Radiasi Surya Pada Tajuk Tanaman

mempengaruhi tanaman dalam tiga hal yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, laju transpirasi, dan titik kritis pertumbuhan Makarim 2009. Radiasi surya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tanaman terbakar. Sitompul 2002 menyatakan tanaman menyerap radiasi surya melalui organ daun yang memiliki krolofil dalam bentuk foton, sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis dan hasil fotosintesis menjadi bahan utama untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Selain itu Makarim 2009 melaporkan bahwa peningkatan radiasi surya mampu mempercepat pembungaan dan pembuahan tanaman, namun didukung juga oleh faktor lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti ketersediaan unsur hara dan air di dalam tanah. Radiasi surya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan organ vegetatif tanaman, seperti batang, cabang, dan daun, serta organ generatif seperti bunga dan umbi Pereira dan Shock 2006. Bagian vegetatif dan generatif ini merupakan hasil dari proses asimilasi dengan menggunakan radiasi surya Rubatzky dan Yamaguchi 1995. Menurut Kovatch 2003, penyinaran surya yang kurang, seperti iklim setempat, mendung, atau terhalang naungan akan menyebabkan asimilasi tidak berjalan sempurna. Hal tersebut mengakibatkan tanaman akan tumbuh memanjang, kurus, dan pucat sehingga tidak mampu membentuk umbi. Lama penyinaran juga berpengaruh terhadap waktu dan saat umbi terbentuk serta masa perkembangan umbi, sehingga lama penyinaran yang diperlukan oleh tanaman untuk kegiatan fotosintesis adalah 9-10 jamhari Samadi 2007. Ketersediaan radiasi surya menentukan batas maksimal hasil tanaman karena radiasi yang terintersepsi menyediakan energi untuk proses fotosintesis Sitompul 2002. Palaniappan 1985 dalam Syarif 2005, mengemukakan bahwa laju pertumbuhan tanaman yang ditanam secara tumpang sari akan proporsional dengan PAR Photosynthetically Active Radiation yang diterima jika faktor lain tidak menjadi pembatas dan tanaman dalam pertumbuhan vegetatif. Tingkat komponen tumpangsari tersebut tergantung pada jumlah radiasi yang diterima. Selain intensitas radiasi surya, kuantitas dari radiasi surya yang dapat diserap atau terintersepsi oleh tanaman juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kentang seperti pengaruh dari kerapatan dari tanaman maupun naungan Winch 2006. Kerapatan tanaman akan berpengaruh terhadap kompetisi antar tanaman dalam pencarian nutrisi di dalam tanah oleh akar, namun dalam hal intersepsi radiasi surya oleh daun lebih efisien, sehingga dalam pola penanaman perlu diperhatikan jarak antar tanaman BPTP 2002. Syarif 2005 mengemukakan penampilan fisiologi daun tanaman kentang terlihat memucat karena naungan yang relatif rapat pada tanaman kentang yang ditanam secara tumpang sari dengan jagung, ditunjukkan dengan persentase radiasi surya yang sampai ke tajuk tanaman kentang relatif rendah. Selain itu Syarif 2005 juga mengungkapkan bahwa secara umum naungan dapat meningkatkan jumlah klorofil, akan tetapi hasil temuan terakhir memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah klorofil ada berhubungan dengan sifat toleransi tanaman terhadap naungan, sehimgga hal tersebut dapat mengakibatkan hasil umbi yang tidak proporsional atau dapat menurunkan produktivitas kentang .

2.5.2 Radiasi Surya Pada Tajuk Tanaman

Radiasi surya yang sampai di permukaan bumi diserap tanaman melalui tajuk tanaman Sitompul 2002. Makarim 2009 menyatakan bahwa peran daun sebagai medium untuk fotosintesis, respirasi dan transpirasi menyebabkan interaksi dengan lingkungan atmosfer menjadi sangat penting. Besaran yang menggambarkan jumlah radiasi surya yang mampu diserap tanaman adalah indeks luas daun Mondani et al. 2011. Indeks luas daun ILD menggambarkan rasio luas total permukaan daun terhadap luas proyeksi permukaan lahan yang ternaungi dan berhubungan dengan laju proses fotosintesis, transpirasi, biomassa kering dan basah , serta stadia pertumbuhan Herrmann et al. 2010. Semakin tinggi ILD bersatuan luas lahan akan meningkatkan penyerapan radiasi oleh tanaman, sehingga proses fotosintesis akan maksimal yang menyebabkan produksi potensial meningkat Muyan 2010. Dalam kaitan dengan penyerapan radiasi surya oleh tanaman maka bentuk daun planophyl dan erektophyl menjadi penting, bentuk daun erat kaitannya dengan varietas Syarif 2005. Varietas tanaman akan memiliki keragaman sifat seperti umur, bentuk tajuk dan akar, serta kepekaan atau ketahanan terhadap kekurangan atau kelebihan air, hara, radiasi, suhu, hama dan penyakit tertentu Makarim 2009. Selain bentuk daun pengaturan jarak tanaman akan memungkinkan penyerapan radiasi oleh tajuk tanaman lebih efisien Jumin 2002. Intensitas radiasi surya yang masuk ke dalam tajuk tanaman semakin berkurang setelah melalui beberapa lapisan daun Sitompul 2002. Distribusi radiasi dalam suatu tajuk atau suatu komunitas tanaman mengikuti Hukum Beer, yang dapat digunakan untuk menghitung radiasi surya yang terintersepsi tajuk tersebut dengan persamaan Handoko 1994 : Q int = Q o 1 – τ.......................... 1 dengan, τ = e -k. LAI .......................................2 Keterangan: Q int = Radiasi intersepsi MJ.m -2 .hari -1 atau intensitas radiasi pada suatu ketinggian dalam tajuk. LAI = Indeks luas daun kumulatif dari puncak tanaman sampai ketinggian tertentu di atas tanah. Q o = Radiasi di atas tajuk tanaman MJ.m - 2 .hari -1 . τ = Proporsi radiasi surya yang ditransmisikan oleh tajuk tanaman. k = Koefisien pemadaman. koefisien pemadaman radiasi surya tertinggi ditunjukkan pada tanaman pada perlakuan populasi tinggi diikuti dengan indeks luas daun yang tinggi Muyan 2010. Ketika tanaman berada pada fase vegetatif, hasil fotosintesis lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan vegetatif terutama untuk pertumbuhan daun, sehingga dengan pertumbuhan daun pada populasi tinggi lebih memanfaatkan ruang pada proses intersepsi radiasi surya untuk fotosintesis, dan radiasi yang terintersepsi lebih banyak daripada lolos ke permukaan tanah Jumin 2002. Indeks luas daun tanaman meningkat sampai mencapai maksimum pada akhir pertumbuhan vegetatif, kemudian menurun terus sampai tanaman mencapi umur untuk pemanenan Qodarsih 2011. Menurut Baharsjah dan Bey 1991, indeks luas daun dapat digunakan sebagai pedoman teknik budi daya dengan memperhatikan berbagai faktor seperti faktor musim, karena LAI optimum berubah-ubah secara harian maupun musiman, sehingga tidak dapat menggunakan tingkat kerapatan dan populasi tanaman yang sama untuk waktu yang berbeda.

2.5.3 Suhu Tanah