Pemasaran HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum

72 Faktor terpenting yang harus dilakukan dalam proses panen adalah pemuasaan ikan pemberokan ikan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan bau lumpur yang terdapat pada ikan lele saat dikonsumsi, perut ikan menjadi kosong dan tidak mengeluarkan kotoran saat proses pengangkutan serta ikan tidak stres jika ikan akan dijual. Dari hasil proses grading seleksi ukuran lele, diperoleh sebaran ukuran sebagai berikut : grading dilakukan menggunakan keranjang panen dan setelah itu ikan dimasukkan ke dalam karung untuk di masukan kedalam blong tempat penampungan ikan di dalam mobil yang akan mengirim ikan ke tempat tujuan. Gambar proses panen terdapat pada Lampiran 8. Tabel 11. Tiga Ukuran Ikan lele saat panen

4.3 Pemasaran

Pemasaran ikan lele merupakan hal yang sangat penting dan dapat merubah alur usaha ikan lele. Jika tepat menata jalur pemasaran, usaha budidaya ikan lele akan sukses dan terus maju. Jika salah, usaha pembesaran ikan lele akan mundur dan mungkin saja bangkrut. Pemasaran ikan lele merupakan hal yang rumit bagi pembudidaya ikan lele yang belum menemukan jalur pemasarannya, tetapi sangat mudah dan mendatangkan keuntungan yang cukup besar untuk pembudidaya ikan lele yang sudah menemukan jalur pemasarannya. UD Sumber Rezeki sudah dapat menjalankan fungsi pemasaran ikan lele dengan sangat baik. Apabila kita mempelajari jalur distribusi ikan lele di UD Sumber Rezeki Parung, maka jalur distribusi tersebut dapat di lihat di Gambar 2 sebagai berikut : Ukuran Jenis Berat gr Jumlah kg ekor Persentasi 1000 kg ikan A Ukuran Besar 170 6 5 B Konsumsi 100 - 170 6 – 12 80 C Ukuran kecil 100 12 15 72 Rp. 13.200 Gambar 2. Jalur Distribusi ikan Lele Setiap jalur distribusi memiliki ciri khas tersendiri, berikut adalah uraianya : UD Sumber Rezeki sebagai pembudidaya memelihara ikan lele mulai dari benih hingga panen. Setelah mencapai ukuran panen, ikan tersebut di jual melalui 3 jalur distribusi yaitu ke tengkulak, bandar ikan dan langsung ke konsumen akhir. Persentasi setiap jalur distribusi adalah 5 tengkulak, 85 bandar pasar dan 10 langung ke konsumen akhir. Harga jual ikan lele ditentukan oleh UD Sumber Rezeki dengan tetap memperhatikan harga ikan di pasaran dan tingkat pembudidaya. UD Sumber Rezeki selalu berkordinasi dengan pembudidaya lain dalam lingkungan kecamatan Parung untuk menentukan harga jual ikan lele. Naik dan turunya harga ikan sangat ditentukan oleh faktor permintaan dan ketersedian ikan lele. Harga akan dinaikkan tatkala ada indikasi stok ikan lele sedikit di pembudidaya yang lain dan akan diturunkan tatkala stok di pembudidaya lain melimpah. UD Sumber Rezeki membatasi diri sebagai pembudidaya saja sehingga keuntungan yang diperoleh hanya berasal dari kreativitas pengelolaan pakan dan volume produksi yang dihasilkan. Pembudidaya ikan lele UD Sumber Rezeki Pembudidaya ikan lele UD Sumber Rezeki Rp. 11.200 Bandar Ikan Rp. 12.200 Bandar Pasar Rp. 13.2000 Rp. 14.200 Bakul Rp. 15.200 Tempat pemancingan, pasar, Pecel lele, Rumah Makan, Pengolahan ikan lele Rp. 16.200 Tengkulak Ikan Rp. 12.2000 72 Tengkulak ikan lele yang membeli ikan lele ke UD Sumber Rezeki hanya sekitar 5 saja. Tengkulak seringkali muncul tatkala stok ikan lele sedang sedikit dan tengkulak tersebut di tugasi oleh bandar ikan lain untuk mencari sumber ikan yang baru. Jadi tengkulak mencari ikan bukan untuk pelanggan UD Sumber Rezeki, melainkan untuk bandar ikan lain yang biasanya tidak mengambil dari UD Sumber Rezeki. Tengkulak tersebut biasanya sangat kenal baik dengan pemilik UD Sumber Rezeki. Tengkulak ikan Di wilayah yang tata niaga ikan lelenya belum tertata dengan baik, tengkulak merupakan dewa penolong yang membantu pembudidaya untuk menjual hasil