Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan yang signifikan bagi negara. Hal ini dikarenakan penerimaan pajak merupakan sumber pendapatan dalam negara terbesar yang dibutuhkan sebagai sumber pembiayaan pembangunan nasional. Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional ke arah masyarakat yang adil dan makmur diperlukan peran aktif masyarakat dalam pembiayaan pembangunan yang diwujudkan dalam pembayaran pajak. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 ayat 2 diatur tentang kewajiban perpajakan yang berbunyi : “Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan”. Jadi, setiap pajak yang dipungut harus berdasarkan Undang-Undang Perpajakan. Dalam hal tersebut keseriusan pemerintah terhadap sektor pajak dapat dilihat dengan seringnya dilakukan pembaharuan-pembaharuan dan perubahan-perubahan terhadap Undang-Undang dan peraturan perpajakan yang kini dinilai tidak sesuai lagi dengan keadaan dan perkembangan ekonomi sekarang. Perubahan terakhir Undang – Undang perpajakan dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang menghasilkan UU KUP No. 28 Tahun 2007 yang berlaku mulai tahun Universitas Sumatera Utara 2008 dan UU PPh No. 36 tahun 2008 yang berlaku mulai tahun 2009. Mengenai masalah dan tata cara angsuran pajak atau cicilan pajak diatur dalam Pasal 25, sedangkan pelunasan kekurangan pembayaran pajak diatur dalam Pasal 29 Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang – Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Guna meningkatkan penagihan pajak, maka pemerintah melakukan pembaharuan dalam bidang perpajakan Tax Reform yang dilakukan sejak tanggal 1 Januari 1984. Sebelum reformasi perpajakan di Indonesia, sistem pemungutan pajaknya hanya bertumpuh kepada Official Assessment System. Perubahan dilakukan karena sangat lemahnya peraturan dan perundang-undangan sebagai akibat warisan jaman kolonial. Peraturan pajak sebelumnya juga tidak memperhatikan asas serta aspek pemerataan, keadilan, kepastian hukum, dan pertumbuhan ekonomi. Jumlah Wajib Pajak selama 38 tahun Indonesia merdeka hanya 435.517 dan penerimaan pajak pada tahun 19831984 sebesar 2,9 Triliyun. Hal-hal inilah yang menjadi dasar reformasi perpajakan dan diberlakukannya sistem pemungutan pajak yang baru yaitu Self Assessment System. Disamping kedua sistem pemungutan tersebut juga berlaku With Holding system. Dalam pelaksanaannya Official Assessment System mempunyai beberapa kelemahan diantaranya yaitu Wajib Pajak bersifat pasif dikarenakan wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus, sehingga Wajib Pajak tidak ikut andil dalam penentuan besarnya pajak yang mengakibatkan kecurigaan oleh Universitas Sumatera Utara Wajib Pajak terhadap besarnya pajak terutang. Berbanding terbalik dengan Self Assessment System yang member wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Letak kelemahan sistem pemungutan pajak ini dikarenakan otoritas pajak bersifat pasif dan hanya memberikan penerangan, pengawasan, dan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Salah satu alasan fundamental dari Self Assessment System adalah menghindari kontak langsung antara Wajib Pajak dengan petugas pajak dalam penetapan pajak yang seringkali menimbulkan kongkalikong untuk kepentingan masing-masing yang merugikan Negara. Usaha untuk mencapai target penerimaan pajak bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan dedikasi, kerja keras, kesadaran akan hak dan kewajiban serta kedisplinan dari seluruh aparatur perpajakan dibawah Direktorat Jenderal Pajak, dan tidak terlepas dari peran serta Wajib Pajak. Karena dengan Self Assessment System ini Wajib Pajak diberikan tanggung jawab penuh maka aparatur pajak harus lebih giat dalam proses pengawasan terhadap Wajib Pajak dan melakukan upaya-upaya demi meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak sebagai otoritas pajak fiskus, tidak turut campur dalam penentuan besarnya pajak yang terutang. Oleh karena itu setiap Kantor Pelayanan Pajak harus lebih memperhatikan Wajib Pajak Universitas Sumatera Utara yang berada dalam naungannya. Dalam hal peningkatan kepatuhan Wajib Pajak ini Direktorat Jenderal Pajak memberikan prosedur tentang upaya – upaya yang harus dijalankan oleh setiap kantor Pelayanan Pajak. Demi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajaknya, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang mencakup 3 kecamatan yaitu Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Timur, dan Kecamatan Medan Perjuangan juga menjalankan prosedur yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Upaya – upaya yang dijalankan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur antara lain dengan mengadakan penyuluhan, mengiklankan pajak dengan cara menyiarkan di televisi, memajang spanduk,Walaupun demikian tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang berada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur masih sangat rendah. Hampir sama dengan Kantor Pelayanan Pajak yang laininstansi pemerintah yang lain, isntansi pemerintah ini pun terus meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dengan upaya-upaya yang dimiliki oleh instansi tersebut.Keberhasilan dalam penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ini tidak terlepas dari kinerja aparatur pajak dan Wajib Pajaknya. Maka dari itu, dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM penulis ingin mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak, serta peranan dan upaya – upaya yang dilakukan oleh aparatur perpajakan demi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, sehingga dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM ini penulis ingin Universitas Sumatera Utara mengetahui dan menyampaikan serta melaporkan situasi yang ada pada instansi pemerintah yang bersangkutan khususnya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan judul sebagai berikut : “Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 29 Sesuai Sistem Self Assessment di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dokumen yang terkait

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung Dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1 107 57

Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

7 87 68

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Menerapkan Sistem Self Assessment pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

3 109 60

Tata Cara Pelaporan Dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 55 69

Prosedur Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

5 58 55

Tatacara Pelaporan Dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

1 42 66

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Menerapkan Sistem Self Assessment pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Medan Petisah

1 61 61

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)

0 13 43

Pengaruh Self Assessment System dan Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey Pada Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang)

7 67 68

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung Dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

0 0 20