Senyawa hidrokarbon minyak bumi berdasarkan kerentanannya agar dapat didegradasi secara biologis dapat diklasifikasikan seperti dalam Tabel 5.
Tabel 2. Klasifikasi senyawa hidrokarbon
Kerentanan Hidrokarbon
Sangat rentan Kerentanan tinggi
Agak rentan Sangat resisten
Resisten tinggi n dan iso-alkana
1-,2-,5- dan 6- cincin sikloalkana, 1- cincin aromatik, dan senyawa aromatik
bersulfur
3- dan 4- cincin sikloalkana, 2- dan 3- cincin aromatik
Tetra aromatik, stearin, triterpen dan senyawa aromatik yang mengandung
napten
Penta aromatik, aspal dan resin Sumber: Blackburn dan Hafker 1993
2.4. Slurry Bioreaktor
Bioreaktor merupakan perlakuan biodegradasi dalam bejana container atau reaktor; digunakan untuk perlakuan terhadap cairan atau bubur slurry Bacher
dan Herson, 1994 dalam Citroreksoko, 1996. Teknik bioremediasi dengan menggunakan bioreaktor merupakan pengembangan bioremediasi secara ex situ.
Slurry bioreaktor tidak hanya digunakan untuk mendegradasi limbah berbentuk fase cairan dan slurry namun juga limbah padattanah. Menurut Banerji
1996 fase slurry dapat diperoleh dari limbah padattanah yang dicampurkan air sehingga slurry memiliki tingkat kepadatan 10-40. Slurry ini kemudian
disimpan dalam bioreaktor. Dalam bioreaktor slurry akan diberikan nutrisi dalam kondisi lingkungan yang terkontrol agar mikroorganisme dapat melakukan proses
degradasi dengan baik. Selain penambahan nutrisi, ke dalam reaktor diberikan suplai gas atau oksigen untuk menjaga agar kondisi aerobik pada bioreaktor tetap
terjaga. Selain itu juga dilakukan pengadukan secara mekanik atau pneumatik. Keuntungan proses bioremediasi dengan menggunakan slurry bioreaktor adalah
mempercepat proses transfer massa antara fase padat dan cair; kontrol lingkungan seperti nutrisi, pH, dan suhu dapat berlangsung dengan baik; mudah dalam
memelihara tingkat penerimaan elektron dalam reaktor; dan berpotensial dalam mencegah kontaminasi oleh mikroorganisme pengganggu Banerji, 1996.
Bioslurry merupakan proses yang potensial untuk perlakuan tanah yang sulit didegradasi, khususnya kontaminan dengan kandungan heavy oil, PAHs, pestisida
dan khloropenol yang tinggi. Pencampuran yang seksama dalam fase slurry akan berpotensi untuk berhasil. Perlakuan dengan bioslurry membutuhkan
pencampuran yang seksama dan agitasi. Agitasi tidak hanya untuk menghomogenkan slurry tapi juga meningkatkan pemecahan partikel padat,
desorption penyerapan limbah dari partikel padat, kontak antara limbah organik dan mikroorganisme, oksigenasi slurry dengan aerasi, dan penguapan bahan
kontaminan LaGrega et al., 2001. Beberapa hasil penelitian bioremediasi dengan teknik bioslurry dapat dilihat
pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3 Beberapa hasil penelitian bioremediasi dengan teknik bioslurry
Jenis Limbah
Lama proses biodegradasi
Bakteri yang digunakan
Hasil Skala
penelitian Referensi
Bahan peledak
53 hari -
99 400 galon
Craig et
al., 1995 TPH
45 hari Pengayaan kultur
mikroba 70
120 ml volume
kerja 45 ml Yerushal
mi et al., 2003
PAH 14 hari
- 96
Skala pilot US EPA,
2003 PAH
4 hari a Triton N-101
surfactant solution
30 -
Brown et al., 1999
Minyak Diesel
4 hari Pseudomonas
pseudomallei dan Enterobacter
agglomerans 85
Skala lab Eris, 2006
Minyak Diesel
20 hari Pseudomonas
pseudomallei dan Enterobacter
agglomerans 91
Skala 16 liter volume
kerja 8 liter Eris, 2006
….lanjutan Tabel 3 PAH
Phenanthr ene
7 hari Sphingomonas sp. 99,4 250 ml
volume kerja 100 ml
Chen et
al., 2008 Weathered
oily sludge waste
15 hari Genera Bacillus,
Pseudomonas dan Serratia
30 500 ml
Machin Ramirez
et al., 2008
2.5. Mikroorganisme Pendegradasi Hidrokarbon