Plastisitas Wallace Po Depolimerisasi Lateks Karet Alam Secara Kimia Menggunakan Senyawa Hidrogen Peroksida – Natrium Nitrit – Asam Askorbat

keragaman dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil analisis keragaman, diketahui bahwa perlakuan variasi dosis NaNO 2 , dosis H 2 O 2 , dan waktu reaksi memberikan pengaruh nyata terhadap viskositas Mooney karet depolimerisasi. Uji lanjut Duncan yang dilakukan pada variasi dosis bahan pendegradasi NaNO 2 menunjukkan bahwa viskositas Mooney lateks depolimerisasi pada dosis H 2 O 2 , NaNO 2 , dan asam askorbat sebesar 1,2,2 bsk dan 1,1,1 bsk tidak saling berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan lateks depolimerisasi pada dosis 1,3,3 bsk. Sedangkan pada dosis 1,1,1 bsk dan 1,3,3 bsk, uji lanjut menunjukkan bahwa keduanya tidak saling berbeda nyata. Untuk variasi dosis H 2 O 2 , viskositas Mooney lateks depolimerisasi dosis 1,1,1 bsk, 2,1,1 bsk, dan 3,1,1 bsk semuanya saling berbeda nyata. Uji lanjut Duncan yang dilakukan pada variasi waktu reaksi menunjukkan bahwa viskositas Mooney lateks depolimerisasi pada waktu reaksi 2, 4, 6, dan 8 jam semuanya saling berbeda nyata, baik pada variasi dosis NaNO 2 maupun pada variasi dosis H 2 O 2 .

b. Plastisitas Wallace Po

Pengukuran plastisitas dilakukan dengan Plastimeter Wallace, yaitu mengukur kemampuan karet untuk menahan pembebanan tetap selama waktu dan suhu tertentu. Plastisitas awal Po adalah plastisitas karet mentah yang langsung diuji tanpa perlakuan khusus sebelumnya. Perbedaan pengujiannya dengan viskositas Mooney adalah pada perlakuan terhadap sampel. Pengujian viskositas Mooney dilakukan dengan proses shearing gesekan yang mirip dengan proses pencampuran karet dan bahan-bahan lain dalam pembuatan kompon karet. Sedangkan pengujian Po hanya berdasarkan pampatan tekanan terhadap sampel karet. Histogram analisis plastisitas Wallace Po dapat dilihat pada Gambar 14. 10 20 30 40 50 60 70 N il a i P o 1,1,1 1,2,2 1,3,3 2,1,1 3,1,1 H2O2,NaNO2,as.askorbat bsk 2 jam 4 jam 6 jam 8 jam kontrol Gambar 14. Histogram Pengaruh Dosis Senyawa Pendegradasi dan Waktu Reaksi Terhadap Plastisitas Wallace Po Dari Gambar 14, dapat diketahui bahwa pada semua perlakuan depolimerisasi menggunakan senyawa H 2 O 2 , NaNO 2 , dan asam askorbat, didapatkan nilai pengujian Po berkisar antara 26 hingga 52. Sedangkan nilai Po untuk kontrol lateks pekat adalah 63. Hal ini menunjukkan bahwa bobot molekul yang dihasilkan juga akan mengalami penurunan. Secara umum, hasil pengujian Po menunjukkan perbandingan yang sama dengan pengujian viskositas Mooney, yaitu mengalami penurunan nilai jika dibandingkan dengan kontrol. Penurunan nilai Po terjadi pada semua perlakuan dosis senyawa pendegradasi dengan bertambahnya waktu reaksi. Nilai Po terendah didapat pada lateks depolimerisasi yang direaksikan selama 8 jam, yaitu pada dosis 1,1,1 bsk, 1,2,2 bsk, 1,3,3 bsk, 2,1,1 bsk, dan 3,1,1 bsk berturut-turut sebesar 30, 26, 34, 47, dan 45. 10 20 30 40 50 60 70 2 4 6 8 10 Waktu reaksi jam N il a i P o Dosis H2O2:NaNO2=1:1 Dosis H2O2:NaNO2=1:2 Dosis H2O2:NaNO2=1:3 Gambar 15. Grafik Penurunan Viskositas Wallace Pada Perlakuan Variasi Dosis NaNO 2 dan Waktu Reaksi 10 20 30 40 50 60 70 2 4 6 8 10 Waktu reaksi jam N il a i P o Dosis H2O2:NaNO2=1:1 Dosis H2O2:NaNO2=2:1 Dosis H2O2:NaNO2=3:1 Gambar 16. Grafik Penurunan Viskositas Wallace Pada Perlakuan Variasi Dosis H 2 O 2 dan Waktu Reaksi Pada Gambar 15 dan 16 , dapat dilihat bahwa pada variasi dosis NaNO 2 , penurunan nilai Po yang cukup signifikan terjadi pada lateks depolimerisasi dengan dosis H 2 O 2 , NaNO 2 , dan asam askorbat sebesar 1,2,2 bsk, yaitu berkisar antara 43 hingga 26. Sedangkan pada lateks depolimerisasi dengan dosis H 2 O 2 , NaNO 2 , dan asam askorbat sebesar 1,3,3 bsk, nilai Po-nya sedikit lebih besar yaitu berkisar antara 41 hingga 34. Pada lateks depolimerisasi dengan dosis H 2 O 2 , NaNO 2 , dan asam askorbat sebesar 1,1,1 bsk, nilai Po berkisar antara 46 hingga 30. Nilai Po yang masih cukup tinggi terjadi pada lateks depolimerisasi dengan dosis H 2 O 2 , NaNO 2 , dan asam askorbat sebesar 2,1,1 bsk, yaitu berkisar antara 52 hingga 47 serta pada dosis 3,1,1 bsk, yaitu berkisar antara 50,5 hingga 45. Analisis keragaman dilakukan dengan metode statistik dengan tingkat kepercayaan 95 dan α = 0,05, dimana analisis untuk dosis bahan pendegradasi dilakukan secara terpisah antara perlakuan dosis H 2 O 2 dan NaNO 2 . Dengan demikian, akan diketahui pengaruh dosis H 2 O 2 , dosis NaNO 2 , dan waktu reaksi terhadap plastisitas Po. Hasil analisis keragaman dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil analisis keragaman, diketahui bahwa perlakuan variasi dosis NaNO 2 , dosis H 2 O 2 , dan waktu reaksi memberikan pengaruh nyata terhadap plastistas Wallace Po. Uji lanjut Duncan yang dilakukan pada variasi dosis bahan pendegradasi NaNO 2 menunjukkan bahwa plastisitas Wallace Po lateks depolimerisasi pada dosis H 2 O 2 , NaNO 2 , dan asam askorbat sebesar 1,1,1 bsk dan 1,2,2 bsk tidak saling berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan lateks depolimerisasi pada dosis 1,3,3 bsk. Sedangkan untuk variasi dosis H 2 O 2 , plastisitas Wallace Po lateks depolimerisasi dosis 1,1,1 bsk, 2,1,1 bsk, dan 3,1,1 bsk semuanya saling berbeda nyata. Uji lanjut Duncan yang dilakukan pada variasi waktu reaksi menunjukkan bahwa plastisitas Wallace Po lateks depolimerisasi pada waktu reaksi 2, 4, 6, dan 8 jam semuanya saling berbeda nyata, baik pada variasi dosis NaNO 2 maupun pada variasi dosis H 2 O 2 .

c. Viskositas Intrinsik dan Bobot Molekul Relatif Rata-Rata Viskositas M