ASAM ASKORBAT SURFAKTAN Depolimerisasi Lateks Karet Alam Secara Kimia Menggunakan Senyawa Hidrogen Peroksida – Natrium Nitrit – Asam Askorbat

2.8. ASAM ASKORBAT

Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam, oleh karena itu penggunaan vitamin C sebagai antioksidan semakin sering dijumpai www.wikipedia.com. Gambar 6. Struktur Asam Askorbat

2.9. SURFAKTAN

Surfaktan surface active agent adalah suatu bahan yang dapat mengubah atau memodifikasi tegangan permukaan dan antar muka antara fluida yang tidak saling larut atau molekul yang mengadsorbsi molekul lain pada antar muka dua zat Particle Engineering Research, 2005. Dalam satu molekulnya, surfaktan memiliki dua gugus yang berbeda polaritasnya, yaitu gugus polar dan non polar. Gugus polar memperlihatkan afinitas daya ikat yang kuat dengan pelarut polar contohnya air, sehingga sering disebut gugus hidrofilik. Gugus non polar biasa disebut hidrofob atau lipofilik yang berasal dari bahasa Yunani phobos takut dan lipos lipid Salanger, 2002. Penambahan kaustik soda dan surfaktan dimaksudkan untuk menstabilkan lateks. Surfaktan yang ditambahkan akan melapisi partikel- partikel polimer yang terdispersi di dalam air. Surfaktan akan menjaga kestabilan lateks terutama terhadap gerakan mekanis yang timbul karena guncangan atau pengadukan Stevens, 2001. OH OH HO O O HO Berdasarkan sifat kimianya, surfaktan dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Surfaktan Anionik Surfaktan anionik adalah molekul yang bermuatan negatif pada bagian hidrofiliknya atau aktif permukaannya surface-active. Sifat hidrofiliknya disebabkan karena keberadaan gugus sulfat atau sulfonat. Salah satu contoh surfaktan anionik adalah emal. Emal mempunyai kestabilan yang tinggi pada emulsi polimerisasi, tidak berwarna, larut dalam air panas, stabil dalam larutan asam, alkali, dan air sadah. Gugus fungsi utama yang terdapat dalam emal adalah CH 3 CH 2 11 OSO 3 Na. emal yang dilarutkan akan mengion membentuk turunan anionnya yaitu ion alkil sulfat CH 3 CH 2 11 OSO 3 Huntsman, 2000. 2. Surfaktan Kationik Surfaktan kationik yang dilarutkan akan mengion membentuk turunan kationnya. Kation yang berhubungan dengan lateks adalah ion ammonium yang satu atom hidrogennya telah digantikan oleh senyawa organik halida atau asetat. Contoh surfaktan kationik adalah Lissolamine A, Vantoc A, Fixano C, dan Aerosol M. 3. Surfaktan Nonionik Surfaktan nonionik adalah surfaktan yang tidak mengandung gugus fungsional bermuatan baik positif maupun negatif dan tidak mengalami ionisasi di dalam larutan. Menurut Salanger 2002, surfaktan nonionik mempunyai kelebihan dibandingkan surfaktan anionik dan kationik yaitu tidak dipengaruhi oleh kesadahan dan perubahan pH, sehingga sangat kompatibel bila dikombinasikan dengan tipe surfaktan lainnya. Karakter lain dari surfaktan nonionik adalah tidak sensitif terhadap cairan elektrolit, pH, surfaktan ionik, dan dapat digunakan pada salinitas tinggi serta pada air sadah. Salah satu jenis surfaktan nonionik adalah emulgen. Nama lain emulgen adalah Polyethylen Lauryl Ether dengan rumus molekul C 12 H 25 OCH 2 CH 2 46 OH. Emulgen berbentuk padatan lilin putih white waxy solid . Sifat emulgen yaitu larut dalam air, etanol, toluen, dapat dicampur dengan bahan panas, minyak alami dan sintetik, lemak alkohol dan lemak, tetapi tidak larut dengan minyak mineral dan minyak sayur www.mpfinechemical.com.

2.10. VISKOSITAS INTRINSIK DAN PENENTUAN BOBOT MOLEKUL