72
4.2. Teknologi Proses Pembesaran Ikan Lele
Tahapan teknologi proses pembesaran ikan lele di UD Sumber Rezeki sebagai berikut :
Persiapan kolam
Tahapan persiapan kolam di UD Sumber Rezeki meliputi : kolam yang telah dipanen, diangkat lumpurnya ke tanggul sekaligus melakukan perbaikan
tanggul yang bocor dan rusak. Dinding kolam diperkeras dengan memukul- mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras, padat dan rapat.
Pengerasan dinding kolam dilakukan untuk menutupi bagian-bagian kolam yang bocor dan supaya tanggul kolam tidak longsor. Kebocoran kolam sangat tidak
baik untuk keberhasilan pembesaran ikan lele, sebab ikan dapat lolos keluar kolam. Setelah perapihan kolam selesai, tahap selanjutnya adalah penge
Pengapuran dilakukan dengan kapur aktif CaO 60 grm ringan
kolam dengan tujuan agar terjadi proses oksidasi dan mematikan beberapa sumber penyakit seperti jamur dan lain-lain.
2
Penebaran Benih Ikan Lele
untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati
oleh pengeringan. Perlakuan probiotik untuk menguraikan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan
dosis probiotik 1-2 ppm Arief dkk, 2010. Penambahan pupuk kandang menggunakan kotoran ayam juga dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.
Pemasukan air dilakukan secara bertahap secara graviatsi, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan
alami ikan lele. Gambar tahapan persiapan kolam terdapat di Lampiran 3.
Penebaran benih ikan lele di UD Sumber Rezeki dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : benih berasal dari Losarang Indramayu dan benih dikirim
menggunakan mobil bak terbuka. Sesampainya benih di kolam, kemudian benih disampling untuk menentukan jumlah ekor per kg ikan. Tujuan sampling untuk
memudahkan dalam penghitungan jumlah penebaran ikan dan jumlah pemberian pakan. Ikan ukuran 7-8 cm terdapat 290 – 310 ekor dalam 1 kg ikan, sehingga
apabila kita akan menebar 10.000 ekor, maka kita membutuhkan 33 kg ikan. Ikan ukuran 10 cm, terdapat 250 ekor dalam 1 kg ikan dan jika kita akan menebar
72 10.000 ekor ikan, maka dibutuhkan 40 kg ikan. Setelah benih ikan lele ditimbang
sesuai keperluan, maka langsung ditebar ke kolam pembesaran. Proses penebaran dimulai dengan meletakan plastik atau baskom yang berisi benih ikan lele di atas
permukaan air sambil memasukkan air kolam pembesaran sedikit demi sedikit ke dalam plastik atau baskom agar suhunya sama.
Tahap yang terpenting dalam proses penebaran benih ikan lele adalah penyesuaian aklimatisasi terhadap suhu air selama pengangkutan dengan suhu
air kolam pembesaran. Hal ini disebabkan benih ikan lele sangat sensitif terhadap perubahan suhu yang mendadak, jika tidak hati-hati, maka benih ikan lele akan
mengalami banyak kematian.
Manajemen pakan
Manajemen pakan menjadi sangat penting karena pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan budidaya ikan lele terutama dalam
mendukung laju pertumbuhan ikan lele, pakan merupakan faktor produksi yang mengambil porsi 50-80 dari total biaya produksi sehingga sangat menentukan
efisiensi usaha, berpengaruh kepada dinamika kualitas air dan penyediaan pakan yang berkualitas sangat penting agar diperoleh hasil produksi optimum baik
secara teknis maupun ekonomis.
Untuk melakukan manajemen pakan yang baik, hal-hal yang harus diperhatikan adalah pemilihan pakan yang tepat secara kualitas, proses pemberian
pakan yang tepat meliputi cara pemberian, kuantitas pemberian dan frekuensi pemberian.
