Bambu Andong Gigantochloa pseudoarundinacea Bambu Betung Dendracalamus asper

waktu setahun. Sedang tahun-tahun berikutnya merupakan proses penuaan dan pada akhir tahun ketiga batang bambu tersebut sudah dapat ditebang. Sedangkan pada akhir tahun kedua sudah banyak buluh yang ditebang untuk kebutuhan barang kerajinan anyaman. Oleh karena itu pembudidayaan bambu sebenarnya merupakan usaha yang cepat menghasilkan, karena dalam waktu 4 tahun sudah dapat melakukan pemanenan yang pertama Widjaja et al. 1994. Negara-negara yang memperdagangkan bambu adalah Philipina, Malaysia, Indonesia, Bangladesh, Sri Lanka, Thailand, India, China, Taiwan, Hongkong, dan beberapa neagara Afrika. Bambu yang diperdagangkan adalah bambu yang dibudidayakan oleh masyarakat. Jarang sekali yang diambil dari hutan alami. Perkiraan jumlah total rumpun bambu dari perkebunan di Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesi Selatan adalah 33-146 juta Tim ELSPPAT 1997. Beberapa kelebihan bambu yaitu kekuatannya yang tinggi dan dapat ditebang pada umur 3-5 tahun dengan kualitas yang bagus, mudah ditanam, tidak membutuhkan perawatan yang khusus serta mudah ditemukan di sekitar pedesaan. Hal ini yang semakin memperkuat bambu sebagai pengganti kayu yang baik dalam penggunaannya sebagai bahan baku konstruksi dan furniture. Bambu yang dapat dipanen dalam kurun waktu antara 2-5 tahun dapat menggantikan sebagian manfaat kayu yang baru dapat ditebang pada umur antara 6-80 tahun. Selain itu, bambu juga digunakan untuk mebel, kerajinan tangan, bahan dalam industri kertas, alat musik, senjata, obat-obatan, landscaping taman, bahan makanan, dan batangnya dapat dijadikan arang Tim ELSPPAT 1997. Menurut Dransfield dan Widjaja 1995 bermanfaat sebagai bahan pembuatan perkakas rumah tangga, dinding rumah dan anyaman. Purwito 2008 mengemukakan ada beberapa kelemahan bambu seperti, rentan terhadap serangan hama perusak kayu rayap, bubuk, dan jamur sehingga umur pakainya pendek, rentan terhadap api, panjang dan ukurannya tidak seragam, sulit peyambungannya pada kontstruksi, dan lain-lain.

2.1.1 Bambu Andong Gigantochloa pseudoarundinacea

Bambu andong memiliki nama lokal lain, yaitu bambu gombong Sunda. Bambu ini tersebar di seluruh pulau jawa, tumbuh di dataran rendah mencapai ketinggian 1500 m dpl dan tumbuh baik di daerah tropis yang lembab. Rumpunnya yang hijau dengan garis-garis kuning yang tertutup bulu cokelat sampai hitam, dan buluhnya lurus tinggi mencapai 7-30 m. Percabangan bambu andong terletak jauh di atas permukaan tanah, satu cabang lateral lebih besar daripada cabang lainnya, dan ujungnya melengkung. Buluh mudanya tertutup bulu cokelat, dan ketika tua gundul dan buluh menjadi hijau dengan garis kuning, ruas panjangnya 40-45 cm kadang mencapai 60 cm, berdiameter 5-13 cm, tebal dinding mencapai 20 mm. Biasanya bambu andong banyak digunakan untuk bahan bangunan, pipa air, dan alat musik tradisional. Perusahaann bambu telah menggunakannya sebagai bahan baku sumpit Widjaja 2001.

2.1.2 Bambu Betung Dendracalamus asper

Bambu betung mempunyai rumpun yang sedikit rapat. Tinggi buluhnya sampai 20 m dan berdiamerter sampai 20 cm. Buku-bukunya sering mempunyai akar-akar pendek yang menggerombol. Panjang ruas 40-60 cm, dinding buluhnya cukup tebal sekitar 1-1,5 cm. Cabang-cabang yang bercabang lagi hanya terdapat di buku-buku bagian atas. Cabang primer lebih besar dari cabang-cabang lain, dan sering dominan. Bambu ini dapat dijumpai dan tumbuh baik di tempat-tempat mulai dari dataran rendah sampai daerah ketinggian 2000 m dpl. Jenis ini akan tumbuh dengan baik bila tanahnya cukup subur, terutama di daerah yang beriklim tidak terlalu kering. Selain untuk bahan bangunan, buluhnya sering dipakai untuk tempat mengambil air, saluran air di desa-desa, penampungan air aren yang disadap, dan untuk pipa penyulingan air aren menjadi saguer atau sopi. Selain itu, buluhnya juga dipakai untuk membuat dinding rumah yang dianyam atau dibelah. Baik juga untuk bahan anyaman misalnya keranjang, dan tempat makanan atau tempat beras seperti yang terdapat di Sumatra Sastrapradja et al. 1980. Bambu betung mempunyai sifat fisik dan mekanik yang lebih baik daripada jenis bambu lainnya sehingga potensial untuk dikembangkan menjadi komponen struktural maupun sebagai bahan bangunan Surjokusumo dan Nugroho 1994.

2.2 Pemanasan Bambu dengan Limbah Minyak Goreng