumlah Pendapatan per Bulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden diperoleh data indikator kesejahteraan berdasarkan jumlah pendapatan per bulan yang dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Data Indikator Pendapatan Per Bulan
No Pendapatan per bulan
Jumlah Responden Persentase
1. Rp.1.000.000 Rendah
42 42
2. Rp.1.000.001 sd
Rp.5.000.000 Sedang 51
51 3.
Rp.5.000.001 Tinggi 7
7
Total 100
100
Sumber : Data Diolah
Dari data tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya responden memiliki jumlah pendapatan per bulan antara Rp.1.000.001 sd Rp.5.000.000
dengan kategori “sedang” yaitu sebanyak 51 responden atau 51, dan diikuti yang berpendapatan di bawah Rp.1.000.000 dengan kategori “sedang” sebanyak
42 responden atau 42, sementara beberapa diantaranya dengan pendapatan per bulan di atas Rp.5.000.000 dengan kategori “Tinggi” adalah 7 orang atau 7.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi ekonomi masyarakat pesisir akan membawa pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Kesejahteraan inilah yang menjadi
variabel obyek yang sangat penting. Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika menentukan tingkat kesejahteraan
masyarakat pesisir. Pendapatan disini dimaksudkan sebagai alat ukur dengan satuan uang yang diterima dalam satuan rupiah.
Tingkat pendapatan sangat terkait dengan jenis pekerjaan yang digeluti oleh kepala rumah tangga. Berdasarkan hasil pendataan bahwa di wilayah pesisir
Kecamatan Medan Labuhan karakteristik pekerjaan kepala rumah tangga sudah tentu pada umumnya adalah nelayan, disamping itu juga ditemui kelompok
minoritas lainnya yang bekerja sebagai pedagang, buruhtukang, pengusaha, pegawai swasta dan Pegawai Negeri Sipil PNS.
Nelayan merupakan suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan
ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Nelayan di
Kecamatan Medan Labuhan bukanlah entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok yang terdiri dari nelayan tangkap, nelayan budidayatambak,
nelayan pengolah, dan nelayan pedagang. Umumnya masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan khususnya kelompok nelayan hidup dalam
keterbatasan. Keterbatasan ekonomi tampak pada tingkat pendapatan nelayan yang masih rendah, dimana hal ini didukung oleh hasil penelitian dimana tingkat
kesejahteraan masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan yang masih rendahnya didominasi oleh kelompok masyarakat nelayan dengan tingkat
pendapatan yang masih rendah yaitu di bawah Rp.1.000.000,- per bulannya.
Universitas Sumatera Utara
Karena pendapatan masyarakat pesisir rendah, maka daya beli rendah yang mengakibatkan masyarakat pesisir tetap berada dalam lingkungan kemiskinan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan mayarakat nelayan ada beberapa faktor penyebab rendahnya pendapatan yang mereka
peroleh setiap bulannya yaitu : umumnya mereka nelayan buruh yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain juragan kapal, pemberian bantuan dari
pemerintah yang salah sasaran, lemahnya akses untuk mendapatkan modal usaha sehingga masih terbelit dengan tengkulak, faktor cuaca yang tidak mendukung,
hadirnya kapal-kapal pukat harimau, dan lain sebagainya. Disamping itu juga dipengaruhi budaya atau kultur masyarakat pesisir yang umumnya memiliki
tingkat keberdayaan rendah antara lain disebabkan oleh ketidakberanian mengaktualisasikan atau merepresentasikan diri atau kelompok melalui berbagai
prestasi dan ide-ide cemerlang dan merasa belum perlu melakukan upaya peningkatan usaha seperti: membuat inovasi produk, inovasi teknik
penangkapanpengolahan hasil tangkapan. Melihat kondisi tingkat pendapatan masyarakat pesisir nelayan yang masih rendah, diperlukan suatu strategi
pemberdayaan yang tepat untuk membuat mereka lebih berdaya. Peningkatan peran dan kontribusi stakeholders yaitu pemerintah, swasta, akademisi, LSM, dan
KUD dalam rangka meningkatkan pendapatan. Menurut penulis beberapa agenda utama yang diperlukan untuk merealisasikan peningkatan pendapatan masyarakat
pesisir keberdayaan nelayan adalah melalui pemberian bantuan kredit tanpa agunan dan sosialisasi melalui penyuluhan dan pelatihan tentang teknologi
penangkapan ikan dan budidaya ikan.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.2 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Berdasarkan Jumlah Pengeluaran Per Bulan
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh responden untuk memenuhi berbagai keperluan setiap bulannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Data Indikator Pengeluaran Per Bulan
No Pengeluaran per bulan
Jumlah Responden Persentase
1. Rp.1.000.000 Rendah
16 16
2. Rp.1.000.001 sd
Rp.5.000.000 Sedang 80
80 3.