Dalam pemilihan pakan yang dipergunakan oleh UD Sumber Rezeki, mereka menggunkan beberapa parameter yang bisa terlihat yaitu : warna pakan
seragam coklat, hitam, dan lain-lain, bau tajam seperti tepung ikan minyak ikan, bau tidak tengik tidak berbau busuk dan rasa pakan tidak pahit. Bentuk
ukuran seragam, ukuran pakan sesuai tahap pertumbuhan, untuk pakan apung bentuk pakan butiran bulat dan untuk pakan tenggelam bentuk pakan bulat
memanjang. Selain parameter di atas, dalam pemilihan pakan ikan lele, UD Sumber Rezeki sangat memperhatikan kandungan pakan meliputi kandungan
protein, lemak, serat kasar, kadar abu dan kadar air. Berikut disajikan data
72 kandungan pakan yang diberikan selama dilakukan pengamatan di UD Sumber
Rezeki Parung sebagai berikut : Tabel 8 . Komposisi pakan yang diberikan di UD Sumber Rezeki
Kode Pellet Sifat Pakan
Kemasan kg Protein
Lemak Abu
Serat Kasar Kadar Air
Pakan lele 1 ml Apung 30
31-33 5
13 5
10 Pakan lele 2 ml Apung
30 30-33
4 13
6 10
Pakan lele 3 ml Apung 30
30-33 4
13 6
10 Pakan lele 3 ml Tenggelam
50 30-33
4 15
6 11
Dari data di atas terlihat bahwa ikan lele memerlukan protein yang cukup tinggi minimal 30, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa ikan lele
merupakan ikan karnivora pemakan daging. Menurut Mudjiman 2002, ikan lele memerlukan kadar protein minimal 30 agar diperoleh hasil pertumbuhan
yang optimum. Kordi 2010 menyampaikan fungsi protein sangat penting dalam hal membentuk jaringan baru untuk pertumbuhan, mengganti jaringan yang rusak,
bereproduksi, pembentuk enzim dan hormon serta pengatur berbagai proses metabolisme di dalam tubuh serta sebagai sumber energi pada saat energi tersebut
tidak dapat dipenuhi dari karbohidrat dan lemak. Kadar lemak sekitar 5 menunjukkan bahwa ikan lele hanya memerlukan sedikit lemak, untuk ikan lele,
lemak berfungsi sebagai sumber energi yang besar, membantu proses metaboliseme, osmoregulasi dan berfungsi untuk memelihara bentuk dan fungsi
membranjaringan. Kelebihan lemak dapat disimpan sebagai cadangan energi untuk memenuhi kebutuhan energi jangka panjang selama melakukan aktivitas
dan periode tanpa makan. Kandungan serat kasar pada pakan ikan lebih berfungsi sebagai pendukung gerak peristaltik Kordi, 2010.
Cara pemberian pakan yang dilakukan oleh UD Sumber Rezeki adalah pakan ditebar secara merata di seluruh permukaan kolam dan dilakukan sedikit
demi sedikit sambil memantau apakah pakan tersebut sudah dimakan habis oleh ikan lele atau belum. Pemberian pakan dihentikan tatkala sudah tidak ada lagi
ikan yang kelihatan mencari pakan. Tujuan pemberian pakan seperti tersebut di atas dimaksudkan agar satu individu memperoleh bagian yang sama dengan
individu yang lain sehingga diharapkan pertumbuhan menjadi seragam dan tidak terjadi kanibalisme.
72 Frekuensi pemberian pakan yang dilakukan di UD Sumber Rezeki adalah
2 kali sehari yaitu pada pukul 8 pagi dan 8 malam. Persentasi jumlah pakan jam 8 pagi adalah 40 sedangkan persentasi pakan jam 8 malam adalah 60 dari total
kg pakan per hari. Menurut Kordi 2010, pemberian pakan malam hari adalah 60 dari total pakan selama sehari, karena sifat ikan ikan lele yang suka makan
disuasana gelap. Jumlah pakan yang diberikan dihitung berdasarkan persen per hari berat bobot keseluruhan jumlah ikan dalam kolam. Persentasi pakan
ikan harus benar-benar diperhatikan, jangan hanya terpaku pada satu patokan saja karena setiap umur dan ukuran tertentu, ikan lele membutuhkan jumlah dan porsi
pakan yang berbeda-beda. Berikut disampaikan pemberian pakan per 5 hari dari umur 1 hari sampai panen yang dilakukan oleh UD Sumber Rezeki.