budidayanya. Mereka mengumpulkan hasil panen pembudidaya ikan lele dan setelah terkumpul sesuai dengan jumlah minimal pengiriman, maka ikan lele tersebut akan dijual ke bandar ikan. Tengkulak terkadang hanya berbekal informasi daftar pembudidaya dan peta wilayah, menyebar ke seluruh pelosok memburu pembudidaya lele yang sedang berproduksi dengan harga jual yang miring. Tidak jarang mereka datang hanya untuk bernegosiasi harga hingga mencapai kesepakatan, kemudian mengontak bandar ikan untuk datang mengambil barang. Bandar ikan merupakan pembeli ikan lele tingkat kedua. Memiliki modal besar, berpusat di sentra – sentra produksi lele, jaringan armada “ pemburu pembudidaya tengkulak “ yang baik, jaringan pemasaran yang mapan, dan sebagainya. Kebanyakan mereka memiliki kolam sendiri, sebagai dasar untuk berjaga – jaga jika pasokan lele dari pembudidaya tengkulak berkurang. Dikarenakan biasanya mereka memiliki janji dan kewajiban yang tertulis maupun tidak tertulis untuk terus dan harus memasok kepada bandar pasar ataupun bakul. Sesungguhnya mereka ini yang menjadi pengendali kontinuitas pasokan ke atas maupun ke bawah, namun tetap saja mereka tidak bisa mengendalikan harga ditingkat pembudidaya maupun konsumen. Tidak seperti komoditas lainnya, ketika stok ikan lele berlimpah dan harga ikan lele sedang turun, mereka tetap tidak akan menimbun pasokan ikan lele dalam kolam penampungannya. Semakin Bandar Ikan 72 lama menimbun, semakin besar biaya yang harus mereka keluarkan untuk pakan guna menjamin ikan lele tersebut tetap hidup hingga ke tangan selanjutnya. UD Sumber Rezeki menjual ikan lele hasil budidaya ke bandar ikan hampir 85. Hal ini disebabkan karena bandar ikan memiliki modal yang cukup kuat sehingga tidak ada kekuatiran dari UD Sumber Rezeki tentang pembayaran dan lain-lainya. Bandar pasar merupakan pembeli lele tingkat ketiga. Berfungsi sebagai pengendali pasokan hingga ke tangan konsumen. Terkadang tidak memiliki modal yang besar, dikarenakan mendapatkan “nota” dari bandar ikan lele, kemudian memutar barang dagangannya terlebih dahulu, lalu membayar pada pengiriman selanjutnya. Istilah dagangnya “sistem 2-1”. Dua kali ambil, satu kali bayar. Kekuatan utama mereka ialah jaringan dan hubungan di dalam pasar. Bandar ikan dan bandar pasar biasanya dirangkap oleh orang yang sama, hal ini memungkinkan bandar memperoleh keuntungan yang paling besar. UD Sumber Rezeki menganut sistem penjualan ke bandar ikan dan bandar pasar sehingga UD Sumber Rezeki tidak berhubungan langsung dengan bandar pasar melainkan dengan bandar ikan. Bandar Pasar Kebanyakan merupakan kaki tangan dari bandar pasar ataupun langsung bandar ikan, yang tersebar di dalam lapak-lapak pasar. Sistem perdagangan mereka juga menggunakan “bon nota 2-1”. Mereka mengambil barang terlebih dahulu kepada bandar, kemudian membayarnya setelah barang dagang laku terjual kepada konsumen. UD Sumber Rezeki tidak melakukan pemasaran ke bakul centeng. Hal ini disebabkan tidak banyak yang bisa dilakukan untuk dapat menerobos langsung ke tahapan ini. Terkecuali jika memang di pasar tersebut belum ada bandarnya ataupun anda dapat menawarkan sesuatu yang lebih daripada bandar yang sudah ada seperti; pasokan yang lebih pasti, harga lebih murah, kemudahan pembayaran yang lebih fleksibel, dan lain sebagainya. Bakul Centeng Memang, dalam banyak kasus rantai pemasaran, tahapan di atas tersebut tidaklah mutlak. Bisa saja seorang tengkulak merangkap sebagai bandar ikan ataupun bandar pasar. ataupun seorang petani memotong jalur distribusi dengan 72 langsung menawarkan kepada bakul centeng pasar. Namun dalam rantai distribusi yang sudah mapan tata niaganya, hal tersebut merupakan sebuah keharusan. Satu – satunya hal yang membuat tahapan itu harus ada, ialah faktor jaminan adanya