Heavy Oil TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Heavy Oil

Minyak bumi merupakan suatu senyawa organik yang berasal dari sisa sisa organisme tumbuhan dan hewan yang tertimbun selama berjuta-juta tahun. Umumnya minyak bumi berupa cairan dan gas yang tepat disebut sebagai minyak mentah dan gas alam. Pada tingkatan yang lebih rendah, minyak bumi berwujud endapan pada ter, pasir dan serpihan Fitriana, 1999. Beberapa komponen yang menyusun minyak bumi diketahui bersifat racun terhadap mahluk hidup, tergantung dari struktur dan berat molekulnya. Komponen hidrokarbon jenuh yang mempunyai titik didih rendah diketahui dapat menyebabkan anastesi dan narkosis pada berbagai hewan tingkat rendah, dan bila terdapat pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian Fitriana, 1999. Minyak bumi dan produknya sangat kompleks karena terdiri dari campuran bermacam-macam senyawa yang terdiri dari ribuan senyawa tunggal sehingga menyebabkan sifat fisiknya berbeda-beda. Minyak bumi terdiri dari senyawa hidrokarbon sekitar 50 - 98 dari total komposisinya dan senyawa non hidrokarbon yaitu sulfur, nitrogen, oksigen dan berbagai macam logam berat dalam berbagai susunan kombinasi. Senyawa hidrokarbon minyak bumi merupakan campuran dari senyawa hidrokarbon cair, gas yang terlarut, dan hidrokarbon padat. Senyawa ini tersusun dari beberapa golongan yaitu senyawa alkana parafinik, sikloalkana naftenik, aromatik, dan olifinik sebesar 19 dan sisanya resins sebesar 2 Meyer dan Colwell, 1990. 2.2. Bioremediasi Istilah bioremediasi digunakan untuk menggambarkan pemanfaatan mikroorganisme perombak polutan untuk membersihkan lingkungan tercemar. Kemampuan perombakan tersebut berkaitan dengan kehadiran plasmid microbial yang mengandung gen-gen penyandi berbagai enzim perombak polutan Sudrajat, 1996. Menurut Citroreksoko 1996, proses bioremediasi didasari bahan organik di biosfer yang dilakukan oleh bakteri dan jamur heterotropik. Mikroorganisme ini memiliki kemampuan memanfaatkan senyawa organik alami misalnya hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber karbon dan energi. Proses dekomposisi yang terjadi menghasilkan karbon dioksida, metan,air, biomassa mikroba dan hasil sampingan yang lebih sederhana dibanding dengan senyawa awalnya. Bioremediasi dipilih sebagai teknologi remediasi unggulan karena teknologi ini mempunyai beberapa keuntungan dan dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran lingkungan secara murah dan tuntas Gunalan,1996. Wisnjnuprapto 1996 menjelaskan bahwa dua keuntungan utama teknologi bioremediasi adalah biaya investasi yang rendah dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas di lapangan. Namun dalam memilih teknologi bioremediasi tetaplah harus dipertimbangkan faktor kerugiannya. Tabel 1 menampilkan keuntungan dan kerugian aplikasi bioremediasi. Tabel 1 Keuntungan dan kerugian bioremediasi Keuntungan Kerugian ♦Dapat dilaksanakan di lokasi ♦Penyisihan buangannya permanen ♦Sistem biologi adalah sistem yang murah ♦Masyarakat dapat menerima dengan baik ♦ Menghapus resiko jangka panjang ♦ Perusakan lokasi minimum ♦ Menghapus biaya transportasi dan kendalanya ♦Dapat digabung dengan teknik pengolahan lain ♦Tidak semua bahan kimia dapat diolah secara bioremediasi ♦Membutuhkan pemantauan yang ekstensif ♦Membutuhkan lokasi tertentu ♦ Pengotornya bersifat toksik ♦ Padat ilmiah ♦Berpotensi menghasilkan produk yang tidak dikenal ♦ Persepsi sebagai teknologi yang belum teruji Sumber: Wisnjnuprapto 1996 Bioremediasi dapat berlangsung secara alamiah dalam beberapa kasus pencemaran lingkungan, hal ini disebabkan karena mikroorganisme pada lingkungan yang tercemar tersebut telah beradaptasi untuk mendegradasi polutan. Adaptasi ini ditandai dengan peningkatan laju biodegradasi polutan oleh mikroorganisme, tetapi laju bioremediasi alamiah ini tidak cukup untuk melindungi lingkungan dari tingkat pencemaran yang lebih serius, oleh karena itu diperlukan proses bioremediasi yang melibatkan peran serta manusia dan kemajuan teknologi terutama bidang bioteknologi Bollag dan Bollag, 1992. Berdasarkan konsep pengembangan perancangan bioremediasi dapat dilakukan secara in situ, ex situ ataupun kombinasinya. Bioremediasi in situ disebut juga dengan intrinsic bioremediation atau natural attenuatio, pada prinsipnya adalah suatu proses bioremediasi yang hanya mengandalkan kemampuan mikroorganisme indigenous yang telah ada di lingkungan tercemar limbah untuk mendegradasinya. Bioremediasi ex situ disebut juga dengan aboveground treatment merupakan proses bioremediasi yang dilakukan dengan cara memindahkan kontaminan ke suatu tempat untuk memberikan beberapa perlakuan. Pemilihan konsep perancangan bioremediasi ditentukan oleh lokasi kontaminan, kondisi hidrogeologi setempat dan kendala-kendala lokasi. Terdapat dua metode untuk meningkatkan kecepatan biodegradasi dalam bioremediasi yaitu dengan menambahkan nutrien untuk menstimulasi mikroorganisme indigenous biostimulasi dan penambahan mikroorganisme eksogenous bioaugmentasi Walter, 1997. Walaupun mikroorganisme indigenous tersebar luas di alam, bioaugmentasi tetap dipertimbangkan sebagai strategi potensial dalam proses bioremediasi. Alasan rasional penambahan mikroorganisme eksogenous ialah populasi mikroorganisme indigenous tidak mampu mendegradasi substrat potensial yang terdapat dalam campuran komplek seperti hidrokarbon. Bioaugmentasi dilakukan dengan panambahan mikroorganisme yang telah diketahui dapat mendegradasi kontaminan. Bacher dan Herson 1994 dalam Citroreksoko 1996 serta Boopathy 2000 menggolongkan perlakuan teknologi bioremediasi menjadi: a. Bioaugmentasi Merupakan perlakuan penambahan bakteri terhadap medium yang terkontaminasi, sering digunakan dalam bioreaktor dan sistem ex situ b. Biofilter Merupakan perlakuan penggunaan kolom berjalur mikrobial untuk perlakuan terhadap emisi udara c. Biostimulasi Merupakan perlakuan stimulasi populasi mikroba asli dalam tanah danatau air tanah; dilakukan secara in situ atau ex situ d. Bioreaktor Merupakan perlakuan biodegradasi dalam bejana container atau reaktor; digunakan untuk perlakuan terhadap cairan atau bubur slurry e. Bioventing Merupakan perlakuan tanah terkontaminasi oleh oksigen terhisap melalui tanah untuk menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas mikroba f. Pengomposan Merupakan perlakuan termofilik, aerobik, dimana bahan terkontaminasi dicampur dengan pereaksi yang jumlahnya besar. g. Landfarming Merupakan sistem perlakuan fase padat untuk tanah terkontaminasi, dilakukan secara in situ atau dalam suatu ruang terkonstruksi dalam tanah.

2.3. Biodegradasi Minyak Bumi Heavy Oil