3
diusaha pembesaran ikan lele dapat memperoleh keuntungan sesuai yang diharapkan Prihartono dkk, 2010.
Untuk saat ini, keuntungan usaha budidaya ikan lele sangat tergantung kepada kemampuan pembudidaya ikan lele mengatur hal-hal sebagai berikut :
benih yang bagus dan murah, nilai konversi pakan yang menjadi daging FCR = feed conversion ratio
yang rendah sama dengan 1, ukuran panen seragam 6-10 ekor per kg dan waktu budidaya pendek maksimal 60 hari Nasrudin, 2010.
Selain itu penguasaan pasar yang baik sangat berpengaruh kepada keuntungan petani. Penguasaan pasar menjadi penting, mengingat sistem pembayaran bersifat
kredit dan bandar ikan memegang peranan dalam hal pemberian modal bagi penjual ikan di pasar Nugroho, 2007.
Penguasaan teknologi pembesaran ikan lele dan penguasaan pasar menjadi sangat penting apabila ingin melakukan usaha pembesaran ikan lele. Efisiensi dan
efektivitas usaha pembesaran ikan lele perlu dipelajari dengan seksama untuk menunjang keberhasilan usaha tersebut. Interaksi dengan sesama pembudidaya
ikan lele sangat penting untuk menunjang keberhasilan pembesaran dan pemasaran ikan lele. Hal ini dapat dilakukan dengan bertukar informasi tentang
benih yang baik, pakan yang berkualitas dan pasar yang pembayarannya tunai. Selain hal di atas, dalam usaha budidaya lele, diperlukan strategi yang tepat dalam
hal persiapan kolam, pemilihan benih, pengisian air, manajeman pakan, manajeman kualitas air, manajemen panen dan pemasaran.
UD Sumber Rezeki merupakan salah satu perusahaan yang sedang berkembang dalam usaha pembesaran dan pemasaran ikan lele. Hal ini menjadi
dasar diperlukanya kajian usaha pembesaran dan pemasaran ikan lele serta strategi pengembanganya sehingga UD Sumber Rezeki makin maju dan berkembang.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah teknologi pembesaran ikan lele dan pemasarannya yang
dilakukan di UD Sumber Rezeki?
4
2. Bagaimanakah analisis kelayakan dan efisiensi usaha pembesaran dan
pemasaran ikan lele yang dilakukan oleh UD Sumber Rezeki sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal?
3. Bagaimanakah prospek pengembangan produk olahan ikan lele untuk
kebutuhan masyarakat di masa yang akan datang? 4.
Bagaimanakah kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terjadi dalam usaha pembesaran dan pemasaran ikan lele di UD Sumber Rezeki?
5. Bagaimanakah strategi pengembangan usaha pembesaran dan pemasaran
ikan lele di UD Sumber Rezeki sehingga lebih maju dan berkembang?
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Mengetahui teknologi pembesaran ikan lele dan pemasaran ikan lele yang dilakukan di UD Sumber Rezeki serta mendapatkan terobosan baru dalam
usaha pembesaran dan pemasaran ikan lele, 2.
Mengetahui kelayakan usaha dan efisiensi usaha dalam usaha pembesaran dan pemasaran ikan lele
3. Mengetahui prospek pengembangan produk olahan ikan lele untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat di masa yang akan datang. 4.
Mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terjadi dalam usaha pembesaran dan pemasaran ikan lele di UD Sumber Rezeki
5. Menentukan strategi pengembangan usaha pembesaran dan pemasaran
ikan lele di UD Sumber Rezeki
1.4 Manfaat
Manfaat yang bisa diambil dari kajian ini antara lain sebagai berikut : 1.
Memberikan informasi dan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan UD Sumber Rezeki sehingga usaha yang digeluti makin berkembang dan
maju. 2.
Menjadi acuan bagi masyarakat yang akan melakukan usaha pembesaran dan pemasaran ikan lele
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele
Menurut Suyanto 2011 ikan lele memiliki bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik, mempunyai 4 pasang kumis, mulut
besar, warna kelabu sampai hitam. Ikan lele mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut abrorescent, sehingga mampu hidup dalam air yang
oksigennya rendah. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk dan
sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari
makanan pada suasana gelap. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Ikan lele termasuk ikan
Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan. Ia akan mencari lubang-lubang untuk pemijahan. Pada waktu pemijahan, ikan ini akan
menempelkan telurnya pada batu-batuan atau akar-akar tanaman dan menjaganya dari serangan predator Nasrudin, 2010.
