3. Pendewasaan embrio somatik
Embriogenesis somatik secara langsung terbentuk dari sel-sel tunggal yang meristemoid dengan sifat embrioid serta aktif membelah sehingga tumbuh dan
berkembang membentuk embrio somatik yang mempunyai dua kutub bipolar yang muncul sebagai tunas dan akar Husni 2010. Salah satu faktor paling
penting yang berkaitan dengan pertumbuhan dan pendewasaan dari jaringan embrio somatik adalah komposisi media kultur yang digunakan.
Tabel 2 menunjukan bahwa penambahan 2.5 mgl ABA berbeda nyata dengan semua perlakuan pada peubah fase jantung dan fase kotiledon.
Penambahan 2.5 mgl ABA dalam media kultur merupakan konsentrasi ABA yang paling baik memacu pertumbuhan dan perkembangan embrio somatik
struktur globular menjadi fase jantung, fase torpedo, dan fase kotiledon dengan efisiensi pendewasaan sebesar 98.6 . Efisiensi pendewasaan adalah kemampuan
ABA dalam mendewasakan struktur globular hingga didapat embrio dengan fase akhir yaitu kotiledon. Efisiensi pendewasaan didapatkan dengan cara
menjumlahkan tahap pendewasaan ES fase jantung, fase terpedo dan kotiledon kemudian dibagi dengan jumlah globular awal dan dikali 100.
Tabel 2. Pengaruh penambahan ABA terhadap rata-rata pendewasaan embrio
somatik pada umur 4 minggu setelah tanam.
Media kultur MW dengan
Penambahan ABA mgl
Tahap pendewasaan embrio somatik
Jumlah globular
awal Fase
Jantung
Fase Terpedo
Fase Kotiledon
Efisiensi pendewasaan
1.5 2.0
2.5 3.0
15 15
15 15
3.6 b 4.4 b
6.2 a 4.2 b
3.6 b 4.4 a
3.6 b
4.2 ab 3.4 b
3.8 b 5.0 a
4.0 b 70.6
88.0 98.6
82.6
Rata-rata jumlah embrio somatik fase jantung ati adalah 6.2, fase torpedo 3.6 dan fase kotiledon 5.0 kemudian diikuti penambahan 2 mgl ABA dengan
efisiensi pendewasaan sebesar 88, penambahan 3 mgl ABA sebesar 82 dan pemberian 1.5 mgl ABA sebesar 70.6. Tahapan pertumbuhan dan
perkembangan embrio somatik pada fase globular menjadi fase jantung, torpedo, kotiledon dan sitologinya terdapat pada Gambar 8. Hasil percobaan pendewasaan
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap peubah pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata P0.05 pada uji DMRT. Media dasar yang
digunakan Murashige Skoog dengan penambahaan vitamin Morel Wetmore
embrio somatik pada Tabel 2 terlihat bahwa penambahan konsentrasi 2.5 mgl ABA pada medium MW berpengaruh nyata terhadap semua fase pendewasan
embrio.Tingginya efisiensi pendewasaan embrio somatik yang terdapat pada perlakuan dengan penambahan 2.5 mgl ABA diduga karena konsentrasi yang
diberikan mampu untuk mempercepat fase pendewasaan embrio somatik. Perlakuan dengan penambahan 3 mgl ABA efisensi pendewasannya sebesar
82.6 lebih kecil jika dibandingkan dengan penambahan konsentrasi 2 mgl ABA dengan efisiensi 88. Hal ini kemungkinan disebabkan ABA yang
diberikan terlalu besar sehingga menghambat proses pendewasaan embrio somatik. Hal serupa juga disampaikan oleh Kobashi et al. 2001 yang
menyatakan bahwa penambahan konsentrasi 10
-6
mgl ABA berpengaruh nyata bila dibandingkan penambahan konsentrasi 10
-4
mgl ABA dengan sumber gula fruktosa.