Rp.5.000.001 Tinggi 4
4
Total 100
100
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat kita lihat bahwa pada umumnya responden memiliki pengeluaran per bulan antara Rp.1.000.001 sd Rp.5.000.000
dengan kategori “sedang” yaitu sebanyak 80 responden atau 80, dan selebihnya ada 4 responden atau 4 dengan jumlah pengeluaran per bulan di atas
Rp.5.000.000 dengan kategori “Tinggi”. Pengeluaran rumah tangga per bulan adalah besarnya biaya yang harus
dikeluarkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan rumah tangga. Komponen kebutuhan dasar rumah tangga terdiri dari pangan dan non pangan. Berdasarkan
komposisi pengeluaran konsumsi rumah tangga, dapat dihitung besarnya kebutuhan minimum untuk masing-masing komponen. Makin besar kebutuhan
rumah tangga akan semakin besar pula risiko untuk menjadi miskin apabila pendapatannya tidak meningkat. Sebaliknya semakin kecil kebutuhan rumah
tangga akan semakin besar pula peluang untuk menabung sisa hasil pendapatan yang diperoleh setiap tahunnya.
Universitas Sumatera Utara
Melihat karakteristik masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan maka pengeluaran rumah tangga juga dikelompokkan atas dua bagian yaitu
pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan. Pengeluaran pangan mencakup biaya untuk keperluang bahan pangan pokok nasi, lauk pauk, sayuran, buah,
minyak goreng, bumbu, rokok dan jajanan keluarga termasuk jajanan anak sekolah. Pengeluaran non pangan mencakup biaya transportasi, kebersihan
dirikesehatan, pakaian, pendidikan, sosial, bahan bakar, pajak, dan membayar hutang.
Data-data hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat pesisir memiliki pengeluaran per bulan antara Rp.1.000.001,- sd
Rp.5.000.000,- dengan kategori “sedang”. Akan tetapi yang menjadi permasalahan ternyata jumlah pengeluaran tersebut sebagian besar didominasi
oleh masyarakat pesisir khususnya nelayan dengan tingkat pendapatan per bulannya di bawah Rp.1.000.000,-. Hal ini akan semakin dirasakan cukup berat
dan memprihatinkan terutama rumah tangga yang memiliki jumlah tanggungan dalam keluarga sebanyak 4 orang atau lebih. Bila dikalkulasikan maka untuk
keperluan pangan rata-rata dibutuhkan biaya sebesar Rp.50.000,- per hari berarti jumlah keseluruhannya Rp.1.500.000,- Dengan kondisi dapat dikatakan bahwa
telah terjadi ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran yang harus dikeluarkan setiap bulannya. Akibatnya masih ada ditemui keluarga dewasa yang
terpaksa mengurangi porsi makan bahkan ada keluarga yang pernah tidak makan seharian Bagi keluarga yang pernah mengalami kekurangan pangan dalam
keluarga, beberapa cara dilakukan untuk mengatasinya. Sebagian besar diantaranya mengatasi kekurangan pangan dalam keluarga dengan cara berhutang
Universitas Sumatera Utara
ke warung. Cara lainnya dengan cara meminjam uang ke tetangga, orang tua atau sanak famili lainnya.
Tingkat pengeluaran per bulan yang tidak sebanding dengan jumlah pendapatan yang diperoleh setiap bulannya tidak terlepas dengan gaya hidup
masyarakat pesisir pada umumnya yang cenderung boros dan tidak adanya tradisi menabung. Jika memasuki saat panen raya saat jumlah ikan yang mereka
dapatkan selalu melimpah setiap melaut, mereka cenderung untuk menghabiskan hasil yang mereka peroleh untuk membeli barang-barang yang terkadang tidak
diperlukan untuk penghidupan. Apa saja yang ditawarkan para penjual yang selalu tahu kapan waktu panen raya tersebut tiba, akan mereka mereka beli. Jika
nantinya uang yang mereka miliki telah habis maka untuk menutupi kebutuhan sehari-hari akhirnya barang-barang yang dibeli dngan harga cukup mahal akan
mereka jual dengan harga yang murah. Bagaimana jika seandainya kelebihan uang yang mereka miliki ditabung, dan mereka secara rutin melaut ataupun dengan
mancari pekerjaan tambahan apabila tidak bisa ke laut akibat faktor cuaca, hasilnya pasti berbeda dan lambat laun kehidupan mereka niscaya akan beranjak
baik dan terbebas dari kemiskinan.
