Tabel 8  Hasil Analisis kandungan Poly Aromatik Hidrokarbon PAH pada sampel
No.  Polynuclear Aromatic Hydrocarbons mg Kg
1. Naphthalene
372 2.
Acenaphthalene 0.5
3. Acenaphthene
228 4.
Fluorene 204
5. Phenanthrene
1240 6.
Anthracene 225
7. Fluoranthrene
91 8.
Pyrene 1080
9. Benzaanthracene
291 10.  Chrysene
463 11.  Benzob  k fluoranthene
75 12.  Benzoapyrene
242 13.  Indeno1,2,3-cdpyrene
18 14.  Dibenza,hacridine
0.5 15.  Benzog,h,iperylene
164 Method reference : USEPA 8270C
4.2. Persiapan starter bakteri yang digunakan
Sebelum digunakan dalam proses biodegradasi HOW,  dilakukan persiapan starter bakteri  yaitu penyegaran isolat, kultivasi dan adaptasi.  Gambar  7
menunjukkan hasil penyegaran bakteri Salipiger sp. MY7 dan Bacillus Altitudinis MY12  yang siap di propagasi pada media nutrient agar dan penambahan garam
mineral dari media air laut.
Gambar 7 Penyegaran isolat bakteri Salipiger  sp. MY7 dan Bacillus altitudinis MY12.
Pada Gambar 8 bakteri di berikan HOW sebagai fase adaptasi dalam melakukan proses biodegradasi tanah yang tercemar HOW. Masa adaptasi  dilakukan pada
media minimum dan media kaya selama 7 hari dan penumbuhan bakteri pada media minimal dilakukan sebanyak 3 kali hingga siap diaplikasikan pada tanah
tercemar.  Dengan metode TPC diperoleh  jumlah bakteri yang tumbuh berkisar antara 2,1x10
7
– 5x10
8
CFUml.
Gambar  8  Propagasi dan adaptasi bakteri  Salipiger  sp.  MY7 dan Bacillus altitudinis  MY12.  a. Propagasi bakteri, b. Adaptasi dengan
penambahan HOW, c. Adaptasi setelah 7 hari
Isolat  bakteri Salipiger sp. MY7 dan Bacillus altitudinis MY12 mengalami fase pertumbuhan yang cepat hingga hari ke 7 kemudian pertumbuhan mulai
perlahan hingga hari  ke 14. Setelah itu pertumbuhan mikroba mengalami penurunan secara perlahan hingga hari ke 21.  Menurut Charlena 2010 bakteri
Salipiger  sp.  MY7 dan Bacillus altitudinis MY12  mulai mengalami penurunan jumlah sel pada hari ke 21 dan 28. Penurunan jumlah sel ini disebabkan oleh
a b
c
jumlah nutrisi yang tidak lagi mencukupi bagi pertumbuhan mikroba dan telah melewati  fase stasioner menuju fase kematiannya. Adapun grafik pertumbuhan
isolat  Salipiger  sp.  MY7 dan Bacillus altitudinis MY12    dapat dilihat pada Gambar 9.
2 4
6 8
10
7 14
21
W a ktu ha ri lo
g T
P C
c fu
m l
L og TP C  c fuml S alipiger s p. MY 7
log TP C  c fuml B ac illus  altitudinis
MY 12
4.3. Penelitian Skala Laboratorium
Penelitian skala laboratorium dilakukan selama 14 hari. Penelitian biodegradasi HOW dengan menggunakan starter campuran Salipiger sp. MY7 dan
Bacillus  altitudinis  MY12  pada skala lab 500ml volume kerja 200ml dengan perlakuan  kombinasi persen padatan dan cemaran  Tabel  6  dalam metoda.
Pengamatan yang dilakukan adalah TPH,  TPC, suhu, dan pH. Pemilihan waktu 14 hari didasarkan kepada penelitian Charlena 2010 yang
melakukan penelitian bioremediasi heavy oil waste HOW dengan menggunakan bakteri  Salipiger  sp.  MY7  dan  Bacillus altutidinis  MY12,  dimana  didapatkan
waktu terbaik dalam proses bioremediasi HOW adalah 14 hari. Gambar 9 Grafik pertumbuhan isolat Salipiger  sp. MY7 dan Bacillus
altitudinis MY12
4.3.1. Pengaruh Tingkat Cemaran dalam Tanah dan Persen Padatan terhadap Degradasi Hidrokarbon
Tingkat degradasi Total  Petroleum Hidrokarbon  TPH  merupakan salah satu parameter dalam menentukan keberhasilan proses bioremediasi limbah
hidrokarbon  minyak bumi beserta turunannya dalam hal ini heavy oil waste HOW.
Pengujian data pengamatan degradasi TPH skala laboratorium dengan rancangan Respon Permukaan memberikan persamaan 1. sebagai berikut :
Y
1
= 26,537 – 15,817X
1
+ 3,246X
2
– 0,112X
1 2
– 4,761X
2 2
– 8,452X
1
X
2
R
2
Keterangan : Y
= 55,3
1
= Respon terhadap degradasi TPH X
1
= Pesen Padatan X
2
1
degr adasi
25
X2
50
- 1 - 1
1
X1
Surface Plot of   degradasi vs X2 , X1
= Tingkat Cemaran dalam tanah
Gambar 10  Permukaan respon degradasi TPH
Dari persamaan di atas terlihat belum tercapai titik optimum bagi degradasi HOW  dengan teknik bioslurry. Hal ini diduga karena proses biodegrdasi
memerlukan waktu yang lebih lama, komposisi nutrisi dan perbandingan CNP