Pendewasaan embrio somatik pada tanaman jeruk sangat tergantung dari komposisi ZPT yang diberikan kepada eksplan Husni 2010. Pendewasaan
embrio somatik dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lintasan kultur in vitro, konsentrasi karbohidrat, dan level dari ABA Anjaneyulu Giri 2008. Embrio
somatik pada proses pendewasaan akan berhenti berproliferasi, ukurannya membesar, dan mulai mengakumulasi cadangan nutrisi seperti karbohidrat,
protein dan lemak. Embrio dirangsang untuk menjadi dewasa dengan menggunakan asam absisik ABA dan meningkatkan potensial osmotik
Egerstsdotter 1999. Menurut Renukdas et al. 2006 peningkatan efisiensi pendewasaan embrio somatik dapat dilakukan dengan penambahan etilen
antagonis pada konsentrasi tinggi 10 μM seperti spermidine, ABA, dan AgNO
3
. Pemberian ABA harus sesuai dengan konsentrasi yang diberikan karena akan
mempengaruhi pertumbuhan eksplan Santi Kusumo 1996. Husni 2010
menambahkan bahwa dengan penambahan 0.5 mgl ABA dapat meningkatan efisiensi pendewasaan embrio somatik jeruk Siam sampai 90. ABA merupakan
salah satu inhibitor yang berperan dalam proses pematangan atau pendewasaan. Gambar 8 menunjukan bahwa terjadi perkembangan globular menjadi fase
jantung. Fase jantung merupakan awal pembentukan embrio dimana terdapat struktur awal bipolar Gambar 8B yang akan terus berkembang menjadi fase
terpedo Gambar 8C. Memasuki fase terpedo, sel akan mengarahkan pertumbuhannya ke arah bawah dan membentuk meristem akar hal ini ditandai
dengan terbentuknya struktur batang. Akhir dari pematangan embrio akan terbentuk kotiledon sempurna dimana pada bagian meristem tunas dan meristem
akar mulai terbentuk Gambar 8D. Pemberian ABA pada embrio somatik bertujuan agar mempercepat fase
pendewasaan sehingga didapat kotiledon yang siap ditumbuhkan. Selain itu pemberian ABA juga dapat menekan terjadinya pertumbuhan embrio yang
prematur. Kotiledon yang terbentuk pada akhir fase pematangan kemudian dipindah ke media perkecambahan agar berkembang menjadi tanaman utuh
planlet. Hal tersebut juga dilaporkan oleh Cardoza et al. 2002 bahwa pemberian konsentrasi 0.5 mgl ABA pada kalus yang diinduksi dari nuselus
menunjukan adanya fase pendewaasan embrio somatik yang dimulai dari globular kemudian jantung dan kotiledon. Pemberian konsentrasi 10
μM ABA pada oak dapat meningkatkan persentase pendewasaan sebesar 36 Mauri 2004.
Pendewasaan embrio somatik pada jeruk dimulai dari terbentuknya globular kemudian fase jantung, fase terpedo dan kotiledon Husni 2010. Hasil percobaan
yang telah dilakukan diperoleh bahwa pengaruh konsentrasi ABA terhadap pendewasaan embrio somatik menunjukan hasil yang nyata. Faktor endogen yang
terdapat pada eksplan juga sudah cukup besar sehingga dengan penambahan eksogen yang terlalu besar justru memberikan efek negatif. Penurunan efisiensi
perkecambahan juga dilaporkan oleh Mauri dan Manzenera 2004 yang menggambarkan bahwa pemberian ABA dengan penambahan 40
μM ABA tidak lebih baik dari pada penambahan ABA 10
μM untuk pendewasaan embrio somatik pada Holm oak.
A1 A2
B1 B2
C1 C2
D1 D2
kotiledon Bakal tunas
Bakal akar
Gambar 8. Perkembangan embrio somatic dan sitologinya A1 A2 = Fase globular, B1 B2 = Fase heart, CI C2 = Fase torpedo, D1 D2 =
Kotiledon
4. Perkecambahan Embrio Somatik.