4.2.2.3 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kondisi Tempat Tinggal
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden maka diperoleh data distribusi responden berdasarkan kondisi tempat tinggal atau rumah yang dapat
dilihat seperti tertera dalam tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Data Indikator Kondisi Tempat Tinggal
No Kondisi Tempat Tinggal
Jumlah Responden Persentase
1. Non Permanen
58 58
2. Semi Permanen
34 34
3. Permanen
8 8
Total 100
100
Sumber : Data Diolah
Pada tabel 4.7 di atas diperoleh data bahwa pada umumnya responden memiliki tempat tinggal non permanen sebanyak 58 responden atau 58 dari
seluruh responden, dan hanya beberapa diantaranya yang sudah memiliki tempat tinggal dengan kondisi permanen sebanyak 8 responden atau 8.
Untuk mengetahui kondisi tempat tinggal masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan dalam hal ini dievalusi berdasarkan bentuk bangunan rumah yang
dibagi dalam 3 tiga kategori rumah non parmanen, semi permanen dan permanen. Data hasil penelitian membuktikan bahwa pada umumnya kondisi
tempat tinggal masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan memiliki bentuk rumah non parmanen. Ciri-ciri rumah non parmanen antara lain diketahui dari
jenis lantai, jenis dinding, jenis atap, dan keadaan ruangan. Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa kondisi tempat tinggal masyarakat pesisir pada umumnya
berdinding papan dengan lantai tanah dan papan. Demikian pula jika dilihat dari kondisi ruangan ternyata rata-rata memiliki dua ruangan, dua jendela dan dua
ruangan yang mendapat sinar matahari. Jika dilihat kondisinya dikategorikan sebagai rumah yang kurang layak huni, baik dari segi daya tampung maupun dari
segi kesehatan. Untuk melihat secara jelas kondisi tempat tinggal masyarakat pesisir yang pada umumnya dengan kategori non permanen dapat disaksikan
melalui gambar berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Kondisi Rumah Masyarakat Pesisir
4.2.2.4 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Berdasarkan Fasilitas Tempat Tinggal
Sesuai hasil pendataan di lapangan terhadap 100 responden maka didapat data tingkat kesejahteraan responden berdasarkan fasilitas tempat tinggal seperti
tertera dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.8 Data Indikator Fasilitas Tempat Tinggal
No Fasilitas Tempat Tinggal
Jumlah Responden Persentase
1. Kurang
45 45
2. Cukup
37 37
3. Lengkap
18 18
Total 100
100
Sumber : Data Diolah
Dengan melihat tabel 4.8 di atas diperoleh data bahwa pada umumnya responden memiliki fasilitasi tempat tinggal yang dikategorikan kurang yaitu
sebanyak 45 responden atau 45 dari seluruh jumlah responden, dan hanya
Universitas Sumatera Utara
sebagian kecil yang sudah memiliki fasilitas tempat tinggal lengkap yaitu
sebanyak 18 responden atau 18.