Tabel 9. Jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan perkembangan bobot ikan di UD Sumber Rezeki
No. Umur Ikan hari Berat Ikan gram Persentasi Feeding Rate Perkiraan SR
1 0-5
4 - 8 5
98 2
6 -10 8 - 15
5 96
3 11 - 15
15 -20 5
94 4
16 - 20 20 - 30
5 94
5 20 -25
30 - 40 4
94 6
26 - 30 40 -50
4 92
7 31 - 35
50 -60 4
90 8
36 -40 60 -70
3 88
9 41 -45
70 -80 3
86 10
46 - 50 80 -90
3 84
11 51 -55
90- 100 3
82 12
56 - 60 100 -110
3 80
13 61 - 65
110 -120 3
80
Persentasi pakan yang diberikan relatif berkurang sejalan dengan bertambahnya umur ikan lele, jika berdasarkan persentasi di atas ikan masih lapar,
maka pemberian pakan dapat dilakukan dengan cara adlibitum artinya ikan diberi pakan hingga kenyang dan berhenti makan. Selain faktor umur ikan, jumlah
pemberian pakan juga dipengaruhi oleh problem kualitas air dissolved oksigenDO rendah, NH
3
tinggi, pH tidak stabil, drop plankton, cuaca panas, mendung, hujan lebat, kondisi bahan organik di kolam, temperatur
lingkunganair, dan problem penyakit.
72 Ada dua jenis pakan yang dipergunakan oleh UD Sumber Rezeki yaitu
pakan apung, dan pakan tenggelam. Pakan apung diberikan saat ikan lele berumur 1 - 40 hari dan pakan tenggelam diberikan saat ikan lele berumur 40 hari sampai
panen. Pakan apung diberikan dengan pertimbangan relatif aman bagi kualitas air dan mudah dalam pengontrolan. Sedangkan pakan tenggelam diberikan atas dasar
harga lebih murah dibanding pakan apung perbedaan karakter pakan apung dan pakan tenggelam ditampilkan di Lampiran 4.
Untuk memantau efektivitas pakan, maka sampling pertumbuhan harus dilakukan minimal per 10 hari. Dari data sampling tersebut dapat dilihat
perkembangan berat ikan, SR ikan dan jumlah pakan yang harus di berikan data lengkap pemberian pakan dan pertumbuhan ikan terdapat di Lampiran 5.
Manajemen Kualitas Air
Ikan lele merupakan ikan yang cukup tahan terhadap kualitas air yang buruk, tetapi hasil panen akan diperoleh lebih baik manakala kualitas air juga
baik. Untuk manajemen kualitas air, maka sebaiknya dilakukan pergantian air setiap hari. Di UD Sumber Rezeki, air menjadi sangat murah karena air masuk
secara gravitasi sehingga dapat masuk tiap hari. Data pengukuran kualitas air di tampilkan pada Tabel 10 sebagai berikut :
Tabel 10. Data pengukuran kualitas air
A1 A2
A3 A4
A5 A6 A7 sb. Air A8
A9 A10
A11 A12
A13 A14
A15 A16
A17 A18
A19 A20
1 pH 7.7
7.5 7.5 7.6 7.7
7.6 7.5
7.6 7.6
7.6 7.5
7.5 7.5
7.4 7.6
7.6 7.5
7.4 7.5
7.5 6,5 - 8,0
2 Amoniak ppm 0.15 0.17 0.25 0.15 0.12 0.20
0.005 0.25
0.25 0.25
0.17 0.25
0.10 0.17
0.17 0.15
0.17 0.19
0.12 0.15
0.005 3 Nitrit ppm
0.20 0.20 0.35 0.12 0.20 0.25
0.01 0.35
0.35 0.32
0.20 0.25
0.10 0.17
0.22 0.25
0.17 0.2
0.15 0.15
0,25 4 Suhu
⁰C 27.5
27 27 28.2 28
28 28
27.5 27.5
28 27
27 27.8
28 27.2
27.2 28
28.2 27.9
27.6 27 - 31
Nomor Kolam No. Parameter
Baku mutu
pH Derajat Keasaman
Derajat keasaman pH sangat berperan penting dalam kehidupan ikan. Derajat keasaman yang cocok untuk semua jenis ikan berkisar antara 6,5 ± 8,5.