pasokan ikan lele. Dalam tata niaga distribusi lele yang sudah tertata rapih, masing – masing pihak saling memiliki ketergantungan. Logikanya mudah saja, mereka harus terus memiliki stok ikan lele, dalam waktu yang tepat dan jumlah yang cukup untuk memenuhi janji mereka satu dengan lainnya. Mereka tidak mudah berpaling dari supplier lama, dengan hanya iming-iming harga murah dan satu atau dua kali pengiriman yang melimpah, jika tidak ada jaminan bahwa seterusya mereka akan mendapatkan pasokan untuk berdagang. Gambar di atas menunjukkan terlalu besar selisih harga antara harga jual di UD Sumber Rezeki dengan harga jual di konsumen, sehingga terkadang harga jual beli antara UD Sumber Rezeki dengan tengkulak menjadi tembok penghalang masing – masing pihak untuk mencari titik temu negosiasi harga penjualan. Banyak kepala dalam rantai distribusi yang menggantungkan hidupnya dari berdagang ikan lele. Dalam perubahan tingkatan harga misalnya. Setiap tingkatan mulai dari UD Sumber Rezeki harga bertambah Rp. 1.000,- perkilonya. Dari UD Sumber Rezeki Rp. 11.200,-, Tengkulak Rp. 12.200,-, Bandar Rp. 13.200,-, Bandar Pasar Rp. 14.200,-, dan akhirnya bakul centeng menjual dengan harga Rp. 15.200-16.200,- kepada konsumennya. Bahkan jika konsumennya merupakan pedagang sayur rumah tangga di daerahnya, maka tentunya harga jual ke konsumen akhir menjadi Rp. 16.200, lebih. Potensi terbesar terjadinya perubahan fluktuasi harga bukan terjadi di tingkat UD Sumber Rezeki maupun konsumen, melainkan berada di tengkulak dan tingkatan bakul. Kedua elemen yang paling dekat dengan UD Sumber Rezeki dan konsumen. Tidak usah ragu, dengan kreatifitas dalam manajemen pakan dan pengendalian volume yang berkelanjutan pasokan yang yang terus menerus itu sudah cukup untuk menjadi daya tawar yang lebih untuk masuk dalam jaringan tata niaga lele yang sehat. Tidak perlu berfikir untuk produksi dalam ton, cukup penuhi kebutuhan 100 kg hari untuk satu kelurahan, itu sudah cukup untuk meraih keuntungan yang lebih maksimal. Pemasaran ikan lele harus fokus 72 menyasar target dalam area terkecil diwilayah sekitar kita, lalu menjaga pasokan agar dapat terus berlanjut, jauh lebih baik dibandingkan dengan memproduksi skala besar–besaran sambil mengharapkan tengkulak ataupun bandar datang membeli hasil panen kita dengan harga yang tinggi. Tabel 12. Dinamika harga ikan lele saat musim hujan cuaca buruk Dinamika harga Faktor pemicu Harga lele konsusmsi naik Mayoritas pembenih ikan lele, mengalami gagal produksi. Sebagian besar diakibatkan faktor cuaca. Seperti : berkurangnya angka persentase telur yang menetas akibat suhu yang terlalu dingin ataupun fluktuatif, terganggunya jadwal pakan dan sortir, berkurangnya pasokan cacing sutera sebagai pakan alami utama ketika larva ikan lele baru menetas hingga berumur 5 hari, dan lain sebagainya. Permintaan benih ikan lele naik. Kolam - kolam mulai kembali terisi dengan waktu hampir bersamaan. Permintaan benih akan naik, namun pasokan benih akan berkurang. Sehingga kecenderungan akan terjadi kenaikan harga ikan lele konsumsi Harga lele konsumsi turun Pasokan ikan lele konsumsi berlimpah. Harga ikan lele terjun bebas. Jangan heran jika panen ikan lele di kolam anda hanya dihargai kurang dari Rp. 10.000,-. Dan jangan heran pula jika petani luar daerah mampu memberikan harga hanya Rp. 10.000,- hingga Rp. 10.500,- bahkan sudah diantar sampai ke Jakarta. Daya tampung bandar yang terbatas. Ketika pasokan berlimpah, bandar tetap menampung sesuai dengan kemampuan kolam dan daya serap penjualannya. Tidak seperti komoditas lain, bandar tidak akan menimbun barang dagang dalam jumlah melebihi dari kemampuannya, meskipun harga beli di petani sedang turun.

4.4. Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele di UD Sumber Rezeki