Berdasarkan data hasil penelitian bahwa sebagian besar masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan memiliki fasilitas tempat tinggal yang
dikategorikan “kurang”. Penilaiannya antara lain didasarkan pada kondisi lingkungan pekarangan yang kumuh dan bersemak, minimnya tempat sampah
sehingga masih dibuang sembarangan tempat seperti selokan, parit dan sungai yang ada di sekitar pemukiman. Masih minimnya fasilitas kamar mandi dan WC
tiap rumah tangga bahkan ada yang sama sekali tidak memiliki WC sehingga memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan hajat, alat penerangan yang
kurang memadai bahkan ada rumah tangga yang masih menggunakan lampu lampu minyak dan petromaks, sementara untuk fasilitas hiburan juga masih ada
sebagian kecil masyarakat yang belum memiliki televisi dan VCDDVD player. Untuk melihat secara jelas fasilitas tempat tinggal masyarakat pesisir yang
pada umumnya dengan kategori kurang dapat disaksikan melalui gambar kondisi lingkungan sekitar rumah seperti gambar foto di bawah ini
Gambar 4.3 Kondisi Fasilitas Lingkungan Tempat Tinggal
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.5 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kondisi Kesehatan Keluarga
Kondisi kesehatan masyarakat pesisir berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden diperoleh data sebagaimana dituangkan dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 4.9 Data Indikator Kondisi Kesehatan Keluarga
No Kesehatan Keluarga
Jumlah Responden Persentase
1. Kurang
13 13
2. Cukup
50 50
3. Baik
37 37
Total 100
100
Sumber : Data Diolah
Tabel 4.9 di atas memperlihatkan bahwa pada umumnya responden memiliki kondisi kesehatan dengan kategori “cukup” sebanyak 50 responden atau
50 dari seluruh jumlah responden, dan selebihnya dengan kategori “kurang” sebanyak 13 responden atau 13.
Kualitas hidup suatu masyarakat sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan keluarga. Keluarga yang sehat dicerminkan oleh perilaku hidup sehat dan bersih
serta kemampuan menangani dan menanggulangi secara dini apabila ada anggota keluarga yang sakit.
Ditinjau dari karakteristik masyarakat pesisir pada umumnya dianggap sebagai komunitas dengan kondisi kesehatan yang masih kurang. Berbagai faktor
penyebabnya antara lain akibat masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang hidup bersih dan sehat serta kondisi sanitasi lingkungan yang
kotor dan kumuh sehingga yang masyarakat sekitarnya sangat rentan menderita berbagai macam penyakit terutama penyakit menular seperti demam berdarah,
diare, TBC, kolera, dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Dari data hasi penelitian ternyata kondisi kesehatan keluarga pada masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan pada umumnya dikategorikan
“cukup baik”. Hal ini ditunjukkan oleh adanya peningkatan kondisi kesehatan keluarga dimana adanya tingkat kesakitan di kalangan masyarakat pesisir sudah
dapat ditekan atau diturunkan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Upaya ini didukung oleh adanya perhatian Pemerintah Kota Medan dengan
mencanangkan program kesehatan keluarga melalui kegiatan penyuluhan dan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan dan kader-kader posyandu di setiap
lingkungan yang ada di masing-masing kelurahan terutama Kelurahan Pekan Labuhan dan Kelurahan Nelayan Indah.
4.2.2.6 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 resopnden diperoleh data tingkat kesejahteraan responden berdasarkan kemudahan mendapatkan pelayanan
kesehatan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.10 Data Indikator Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
No Kemudahan
Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Jumlah Responden Persentase
1. Sulit
10 10
2. Cukup
47 47
3. Mudah
43 43
Total 100
100
Sumber : Data Diolah
Dengan melihat tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa pada umumnya masyarakat pesisir cukup mudah mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu
sebanyak 47 responden atau 47. Sementara kelompok masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
mengalami kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan 10 responden atau 10 dari seluruh jumlah responden yang ada.
Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, ketersediaan sarana pelayanan kesehatan sangat berperan penting untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat yang membutuhkannya. Kemudahan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan antara lain diukur berdasarkan jarak lokasi sarana kesehatan
dari lokasi tempat tinggal penduduk, keterjangkauan biaya pengobatan, dan tingkat pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan “cukup mudah” untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan. Kondisi ini sejalan dengan adanya kebijakan Pemerintah Kota Medan melalui program kesehatan gratis khususnya bagi
masyarakat miskin yang merupakan komunitas terbesar di wilayah pesisir Kecamatan Medan Labuhan. Sarana pelayanan kesehatan yang telah tersedia di
wilayah pesisir Kecamatan Medan Labuhan antara lain : Posyandu, Puskesmas dan Pustu Puskesmas Pembantu. Disamping itu juga terdapat sarana pelayanan
kesehatan milik swasta seperti Balai Pengobatan dan Klinik dengan jarak yang cukup mudah dijangkau oleh masyarakat pesisir.
