Pengembangan Produk Olahan Ikan Lele

72 Dengan nilai tersebut, maka usaha tersebut layak dilakukan karena nilainya melebihi suku bunga bank saat ini yaitu 14 per tahun.

3. BC Ratio

Perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan yang diperoleh. Suatu usaha dikatakan layak jika BC ratio mempunyai nilai lebih besar dari 1. Dari Tabel 13 terlihat bahwa nilai BC ratio adalah 1,26 yang menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan lele layak diusahakan. Setiap penambahan biaya sebesar Rp. 1 maka akan diperoleh pendapatan 1,26.

4. Titik Impas BEP

Analisis itik impas dimaksudkan untuk mengetahui kondisi produksi yang harus dicapai sehingga usaha ini tidak untung ataupun rugi. Usaha ikan lele dikatakan impas manakala jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga usaha budidaya ikan lele tidak mengalami kerugian, tetapi juga tidak memperoleh laba. Berdasarkan perhitungan analisis BEP Lampiran 10 diperoleh rata-rata titik impas per kg Rp. 9,631.76 atau senilai Rp. 222.084.250 untuk memproduksi ikan lele sebanyak 22.988 kg.

5. PBP

PBP berfungsi untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi suatu usaha. Berdasarkan analisis kelayakan usaha Lampiran 10, dari total investasi Rp. 249.200.000, maka usaha ini akan dikembalikan melalui cash flow selama 3 tahun 9 bulan. Jika melihat rata-rata daya tahan kolam selama 10 tahun, maka dari sisi PBP, usaha ini sangat layak untuk dikembangkan.

4.5 Pengembangan Produk Olahan Ikan Lele

UD Sumber Rezeki belum melakukan usaha pengolahan produk olahan yang berasal dari ikan lele ukuran besar. Sebagai pembanding, ditampilkan pengolahan ikan lele yang dilakukan oleh pengusaha di wilayah Parung sebagai berikut : Salah satu cara untuk mengatasi harga ikan lele yang tidak sama pada setiap ukuran, maka diversifikasi produk olahan menjadi sangat penting terutama untuk ikan ukuran besar jumlah per kg 5 ekor. Tahap awal mengolah berbagai 72 makanan olahan dari ikan lele adalah dengan membuat fillet ikan lele. Fillet adalah bagian ikan yang diperoleh dengan penyayatan ikan utuh sepanjang tulang belakang, dimulai dari belakang kepala hingga mendekati bagian ekor. Tulang belakang dan tulang rusuk yang membatasi badan dengan rongga perut tidak terpotong pada waktu penyayatan. Dengan cara penyayatan seperti ini, maka tulangduri ikan yang terikut dalam fillet umumnya hanya sedikit sekali. Ikan lele yang difillet minimal memiliki ukuran 250 gram satu kg 4 ekor, dari satu kg ikan dapat menjadi 250-300 gram fillet, sehingga untuk menghasilkan satu kilogram fillet ikan, diperlukan 3 – 4 kg ikan utuh. Setelah ikan lele di buat fillet, maka selanjutnya bisa dibuat beberapa produk olahan lain seperti berikut di bawah ini : • Abon lele merupakan salah satu bentuk produk olahan dan awetan ikan. Pembuatan abon biasanya dilandasi adanya produk yang melimpah atau ikan kurang diminati jika dikonsumsi langsung. Pengolahan ikan menjadi abon dapat dilakukan untuk memberi rasa pada produk lain yang tidak memiliki nilai jual. • • Kerupuk lele merupakan makanan ringan snack food yang bersifat kering dan renyah. Kerupuk ikan termasuk produk yang banyak disukai karena rasanya enak, renyah, tahan lama, mudah dibawa dan disimpan serta dapat dinikmati kapan saja. Pembuatan kerupuk ikan lele mudah dilakukan dan murah biayanya. Harga ikan ukuran besar 5 ekor per kg saat ini adalah Rp. 9000 per kg, sehingga untuk menghasilkan satu kg fillet ikan lele diperlukan biaya Rp. 27.000. Hasil penjulan fillet ikan lele di harga Rp. 36.000 per kg, maka terdapat selisih Rp. 9.000 per kg fillet ikan lele. Analisa kelayakan usaha produk olahan ikan lele terdapat di Lampiran 11. Nugget ikan merupakan makanan ringan snack food yang dapat berfungsi sebagai lauk siap saji. Nugget ikan dilapisi dengan tepung dan ukurannya kecil. Nugget merupakan makanan yang disukai anak-anak maupun orang dewasa karena rasanya yang mengundang selera. 72

4.6. Strategi Pengembangan UD Sumber Rezeki Parung, Jawa Barat