dengan melakukan pengontrolan dan perlakuan yang baik sejak dari lateks kebun sampai pada pengambilan sampel lateks pekat Solichin, 1995.
2.5. DEPOLIMERISASI
Depolimerisasi merupakan salah satu cara modifikasi karet alam dengan cara degradasi rantai molekul karet. Degradasi polimer dapat terjadi
secara mekanis, termal, kimiawi, fotokimia, dan biodegradasi. Secara kimiawi degradasi polimer dapat terjadi dengan bantuan senyawa pemutus
rantai molekul polimer. Tujuan depolimerisasi adalah untuk melunakkan atau sekedar menurunkan viskositas karet, dan untuk memperoleh karet
dengan rantai molekul yang sangat pendek atau karet cair. Depolimerisasi ditandai dengan adanya putusnya ikatan rantai utama
sehingga menyebabkan pemendekan panjang rantai dan penurunan bobot molekul. Reaksi ini juga terjadi pada gugus samping, namun pengaruhnya
tidak sebesar bila dibandingkan dengan reaksi pada gugus utama. Perubahan sifat fisik mengakibatkan pembentukan ikatan kimia baru melalui
mekanisme ikatan silang sehingga konversi molekul menjadi lebih tinggi Surdia, 2000.
Menurut Alfa dan Syamsu 2004, penambahan senyawa pemutus rantai molekul sistem redoks, campuran hidrogen peroksida dengan natrium
hipoklorit, dikombinasikan dengan hidroksilamin netral sulfat akan menghasilkan lateks dengan viskositas Mooney karet mentah rendah dan
memiliki daya rekat baik. Menurut Gunanti 2004, depolimerisasi molekul karet terjadi karena
adanya radikal OH hasil penguraian hidrogen peroksida H
2
O
2
. Radikal OH yang terbentuk bersifat sangat reaktif dan dapat bereaksi secara tidak
terkontrol dengan molekul polimer karet alam poliisoprena. Radikal OH yang terbentuk menarik salah satu atom H yang terdapat pada polimer karet
terutama menyerang ikatan karbon rangkap, sehingga dihasilkan radikal bebas yang aktif. Radikal bebas pada molekul isoprena tersebut mudah
bereaksi dan berikatan dengan oksigen yang ada dalam lateks dan membentuk molekul yang tidak stabil hingga mengalami reaksi autooksidasi
sampai terjadi pemutusan ikatan. Pada akhir reaksi pemutusan, terbentuk gugus karbonil. Gugus karbon aktif yang dihasilkan langsung bereaksi
dengan gugus aktif dari reduktor yang dihasilkan gugus karbonil yang tidak bermuatan. Gugus karbon yang dihasilkan memiliki gugus ujung berupa
keton dan aldehid. Karet alam dengan bobot molekul yang rendah 150000-400000
memiliki sifat lekat yang baik, sehingga dapat disebut sebagai karet lunak. Sifat dan bentuknya inilah yang dapat dijadikan dasar dalam industri perekat
berbahan lateks Roberts, 1988.
2.6. HIDROGEN PEROKSIDA