ditemukan pada perlakuan 2.5 mgl GA
3
sedangkan variasi embrio somatik dengan tipe roset banyak dijumpai pada perlakuan 3 mgl GA
3
. Hal yang sama juga diperoleh dari hasil perkecambahan biji jeruk yang menghasilkan tunas lebih
dari satu karena sifat poli embrioni yang dimilikinya. Hal ini membuktikan bahwa embrio somatik yang berasal dari sel-sel nuselus juga memilki sifat yang sama
seperti embrio yang yang tumbuh dari biji jeruk. Gambar 10 memperlihatkan perbandingan berbagai tipe perkecambahan embrio somatik dan embrio zigotik .
Gambar 10A merupakan perkecambahan dengan menggunakan biji pada media kultur tanpa pemberian GA
3
jika dibandingkan dengan Gambar 10C dan 10D terlihat bahwa melalui ES yang berkembang dari jaringan non zigotik juga
memiliki kemampuan yang sama dalam berkecambah dimana rata-rata tunas yang dihasilkan lebih dari satu.
5. Multiplikasi Tunas Embrio Somatik.
Multiplikasi tunas pada embrio somatik tanaman jeruk secara khusus bertujuan untuk memgoptimalkan jumlah tunas yang tumbuh dengan cara
memanfaatkan sifat poli embrioni. Hasil multiplikasi pada teknik kultur jaringan dioptimalkan dengan cara memodifikasi media tumbuh seperti manambahkan
vitamin Park et al. 2000 thiamin, pyridoxin Dods Robert. 1995 dan biotin Shiaty et al. 2004.
Vitamin yang diujikan sebagai perlakuan pada percobaan ini adalah biotin. Biotin merupakan salah satu jenis vitamin yang umum digunakan untuk embrio
somatik Shiaty et aI. 2004 serta regenerasi tanaman Khalil Elbanna 2003.
D C
B A
E
Gambar 10. Variasi perkecambahan embrio somatik dan perkecambahan biji A = perkecambahan biji, B = variasi embrio somatik 1 tunas , C = variasi embrio
somatik 2 tunas , D = variasi embrio somatik labih dari 2 tunas, E = variasi embrio somatik tipe roset
Embrio somatik yang dihasilkan kemudian dikulturkan pada media MW dengan penambahan beberapa konsentrasi biotin 0, 1, 3, 5, dan 7 mgl. Hasil percobaan
pada Tabel 4 menunjukan bahwa pemberian konsentrasi yang berbeda ternyata berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas baru yang terbentuk. Semakin tinggi
konsentrasi biotin yang ditambahkan maka akan semakin tinggi pula efisiensi multiplikasi tunas yang dihasilkan dan jumlah tunas yang dihasilkan juga lebih
banyak. Penambahan 7 mgl biotin merupakan konsentrasi terbaik dimana efisiensi multiplikasi tunas sebesar 86 dengan pertambahan tunas rata-rata 3.06.
Hal ini berbeda nyata dengan kosentarsi 0, 1, 3, 5 mgl biotin dimana efisiensi multiplikasi tunasnya sebesar 24 , 42 , 46 dan 50.
Tabel 4. Pengaruh konsentrasi biotin terhadap rata-rata jumlah multiplikasi tunas
Media kultur penambahan
biotin mgl
Multiplikasi tunas
Jumlah ES
awal Rata-rata ES
somatik bermultiplikasi
Rata- rata jumlah
tunas baru yg muncul
Saat muncul
tunas baru hari
Efisiensi multiplikasi
tunas
1 3
5 7
5 5
5 5
5 1.20
2.10 2.30
2.50 4.30
0.20 b 0.40 b
0.46 b 1.00 b
3.06 a 20.2 d
19.1 c 17.9 b
16.9 b 15.0 a
24.0 42.0
46.0 50.0
86.0
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap peubah pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata P0.05 pada uji DMRT. Media dasar yang
digunakan Murashige Skoog dengan penambahaan vitamin morel wetmore
Tingginya pembentukan tunas pada media dengan penambahan 7 mgl biotin diduga konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi yang tepat untuk
menginduksi tunas baru. Tabel 4 juga memperlihatkan bahwa munculnya tunas baru tercepat juga berasal dari media perlakuan yang sama dengan lama hari 15.0
hari. Penambahan 7 mgl biotin terhadap peubah umur muncul tunas berbeda nyata juga terhadap media perlakuan lainnya dimana waktu terlama muncul tunas
terdapat pada media kontrol 0 mgl biotin dengan lama waktu 20.2 hari. Selain berpengaruh terhadap jumlah tunas yang muncul pemberian biotin ternyata
berpengaruh juga terhadap saat muncul tunas baru.
Gambar 11 memperlihatkan bahwa pemberian 7 mgl biotin memberikan pengaruh terhadap jumlah tunas baru.
Gambar 11A, 11B, dan 11C menunjukkan secara jelas bahwa tunas-tunas baru yang muncul setelah 4 mst. Kondisi tunas
pada saat tersebut masih sangat muda dimana jumlah daun rata-rata 2-3 helai sedangakan pada Gambar 11D umur tunas telah di atas 5 minggu dimana tunas-
tunas baru mulai menunjukan fase dewasa. Gambar 11D memperlihatkan bahwa batang dan daun telah terbentuk sempurna pada kondisi ini tunas-tunas tersebut
telah siap dipisah untuk ditanam dan atau diberi perlakuan untuk pertumbuhan perakaran.
6. Induksi Perakaran.