4.2.2.7 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan
Kemudahan masyarakat pesisir untuk memasukkan anaknya ke jenjang pendidikan berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 responden diperoleh data
seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Data Indikator Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan
No Kemudahan Memasukkan
Anak ke Jenjang Pendidikan
Jumlah Responden Persentase
1. Sulit
18 18
2. Cukup
60 60
3. Mudah
22 22
Total 100
100
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan tabel 4.11 di atas terlihat bahwa pada umumnya kemudahan masyarakat pesisir untuk memasukkan anak ke jenjang pendidikan adalah pada
kategori “cukup” dengan jumlah 60 responden atau 60, sedangkan dengan kategori “sulit” untuk mendapatkan kemudahan memasukkan anak ke jenjang
pendidikan ada 18 responden atau 18. Pendidikan formal anak pada keluarga di lingkungan masyarakat pesisir
pada umumnya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi antara lain tingkat
pendidikan kepala keluarga, umur kepala keluarga, besarnya pendapatan keluarga, jumlah tanggungan, nilai anak dalam keluarga dan status sosial dalam pekerjaan.
Pada umumnya masyarakat pesisir bertipe keluarga inti, dimana keluarga hanya terdiri dari orang tua dan anak. Dalam hal penilaian terhadap pentingnya
pendidikan formal bagi anak, banyaknya jumlah tanggungan tidak begitu berpengaruh tetapi lebih berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam
menyekolahkan anak. Hal itu terjadi karena jumlah tanggungan suatu keluarga sangat berpengaruh pada biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya pendidikan. Di
satu sisi pendidikan sangat dperlukan oleh masyarakat, namun kemiskinan yang melekat pada msyarakat pesisir mengakibatkan mereka tidak mampu memberikan
pendidikan yang cukup bagi anak-anaknya terutama pendidikan formal. Nilai
Universitas Sumatera Utara
anak dalam keluarga dan status sosial juga diduga mempengaruhi tingkat pendidikan formal anak pada keluarga masyarakat pesisir. Nilai anak adalah
peranan yang dimainkan oleh anak dalam kehidupan orang tuanya Dalam penelitian ini yang dikaji sebagai faktor penentu tinggi rendahnya
tingkat pendidikan diukur berdasarkan kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan terutama dan segi jarak sekolah dan ketersediaan jumlah sekolah
terutama dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemudahan masyarakat
pesisir di Kecamatan Medan Labuhan untuk memasukkan anak ke jenjang pendidikan adalah pada umumnya dengan kategori “cukup mudah”. Dikatakan
cukup mudah karena di wilayah pesisir Kecamatan Medan Labuhan telah tersedia sarana pendidikan milik Pemerintah Kota Medan terutama SD dan SMP dengan
biaya gratis untuk mendukung program wajib belajar sembilan tahun. Disamping itu juga tersedia sekolah SD dan SMP swasta bahkan telah tersedia SMK
Pelayaran. Dari hasil wawancara penulis dengan pihak SMK Pelayaran bahwa tujuan utama didirikannya SMK Pelayaran ini adalah untuk memberikan
kemudahan dan kesempatan seluas-seluasnya kepada masyarakat pesisir yang umumnya tergolong keluarga miskin untuk melanjutkan pendidikan dengan
memberikan keringanan dari segi pembiayaan. Namun kenyataannya masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan masih kurang tingkat kepeduliannya untuk
melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang sekolah menengah kejuruan, padahal SMK Pelayaran yang merupakan milik pemerintah Negeri ini merupakan salah
satu SMK yang cukup dikenal baik kualitasnya. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu guru di sekolah ini bahwa siswanya pernah mengadakan
Universitas Sumatera Utara
program magang ke Jepang. Namun sungguh sangat disayangkan pelajar yang belajar di sekolah ini sebagian besar bukan masyarakat pesisir Kecamatan Medan
Labuhan atau tepatnya Kelurahan Pekan Labuhan dan Nelayan Indah.
4.2.2.8 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi
Kemudahan masyarakat pesisir untuk mendapatkan fasilitas transportasi
berdasarkan hasil penelitian 100 responden didapatkan data sebagaimana tertera pada tabel berikut ini.
Tabel 4.12 Data Indikator Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi
No Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi
Jumlah Responden Persentase
1. Sulit
20 20
2. Cukup
19 19
3. Mudah
61 61
Total 100
100
Sumber : Data Diolah
Sesuai data pada tabel 4.12. diketahui bahwa kemudahan masyarakat pesisir untuk mendapatkan fasilitas transportasi pada umumnya dikategorikan
“mudah” dengan jumlah responden sebanyak 61 orang atau 61 sedangkan yang lainnya adalah kategori “cukup” dengan jumlah responden 19 orang atau 19.
Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi ditandai dengan ketersediaan fasilitas transportasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat guna memenuhi
berbagai kebutuhan dasar terutama dalam memperlancar arus orang, barang dan jasa.
Berdasarkan hasil penelitian masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan menunjukkan bahwa kemudahan masyarakat pesisir untuk mendapatkan
fasilitas transportasi pada umumnya dikategorikan “mudah”. Dikatakan mudah
Universitas Sumatera Utara
karena telah didukung oleh akses jalan ke dalam dan keluar wilayah pesisir seluruhnya sudah jalan aspal sehingga sebagian besar telah dapat dilalui oleh
kenderaan umum roda empat angkot, sementara sebagian daerah lainnya yang belum dilewati oleh kenderaan roda empat, telah tersedia kendaraan roda dua
ojek.
4.2.3 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pesisir
Berdasarkan hasil analisa indikator kesejahteraan masyarakat pesisir sebagaimana telah diuraikan dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar di atas, maka diperoleh data
tingkat kesejateraan masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan yang diwakili sebanyak 100 responden, yaitu :
Tabel 4.13 Tingkat Kesejateraan Masyarakat Pesisir
di Kecamatan Medan Labuhan No
Tingkat Kesejahteraan Jumlah Responden
Persentase
1. Rendah
53 53
2. Sedang
42 42
3. Tinggi
5 5
Total 100
100
Sumber : Data Diolah
Dengan melihat tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa pada umumnya responden yang mewakili masyarakat pesisir di Kecamatan Medan Labuhan
memiliki tingkat kesejahteraan dengan kategori “rendah” yaitu sebanyak 53 responden atau 53, diikuti oleh responden yang memiliki tingkat kesejahteraan
dengan kategori “sedang” sebanyak 42 responden atau 42, sementara responden dengan tingkat kesejahteraan “tinggi” hanya 5 orang responden atau 5 dari
seluruh responden. Untuk mengetahui keterkaitan antara tingkat kesejahteraan responden
dengan masing-masing indikator kesejahteraan masyarakt pesisir, maka
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya disajikan dalam bentuk tabulasi silang sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut ini.
4.2.3.1 Tabulasi Silang Tingkat Kesejahteraan Responden dengan Pendapatan Per Bulan
Untuk mengetahui keterkaitan antara tingkat kesejahteraan responden dengan pendapatan per bulan dapat dilihat pada tabel bawah ini.
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Tingkat Kesejahteraan Responden dengan
Pendapatan per Bulan
No Tingkat
Kesejahteraan Pendapatan Per Bulan
Total Rp.1.000.0
00 Rp.1.000.001 sd
Rp.5.000.000 Rp.5.000.001
1. Rendah
Jlh
32 21
53 60,4
39,6 ,0
100,0
2. Sedang
Jlh
10 30
2 42
23,8 71,4
4,8 100,0
3. Tinggi
Jlh
5 5
100,0 100,0
Total Jlh
42 51
7 100
42,0 51,0
7,0 100,0
Sumber : Data Diolah
Dari data tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa responden dengan kategori tingkat kesejahteraan rendah 53 responden pada umumnya didominasi
oleh responden dengan pendapatan per bulan di bawah Rp.1.000.000 yaitu sebanyak 32 responden atau 60,4. Untuk responden dengan kategori tingkat
kesejahteraan sedang 42 responden didominasi oleh responden dengan pendapatan per bulan antara Rp.1.000.001 sd Rp.5.000.000 yaitu sebanyak 30
responden atau 71,4. Sementara responden dengan kategori tingkat kesejahteraan tinggi 5 responden seluruhnya atau 100 didominasi oleh
responden dengan pendapatan per bulan di atas Rp.5.000.0001.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3.2 Tabulasi Silang Tingkat Kesejahteraan Responden dengan Pengeluaran Per Bulan
Keterkaitan antara tingkat kesejahteraan responden dengan besarnya pengeluaran per bulan dapat dilihat pada tabel bawah ini.