karnivora dan di alam ikan ini menyukai kutu air, seperti cladocera dan copepoda, larva nyamuk dan
serangga lainnya, keong-keongan kecil atau bangkai Nasrudin, 2010. Mufidah dkk, 2009 menyatakan bahwa kelangsungan hidup ikan lele akan meningkat
apabila selama masa pemeliharaan larva, ikan lele diberi pakan berupa Daphnia yang di perkaya oleh viterna. Viterna adalah suplemen yang berasal dari berbagai
macam bahan alami yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan nutrisi dan mempercepat pertumbuhan Mufidah dkk, 2009. Ikan lele juga menyukai
pakan buatan yang tidak terlalu tinggi kadar proteinnya 25. Dalam kondisi di mana sumber makanan kurang, ikan lele ini bisa bersifat kanibal saling memakan
satu sama lain Prihartono dkk, 2010.
2.2 Proses Pembesaran Ikan Lele
Pembesaran ikan lele adalah segmen usaha yang mengkhususkan pembesaran lele hingga mencapai ukuran konsumsi. Pemilihan lokasi yang tepat
untuk budidaya pembesaran ikan lele merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembesaran ikan lele. Meskipun sebenarnya tidak ada persyaratan
yang rumit dalam pemilihan lokasi budidaya pembesaran ikan ini. Hal ini karena secara umum ikan lele termasuk ikan yang bisa hidup di sembarang tempat, meski
6
demikian dalam budidayanya pemilihan lokasi yang tepat harus diperhatikan. Menurut Suyanto 2011, syarat-syarat lokasi agar proses pembesaran ikan lele
dapat berlangsung dengan baik adalah : a.
Lokasi yang cocok untuk ikan lele cepat tumbuh adalah lokasi yang memiliki ketinggihan 10-400 m di atas permukaan laut dpl. Ikan lele akan lambat
tumbuh jika dibudidayakan di lokasi yang memiliki ketinggian lebih dari 800 m dpl.
b. Faktor lain adalah tekstur dan struktur tanah. Tanah merupakan faktor mutlak
dalam pembuatan kolam budidaya. Tanah yang baik akan menghasilkan kolam kokoh, terutama bagian pematang atau tanggul. Pematang yang kokoh
dapat menahan tekanan air. Dengan kata lain kolam tidak mudah jebol dan dapat menahan air. Salah satu jenis tanah yang baik untuk kolam adalah tanah
liat atau lempung berpasir dengan perbandingan 2 : 3. Tanah dengan struktur seperti ini mudah dibentuk dan tidak pecah. Namun, jika kolam pemeliharaan
ikan lele ditembok atau dibeton, maka tanah tidak lagi menjadi faktor utama. c.
Di lokasi tersebut tersedia air dalam kualitas dan kuantitas yang mencukupi. Walaupun ikan lele dapat hidup dalam air yang keruh, kualitas air sangat
mendukung pertumbuhan ikan lele. Oleh karena itu, air yang digunakan untuk kolam budidaya harus banyak mengandung mineral, zat hara, serta tidak
tercemar oleh racun atau limbah-limbah rumah tangga dan industri. Air yang baik untuk pertumbuhan ikan lele adalah air bersih yang berasal dari sungai,
air hujan dan air sumur. Kualitas air yang baik untuk budidaya pembesaran ikan lele haruslah memenuhi syarat variabel-variabel fisika, kimia dan biologi
yang baik, meliputi kejernihan air serta berbagai kandungan mineral di dalamnya. Kondisi optimal air untuk budidaya pembesaran ikan lele adalah :
suhu minimum 20°C, suhu maksimum 30°C, suhu optimum 24–27°C, kandungan oksigen minimum 3 ppm, kandungan karbondioksida CO
2
di bawah 15 ppm, NH
3
di bawah 0,005 ppm, NO
2
sekitar 0,25 ppm dan NO
3
Tempat pemeliharaan ikan lele dapat dilakukan di semua media pemeliharaan seperti kolam tanah, kolam terpal, bak, tangki, keramba dan jaring
apung Saparinto, 2010. Selain itu ada juga pembesaran sistem longyam kolong sekitar 250 ppm dan tingkat derajat keasaman pH 6,5 – 8.
7
ayam yaitu pembesaran ikan lele yang dikombinasikan dengan kandang pemeliharaan ayam. Hal ini dilakukan dengan memelihara ikan lele di kolam yang
berada di bawah kandang ayam. Sistem pemeliharaan ikan lele di kolong ayam memiliki dua keunggulan, yakni secara ekonomi lebih menguntungkan dan dalam
pemanfaatan pakan lebih efisien. Dengan sistem ini, satu lahan digunakan untuk dua jenis usaha sekaligus. Sisa pakan ayam yang jatuh ke kolam bisa menjadi
santapan dan pakan tambahan bagi ikan lele. Menurut Nasrudin 2010, kolam terpal lebih baik jadi pilihan karena lebih mudah dan memiliki banyak keuntungan
terutama bagi pengusaha ternak lele yang baru memulai usaha. Disarankan membuat satu kolam berukuran 5 m x 2 m dengan kedalaman 125 cm sd 130 cm,
untuk ukuran kolam seperti ini biasanya menggunakan terpal berukuran 8 m x 5 m = 40 m
2
Membuat kolam tidak sulit, asalkan prinsip kolam sudah diketahui. Sebuah kolam harus memiliki pematang, pintu pemasukan air dan pintu
pengeluaran air Prihartono dkk, 2010. Pematang berfungsi sebagai penahan air, pematang berbentuk trapezium dengan panjang, tinggi dan lebar yang disesuaikan
dengan kebutuhan. Pintu pemasukan air berfungsi sebagai saluran pemasukan air, dapat dibuat dari paralon atau bamboo yang diameternya tergantung luas kolam,
pada umumnya menggunakan paralon 2-4 inci untuk luas kolam 500-1000 M , mengingat volume air yang cukup banyak, sebaiknya tanah untuk kolam
terpal digali sedalam 60 cm, jangan lupa untuk meratakan, menghaluskan, memadatkan tanah dasar kolam dan membuat saluran air pada dasar kolam.
Selain berfungsi menahan tekanan air, kolam yang berada di bawah permukaan tanah juga lebih menguntungkan karena lebih mudah untuk mengontrol ikan lele
dalam kolam. Tanah hasil galian kolam digunakan untuk tanggul yang mengelilingi kolam, ketinggian tanggul + 40 cm, lebihkan tinggi kolam dari atas
tanggul + 50 cm, sehingga total ketinggian kolam mencapai + 150 cm. Dinding kolam bisa dibuat dari bambu atau pasangan batako, tergantung modal yang
dimiliki.
2
. Pintu pengeluaran air berfungsi agar sirkulasi air dapat berjalan dengan baik, ada
tiga bentuk pintu air yaitu bentuk ganda, bentuk L dan bentuk monik. Bentuk L dan bentuk monik paling baik karena air yang keluar berasal dari dasar kolam
yang kualitasnya sudah buruk.
8
Menurut Nasrudin 2010 , proses produksi yang terjadi dalam pembesaran adalah persiapan kolam, pemilihan dan penebaran ikan, manajeman pakan,
manajemen air dan panen. Persiapan kolam mencakup perbaikan parit dan tanggul, pengeringan, penebaran kapur, penebaran bakteri, pengisian air dan
pemupukan kolam. Perbaikan parit dan tanggul dilakukan untuk mencegah kebocoran dan
memperbaiki tanggul yang longsor. Pengeringan bertujuan untuk mengoksidasi sisa-sisa bahan organik akibat sisa pakan dan kotoran ikan. Proses pemberian
bakteri pengurai bertujuan untuk menguraikan sisa bahan organik dari pakan dan kotoran ikan. Tepung kapur CaO ditebarkan merata di dasar kolam, hal ini
bertujuan untuk menaikkan pH dasar tanah, pemberian bakteri juga diperlukan untuk menguraikan sisa-sisa bahan organic Arief dkk, 2010. Kolam dibiarkan
kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak. Kolam yang sudah mengalami pengolahan dasar, segera diisi dengan air yang bersih dan memenuhi
standar, jangan sampai air tercemar dengan zat-zat yang dapat membahayakan kelangsungan hidup ikan lele, pengisian air dilakukan hingga mencapai ketinggian
50 cm Gunadi dkk, 2008. Setelah itu dilakukan pemupukan menggunakan kotoran kambing yang langsung dari kandangnya, dengan takaran 1,5 kgm
2
. Jadi untuk kolam berukuran 10 m
2
Setelah memasuki hari kedelapan, karung yang berisi kotoran kambing sudah boleh diangkat, injak-injak karung atau dicelup-celupkan sebelum diangkat
agar kandungan zat-zat yang berguna untuk kesehatan air kolam dan ikan lele lebih banyak keluar dan menyebar. Kotoran kambing dalam karung yang telah
diangkat bisa digunakan untuk memupuk tanaman. Tujuan pemberian kotoran kambing adalah untuk menyediakan makanan alami Ikan lele dumbo berupa
Zooplankton, larva,
cacing-cacing, serangga air, fitoplankton adalah Gomphonema
spp gol. Diatome, Anabaena spp gol. Cyanophyta, Navicula spp gol. Diatome, ankistrodesmus spp gol. Chlorophyta.
memerlukan kotoran kambing sebanyak 15 kg, kotoran kambing tersebut dibagi menjadi dua karung, ikat rapat lalu masukkan
kedalam kolam, biarkan karung yang berisi kotoran kambing tersebut mengapung ke seluruh penjuru kolam.
9
Kualitas benih yang akan ditebar sangat mempengaruhi hasil produksi, maka dari itu pemilihan benih haruslah selektif, usahakan mengambil benih dari
tempat-tempat yang sudah terpercaya kredibilitasnya sebagai pembenih ikan lele. Tebarkan benih sesuai dengan kisaran tebar yang ideal, penebaran benih
sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari. Tata cara pemberian pakan dalam pembesaran ikan lele diberikan 5 sd 6
kali setiap hari, dengan catatan pemberian pakan harus diberi jarak, + 2 sd 3 jam, pemberian pakan pertama dimulai pada jam 9 pagi, hindarkan memberi pakan
sebelum jam 9 pagi, karena jika terlalu pagi permukaan kolam yang masih tercemar belum terjemur dengan sinar matahari akan bercampur dengan pakan
yang kita berikan sehingga akan berakibat buruk pada ikan lele, mencegah lebih baik dari pada mengobati Nasrudin, 2010.
Menurut Nasrudin 2010, jika para pengusaha pembesaran ikan lele ingin menggunakan pakan buatan dalam metode pengaturan pakannya maka komposisi
yang baik adalah, pakan buatan yang mengapung sebanyak 30 dan pakan buatan yang tenggelam 70 . Jika ingin diselingi dengan pakan tambahan maka
jatah pakan buatan yang tenggelam yang harus dikurangi. Pada Tabel 2 disajikan pemberian pakan per 1000 ekor benih.
Tabel 2. Pemberian pakan per 1000 ekor per siklus Kode Pelet
Jumlah pakan Jenis Pellet dan Persentasi
Pakan lele 1 ml 3 kg
Apung Pakan lele 2 ml
5 kg Apung
Pakan lele 3 ml 22 kg
Apung Pakan Tenggelam 3 ml
70 kg Tenggelam
TOTAL 100 kg
Sumber : Nasrudin 2010 Sebagai contoh jika ingin memberikan pakan tambahan rucah atau yang lainnya
sebanyak 50 , maka pemberian pakan buatan yang tenggelam hanya tinggal 20 saja, sedangkan takaran pakan buatan yang mengapung tidak boleh dikurangi
yaitu 30 . Dalam pembesaran ikan lele setiap pakan yang diberikan akan berpengaruh pada bertambahnya berat ikan lele, sehingga tidak ada pakan yang
terbuang percuma selama mengikuti aturan pemberian pakan yang benar Nasrudin, 2010.
10
Menurut Nasrudin 2010 hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses pembesaran lele adalah pengaturan ketinggian air. Pada Tabel 3 disajikan standar
ketinggian air. Tabel 3. Standar Ketinggian Air Nasrudin, 2010
Kode Pellet Penambahan Air
setelah pakan jenis tertentu habis
Ketinggian air kolam setelah ditambah
Air Pakan lele 1 ml
- 50 cm
Pakan lele 2 ml 20 cm
70 cm Pakan lele 3 ml
20 cm 90 cm
Pakan lele tenggelam 30 cm
120 cm Pada tahap awal pengisian air ketinggiannya adalah 50 cm, jika pakan ikan
lele 1 ml telah habis maka tinggi air harus ditambah 20 cm hingga menjadi 70 cm. Lakukan pengisian dengan air baru tanpa pengomposan. Berikutnya jika pakan
ikan lele 2 ml telah habis maka ketinggian air ditambah 20 cm lagi sehingga menjadi 90 cm. Ketinggian air tidak ditambah sampai pakan ikan lele 3 ml habis.
Jika pakan ikan lele 3 ml telah habis, baru ketinggian air ditambah lagi 30 cm sehingga menjadi 120 cm. Ketinggian air tetap 120 cm sampai pada saat panen.
Najiyati 2010 menyampaikan bahwa salah satu faktor penyebab kegagalan usaha budidaya ikan lele adalah adanya hama dan penyakit ikan. Hama
ikan lele mencakup berang-berang, ular, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut. Penyakit ikan yang sering menyerang ikan lele adalah bakteri
Aeromonas dan Pseudomonas, penyakit bintik putih, penyakit yang disebabkan jamur dan penyakit non parasit. Pengobatan penyakit yang disebabkan Aeromoas,
Pseudomonas dan jamur adalah dengan perendaman menggunakan PK dosis 3 grM
3
, penyakit bintik putih dan jamur diobati oleh garam dapur 1-20 gramM
3
2.3 Proses Panen dan Pasca Panen