Limbah Bagase Ampas Tebu

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limbah Bagase Ampas Tebu

Indonesia sebagai negara agraris mempunyai potensi limbah biomassa padat dari sektor pertanian dan peternakan yang sangat melimpah. Limbah biomassa pertanian merupakan limbah yang kaya dengan lignoselulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak. Di samping itu limbah biomassa pertanian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan energi terbarukan seperti biogas. Salah satunya adalah limbah bagase ampas tebu yang merupakan limbah dari pabrik gula. Limbah pabrik gula terdiri atas dua macam, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat adalah blotong dan bagase atau ampas tebu 35. Sedangkan limbah cair berasal dari tetes dan air bekas cucian Mubyarto dan Daryanti, 1991. Limbah padat terdiri atas bahan organik akan mengalami penguraian secara alamiah akibat kerja mikroorganisme. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam air atau menyebabkan anaerob. Bagase terdiri dari sisa batang tebu yang telah diperas niranya. Komponen utama bagase antara lain serat kasar, air dan sejumlah kecil padatan terlarut. Komposisi kimia tebu sangat variatif, terutama dipengaruhi oleh varietas, tingkat kematangan dan cara pemanenan. Pemanfaatan bagase selama ini hanya terbatas sebagai bahan bakar, campuran pakan ternak , pupuk dan pulp. Bagase yang kaya akan selulosa mempunyai potensi yang cukup baik sebagai medium fermentasi yang dapat menghasilkan biogas. Komposisi kimia bagase ampas tebu disajikan dalam Tabel 1. Pada limbah pertanian seperti bagase, terutama pada dinding selnya mengandung hemiselulosa, selulosa dan lignin. Selulosa merupakan sumberdaya yang terdapat paling banyak di bumi ini, diperkirakan sebanyak sepertiga sampai separuh dari semua vegetasi. Kebanyakan selulosa tidak digunakan dan mengalami penguraian alami atau secepatnya dibuang sebagai limbah. Struktur proses dari jaringan serat penyusunan bagase sangat baik digunakan sebagai medium fermentasi untuk menghasilkan protein sel tunggal dan enzim selulosa. Sekalipun estimasi untuk produksi limbah padat dari sumber yang bermacam-macam sangat luas, hal ini dapat digunakan untuk memperkirakan potensi energi dari sumber limbah yang beraneka ragam Harahap, 1980. 7 Tabel 1. Komposisi kimia bagase tebu Harjo et al, 1989 No. Komponen Berat Kering 1 Protein 3,1 2 Lemak 1,5 3 Serat Kasar 34,9 4 Ekstrak Bebas Nitrogen 51,7 5 Abu 8,8 Bahan baku dalam bentuk selulosa mudah dicerna oleh bakteri anaerob, tetapi bila banyak mengandung zat kayu lignin pencernaan menjadi sukar. Tebu dan jerami merupakan contoh bahan yang banyak mengandung zat kayu. Bahan yang sukar dicerna ini akan terapung pada permukaan cairan dan membentuk lapisan kerak scum, sedangkan bahan yang sudah dicerna akan turun ke dasar reaktor tangki pencernaan. Lapisan kerak yang terbentuk di atas permukaan tersebut akan menghambat laju produksi biogas Harahap, 1980. Lignin merupakan bahan yang sulit didegradasi, demikian juga bahan yang terikat selulosa yang berikatan dengan lignin, sehingga tingginya lignin dalam campuran akan mempengaruhi proporsi bahan yang bisa dimanfaatkan untuk produksi biogas; yang nantinya akan mengurangi produksi biogas yang dihasilkan Noegroho, 1980. Sumber limbah selulosa yang banyak dijumpai di Indonesia adalah jerami padi dan bagase. Melalui biokonservasi diharapkan pemanfaatan limbah berselulosa mempunyai prospek yang sangat cerah untuk dikembangkan sebagai diversifikasi energi dalam menghadapi krisis energi di masa datang. Beberapa macam limbah selulosa, hemiselulosa dan ligninnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Berbagai limbah dengan kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin Harjo et al, 1989 No. Macam Limbah Selulosa Hemiselulosa Lignin 1 Serat Kapas 90 - - 2 Batang Kayu Keras 40 – 50 20 – 40 18 – 25 3 Batang Kayu Lunak 45 – 50 25 – 35 25 – 35 4 Bagase 25 – 40 25 – 50 13 – 30 5 Jerami Gandum 40 29,2 19,8

2.2. Limbah Nenas