Skala pH yang digunakan berkisar dari 1- 14 pH 1 sangat masam dan pH 14 sangat basaalkalis. Air bersifat netral pada pH 7, bersifat asam pada skala
kurang dari 7 dan bersifat basa pada skala lebih dari 7. Dari hasil pengkuran pH kolam pengamatan diperoleh nilai antara 7,4-7,8, hal ini menunjukkan bahwa pH
72 tersebut mendukung proses pertumbuhan walaupun kurang baik. Nilai pH sangat
dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis dan respirasi oleh kehidupan tanaman dalam air. Pada saat terjadi fotosintesis, maka tanaman akan mengambil CO
2
pada siang hari sehingga pH air cenderung meningkat. Respirasi terjadi pada malam hari dan tanaman akan menghasilkan CO
2
pada malam hari sehingga akan menurunkan pH. Untuk menciptakan suasana yang bagus dalam suatu perairan,
pH air harus mantap atau tidak terlalu bergoncang, karena ikan hanya tahan terhadap pergoncangan pH antara 5- 8.
Pada budidaya ikan lele, pada awal budidaya biasanya diperoleh pH yang masih rendah karena aktivitas fotosintesis belum terjadi, untuk mengatasi hal ini,
UD Sumber Rezeki melakukan pemupukan dengan dolomite yang berfungsi sebagai pupuk dan buffer penyangga pH. Penggunaan dolomite dimaksudkan
agar plankton tumbuh dengan baik dan pH stabil. Apabila plankton sudah tumbuh dengan kepadatan tinggi, maka akan terjadi kenaikan pH juga. Untuk mengatasi
hal ini, biasanya UD Sumber Rezeki melakukan pergantian air sekitar 20, hal ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan plankton dan memperbaiki kualitas air
yang lain seperti amoniak, nitrit dan lain-lain. Hubungan pH air dan pengaruhnya terhadap ikan lele di sajikan di Lampiran 6.
Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan
mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap gangguan terhadap pengubahan pH.
Total Amonia Nitrogen TAN
Pada umumnya, nitrogen dalam ekosistem perairan berada dalam berbagai bentuk siklus nitrogen. Amonia adalah salah satu produk yang sangat penting.
Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas disebut bau amonia. Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan
nutrisi di suatu perairan, Amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan perairan. Amonia berasal dari sisa metabolisme protein yang
mengandung rantai asam amino. Amonia berada di dalam air karena adanya pemupukan, kotoran ikan dan hasil kegiatan jasad renik di dalam pembusukan
bahan organik yang kaya akan nitrogen protein seperti sisa pakan yang tidak termakan oleh ikan. Senyawa ini dapat dipergunakan oleh tumbuhan air setelah
72 diubah menjadi nitrit dan nitrat. Menurut Huisman dkk 1991, kadar amonia
yang tinggi melebihi 0,006 ppm dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan insang semua jenis ikan. Secara biologis, di alam sebenarnya dapat terjadi
perombakan amonia menjadi nitrat NO
3
suatu bentuk yang tidak berbahaya, dalam proses nitrifikasi dengan bantuan bakteri nitrifkasi, terutama nitrosmonas
dan nitrobacter. Kedua bakteri tersebut memerlukan banyak oksigen untuk menjalankan proses tersebut. Dalam budidaya ikan lele, untuk mendukung proses
kerja bakteri tersebut, maka pergantian air secara sirkulasi mutlak diperlukan sebagai sumber oksigen. Ikan lele merupakan ikan yang menghirup oksigen
langsung dari udara, sehingga cukup tahan terhadap kadar amonia yang cukup tinggi. Tetapi fakta di lapangan menunjukkan, bahwa makin banyak pakan yang
diberikan maka kadar amonia makin tinggi dan tingkat kematian ikan lele juga makin tinggi. Hal ini dicirikan makin besar ikan, maka frekuensi menghirup
udaranya makin tinggi dan jika kadar amaoniaknya sudah tinggi maka insang menjadi kuning dan akhirnya menyebabkan kematian.
Selain ammonia, nitrit NO
2
dalam jumlah besar juga beracun bagi ikan karena dapat mengoksidasi Fe
2+
Suhu Air
dalam hemoglobin, dalam bentuk ini, kemampuan darah mengikat oksigen menjadi sangat rendah sehingga transfer
oksigen menjadi sangat rendah. Dari data Tabel 10 tentang pengukuran kualitas air terlihat kolam A8, A9, A10, A12 diperoleh data amonia dan nitrit cukup
tinggi, ini terlihat nyata pengaruhnya pada rendahnya Survival Rate SR panen dan Feed Conversion Rate FCR yang tinggi. Untuk mengurangi pengaruh
negatif dari amonia dan nutrit, maka proses sirkulasi air sebaiknya dilakukan secara rutin setiap sehari dan penebaran probiotik dilakukan secara rutin Arief
dkk, 2010. Pengurangan amonia dalam sistem budidaya ikan lele terdiri atas tiga proses yaitu proses fotoautotrofik oleh alga, proses bakterial autotrofik yang
mengubah amonia menjadi nitrat dan proses bakterial heterotrofik yang mengubah amonia langsung menjada biomassa mikroba Gunadi dkk, 2008.