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Tingkat Kesejahteraan Responden dengan
Pengeluaran per Bulan
No Tingkat
Kesejahteraan Pengeluaran Per Bulan
Total
Rp.1.000.0 00
Rp.1.000.001 sd
Rp.5.000.000 Rp.5.000.001
1. Rendah
Jlh
15 38
53 28,3
71,7 ,0
100,0
2. Sedang
Jlh
1 38
3 42
2,4 90,5
7,1 100,0
3. Tinggi
Jlh
4 1
5 ,0
80,0 20,0
100,0
Total Jlh
16 80
4 100
16,0 80,0
4,0 100,0
Sumber : Data Diolah
Dari data tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa responden dengan kategori tingkat kesejahteraan rendah 53 responden pada umumnya didominasi
oleh responden dengan jumlah pengeluaran per bulan antara Rp.1.000.001 sd Rp.5.000.000 yaitu sebanyak 30 responden atau 71,4. Untuk responden dengan
kategori tingkat kesejahteraan sedang 42 responden juga didominasi oleh responden dengan jumlah pengeluaran pendapatan per bulan antara Rp.1.000.001
sd Rp.5.000.000 yaitu sebanyak 38 responden atau 90,5. Sedangkan responden dengan kategori tingkat kesejahteraan tinggi 5 responden pada umumnya
didominasi oleh responden dengan jumlah pengeluaran di atas Rp.5.000.0001 juga didominasi oleh responden dengan jumlah pengeluaran pendapatan per bulan
antara Rp.1.000.001 sd Rp.5.000.000 yaitu sebanyak 4 responden atau 80,0.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3.3 Tabulasi Silang Tingkat Kesejahteraan Responden dengan Kondisi Tempat Tinggal
Keterkaitan antara tingkat kesejahteraan responden dengan kondisi tempat tinggal responden dapat diketahui melalui tabel di bawah ini.
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Tingkat Kesejahteraan Responden
Dengan Kondisi Tempat Tinggal
No Tingkat
Kesejahteraan Kondisi Tempat Tinggal
Total Non
Permanen Semi Permanen
Permanen
1. Rendah
Jlh 46
7 53
86,8 13,2
,0 100,0
2. Sedang
Jlh 12
27 3
42 28,6
64,3 7,1
100,0 3.
Tinggi Jlh
5 5
,0 ,0
100,0 100,0
Total Jlh
58 34
8 100
58,0 34,0
8,0 100,0
Sumber : Data Diolah
Dari tabel 4.16 di atas dapat diketahui bahwa responden dengan kategori tingkat kesejahteraan rendah 53 responden pada umumnya didominasi oleh
responden dengan kondisi tempat tinggal “non permanen” yaitu sebanyak 46 responden atau 86,8. Responden dengan kategori tingkat kesejahteraan sedang
42 responden pada umumnya didominasi oleh responden dengan kondisi tempat tinggal “semi permanen” yaitu 27 responden atau 64,3. Sementara responden
dengan kategori tingkat kesejahteraan tinggi 5 responden seluruhnya atau 100 didominasi oleh responden dengan kondisi tempat tinggal “permanen”.
4.2.3.4 Tabulasi Silang Tingkat Kesejahteraan Responden dengan Fasilitas Tempat Tinggal
Untuk mengetahui keterkaitan antara tingkat kesejahteraan responden dengan fasilitas tempat tinggal responden dapat ditunjukkan dalam tabel di bawah
ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.17 Tabulasi Silang Tingkat Kesejahteraan Responden
Dengan Fasilitas Tempat Tinggal
No Tingkat
Kesejahteraan Fasilitas Tempat Tinggal
Total Kurang
Cukup Lengkap
1. Rendah
Jlh 39
13 1
53 73,6
24,5 1,9
100,0 2.
Sedang Jlh
6 23
13 42
14,3 54,8
31,0 100,0
3. Tinggi
Jlh 1
4 5
,0 20,0
80,0 100,0
Total Jlh
45 37
18 100
45,0 37,0
18,0 100,0
Sumber : Data Diolah
Tabel 4.17 di atas memperlihatkan bahwa responden dengan kategori tingkat kesejahteraan rendah 53 responden pada umumnya didominasi oleh
responden dengan fasilitas tempat tinggal “kurang” yaitu sebanyak 39 responden atau 73,6. Untuk responden dengan kategori tingkat kesejahteraan sedang 42
responden pada umumnya didominasi oleh responden dengan fasilitas tempat tinggal “cukup” yaitu 23 responden atau 54,8. Sedangkan responden dengan
kategori tingkat kesejahteraan tinggi 5 responden pada umumnya didominasi oleh responden dengan fasilitas tempat tinggal “cukup” yaitu 4 responden atau
80,0.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN