6. Induksi Perakaran
Induksi akar dilakukan dengan tujuan agar didapat akar sekunder pada tunas. Rancangan lingkungan yang digunakan adalah RAL satu faktor dengan
ulangan 15 kali. Satu ulangan adalah satu botol sebagai unit percobaan dengan 1 tunas emrbrio somatik. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah planlet
hasil perkecambahan yang dihasilkan dari percobaan lima dan ditanam pada media MW. Percobaan dilakukan pada berbagai jenis auksin IBA, NAA, dan
IAA konsentrasi 3 mgl. Sebagai kontrol tunas tanpa media auksin. Peubah yang diamati adalah: umur muncul akar, jumlah akar, panjang akar dan efisiensi
induksi akar. Efisiensi induksi akar :
7. Penghitungan Kromosom
Penghitungan kromosom dilakukan dengan metode praperlakuan lengkap
Sastrosumarjo 2006. 20 Sampel akar diambil secara acak kemudian diberi perlakuan. Pengamatan dilakukan dibawah
microscope. Penghitungan kromosom diulang 10
kali pada setiap sampel.
8. Embrio Somatik Sekunder
Bahan yang digunakan adalah embrio somatik sekunder yang didewasakan pada media dengan konsentrasi ABA terbaik embrio somatik primer. Peubah
yang diamati adalah perubahan globular menjadi fase jantung, fase terpedo, kotiledon, dan efisiensi pendewasaan. Perkecambahan embrio somatik sekunder
pada media dengan konsentrasi GA
3
terbaik embrio somatik primer. Peubah yang diamati adalah jumlah planlet yang terbentuk dan efisiensi perkecambahan.
9. Aklimatisasi
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah planlet ES yang mempunyai akar primer dan skunder hasil induksi perakaran. Percobaan
dilakukan pada planlet 20 ES hasil induksi perakaran dan 20 ES tanpa induksi perakaran. Media aklimatisasi yang digunakan merupakan campuran sekam dan
kompos. Peubah yang diamati adalah: jumlah dan persentase tunas embrio somatik yang bertahan hidup.
Jumlah tunas yang berakar Jumlah tunas awal
X 100
10. Grafting