Ikan lele bersifat poikiloterm artinya suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu lingkunganya. Secara umum ikan mampu beradaptasi pada kisaran suhu tertentu.
Kisaran ini bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya. Meskipun beberapa
72 spesies dapat mentolerir perbedaan suhu tertentu, akan tetapi pengawasan ekstra
hati-hati tetap diperlukan. Suhu rendah dibawah normal dapat menyebabkan ikan mengalami lethargi, kehilangan nafsu makan, dan menjadi lebih rentan terhadap
penyakit. Sebaliknya pada suhu yang terlalu tinggi ikan dapat mengalami stress pernafasan dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan insang permanen. Respon
ikan terhadap berbagai suhu air disajikan di Lampiran 7. Ikan lele merupakan ikan yang tidak tahan terhadap perubahan suhu secara
mendadak dan dapat menyebabkan ikan lele mengalami shock. Kelemahan ini disebabkan karena ikan lele tidak memiliki sisik yang berfungsi untuk
membentengi tubuh dari perubahan lingkungan terutama suhu air secara mendadak. Hal ini kerap terjadi terutama pada saat melakukan penebaran benih
ikan lele baru ke dalam kolam pembesaran yang baru dimana usaha penyesuaian suhu tidak dilakukan secara sempurna.
Peningkatan suhu kadang-kadang diperlukan untuk meningkatkan laju metabolisme ikan sehingga perlakuan tersebut diharapkan dapat menolong
mempercepat proses penyembuhan suatu penyakit, dan atau mempercepat siklus hidup suatu parasit sehingga parasit tersebut dapat segera dihilangkan. Meskipun
demikian, perlu diperhatikan bahwa semakin hangat air maka oksigen terlarut akan semakin sedikit, oleh karena itu intensitas aerasi perlu ditingkatkan.
Proses Panen dan Pasca Panen
Pemanenan ikan lele di UD Sumber Rezeki di lakukan pada umur pemeliharaan ikan 2 bulan terhitung sejak awal penebaran benih ikan lele, atau
berat badan ikan lele sudah mencapai 100-170 gram. Tahapan panen ikan lele sebagai berikut : menguras dan membersihkan kolam dengan cara air dibuang
dengan di pompa ke saluran pembuangan air. Ujung selang pompa penghisap air diletakkan di cekungan tengah-tengah kolam dan diberi pemberat. Untuk
memudahkan pengambilan, ikan lele digiring di salah satu pojok kolam dan diambil dengan jaring. Dari kolam, ikan dikumpulkan dalam tong plastik yang
lebih besar untuk di bawa ke tempat grading penyeleksian ikan. Grading penyeleksian ukuran lele dilakukan secara manual sederhana. Ikan lele yang
sudah diseleksi dimasukkan ke kolam penampungan sesuai ukurannya untuk dipuasakan. Setelah pembeli datang, penimbangan lele per ukuran hasil seleksi
72
Faktor terpenting yang harus dilakukan dalam proses panen adalah pemuasaan ikan pemberokan ikan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan bau
lumpur yang terdapat pada ikan lele saat dikonsumsi, perut ikan menjadi kosong dan tidak mengeluarkan kotoran saat proses pengangkutan serta ikan tidak stres
jika ikan akan dijual. Dari hasil proses grading seleksi ukuran lele, diperoleh
sebaran ukuran sebagai berikut : grading dilakukan menggunakan keranjang panen dan setelah itu ikan
dimasukkan ke dalam karung untuk di masukan kedalam blong tempat penampungan ikan di dalam mobil yang akan mengirim ikan ke tempat tujuan.
Gambar proses panen terdapat pada Lampiran 8.
Tabel 11. Tiga Ukuran Ikan lele saat panen
4.3 Pemasaran