10. Grafting
Grafting dilakukan dengan tujuan agar tunas in vitro dapat menyesuaikan diri dengan batang bawah. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah tunas
ES sebanyak 40 tunas. Batang bawah yang digunakan jeruk JC Japanese Citroen
. Peubah yang diamati adalah jumlah daun baru, tinggi tunas setelah grafting dan persentase tunas yang hidup setelah digrafting. Efisiensi tunas yang
hidup dapat dicari dengan cara : Jumlah tunas grafting hidup
Jumlah tunas garfting awal
X 100
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Induksi Kalus Embriogenik.
Jenis media dasar dan komposisi media yang digunakan dalam kultur in vitro
sangat mempengaruhi kecepatan terjadinya induksi kalus dari jaringan yang digunakan. Selain itu, adanya zat pengatur tumbuh ZPT dalam media kultur
juga merupakan faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan induksi kalus dari jaringan eksplan yang dikulturkan. Shirin et al. 2007 mengatakan bahwa
adanya auksin 2,4-D dalam media kultur dapat mempercepat terjadinya induksi kalus. Tao 2002 menyatakan bahwa 2,4-D merupakan golongan auksin paling
baik untuk mengiduksi terjadinya kalus dibandingkan golongan auksin 4-CPA, NAA, 2.4.5-T, MCPA, dicamba, dan picloram.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh bahwa respon nuselus terhadap perlakuan media kultur memberikan pengaruh terhadap peubah
lamanya induksi kalus. Berdasarkan uji F terhadap umur tumbuh kalus dari setiap media kultur yang di uji M1, M2, M3, M4 secara umum memperlihatkan adanya
perbedaan yang nyata antar perlakuan. Tabel 1 menunjukan bahwa komposisi media kultur M1 merupakan media yang terbaik untuk menginduksi terjadinya
kalus dari eksplan nuselus, diikuti oleh media M2, M3 dan M4. Kecepatan induksi kalus pada media M1 adalah selama 22.4 hari, 25.2 hari pada media M2,
27.3 hari pada media
M3, dan 29.1 hari pada media M4.
Tabel. 1 Respon nuselus terhadap perlakuan media kultur terhadap lama inisiasi kalus dan persentase pembentukan kalus.
Media kultur Lama inisiasi
kalus hari Persentase eksplan
menjadi kalus rata-rata jumlah
PEM M1
M2 M3
M4 22.4 a
25.2 ab 27.3 b
29.1 b 40.00 a
32.12 b 25.00 b
27.02 b 31.0
26.0 22.2
26.1
Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap peubah pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata P0.05 pada uji DMRT. M1 = Murashige
Tucker + 3 mgl BAP + 1 mgl 24-D, M2 = Murashige Skoog + 3mgl BAP, M3 = Murashige Skoog + Vit. MW, M4 = Murashige Tucker + 0,5 mgl NAA + 1,5
mgl BAP . Semua media perlakuan ditambah 500 mgl ekstark malt.
Kecepatan terjadinya induksi kalus pada media M1 diduga karena adanya kombinasi auksin 1 mgl 2,4-D dengan sitokonin 3 mgl BAP dan penambahan
500 mgl ekstrak malt. 2,4-D merupakan senyawa golongan auksin yang sangat baik untuk mengiduksi terbentuknya kalus. Kiong et al. 2008 menyatakan 2,4-D
merupakan senyawa auksin yang paling baik digunakan untuk induksi kalus embriogenik pada berbagai jenis eksplan jeruk manis dimana waktu inisiasi rata-
rata selama 25.7 hari. Watter dan Constabel 1992 menyatakan bahwa BAP dapat memacu pertumbuhan kalus baru dan dapat meningkatkan persentase
terbentuknya tunas. Aftal et al. 2009. Menyatakan bahwa BAP merupakan sitokinin yang sangat baik untuk memacu pertumbuhan kalus setelah terinduksi
oleh auksin. Husni 2010 menyatakan bahwa dengan pemberian 3 mgl BAP dapat mempercepat waktu inisiasi kalus dimana rata-rata waktu yang dibutuhkan
selama 14 hari pada jeruk Siam Simadu dan Siam Pontianak. Hal ini didukung oleh Wattimena 1992 yang menyatakan bahwa pada beberapa tanaman sitokinin
sangat dibutuhkan untuk proliferasi kalus. Sitokinin di dalam kultur jaringan
tanaman berfungsi antara lain untuk proses pembelahan sel. Pada Tabel 1 juga terlihat bahwa persentase kalus terbesar yang terbentuk
juga berasal dari media kultur M1 dengan persentase kalus tumbuh sebesar 40. Hal ini berbeda nyata dengan perlakuan pada media kultur M2, M3 dan M4
dimana persentase terbentuknya kalus tumbuh berturut 32.12, 25 dan 27.02. Husni 2010 menyatakan bahwa media MT merupakan media terbaik bila
dibandingkan dengan media MS dan MW dimana persenatse pembentukan kalus pada media MT sebesar 82 . Altaf et al. 2009 menyatakan bahwa kombinasi
0.25 mgl BAP dan 0.05 mgl 2,4 D juga dapat menginduksi kalus embriogenik pada jeruk Kinov Mandarin.
Kalus yang dihasilkan dari media perlakuan M1 bersifat embriogenik dimana ciri kalus embriogenik yaitu mempunyai sturktur pre embrio PEM
Husni 2010. Tingginya jumlah PEM yang dihasilkan pada media M1, selain pengaruh ZPT yang diberikan kemungkinan dikarenakan komposisi media dasar
dan vitamin penunjang. Komposisi media dasar pada media kultur M1 adalah Murashige Tucker MT dimana komposisi vitaminnya10 kali lebih banyak dari
pada kompsisi vitmain media kultur Murashige Skoog MS. Hal ini didukung
Gambar 5. Induksi kalus embriogenik dari eksplan nuselus pada media perlakuan M1 A= nuselus, B = kalus, C = PEM perbesaran 40x, D = kalus
embriogenik mengandung PEM dan globular Hasil penelitian Husni 2010 yang menggunakan media dasar tersebut
mendapatkan persentase pembentukan kalus pada jeruk siam Simadu sebesar 86 dan jeruk siam Pontianak sebesar 88. PEM yang dihasilkan merupakan calon
embrio somatik Gambar 5C. PEM akan berkembang menjadi tanaman baru setelah ditumbuhkan pada media pendewasaan dan dilanjutkan pada media
perkecambahan. Media M1 merupakan media yang baik untuk menginduksi kalus embriogenik walaupun hasilnya tidak berbeda nyata dengan media lainnya.
Gambar 5B menunjukkan kalus terbaik pada media M1 stelah 4 MST dengan tekstur yang remah. Rata-rata PEM yang terbentuk pada media M1 adalah 31.0,
kemudian diikuti media perlakuan M2, M4 dan M3. Gambar 5D memperlihatkan struktur kalus yang embriogenik dimana pada kalus tersebut terlihat banyak PEM
dan sebagian ada yang mangandung struktur globular. Selain pengaruh ZPT diduga komposisi vitamin yang terdapat pada media MT lebih kaya unsur hara
yang dibutuhkan sel untuk dapat berkembang. Hal ini didukung oleh pendapat Olivera et al. 1994 yang melaporkan bahwa media dasar MT merupakan media
yang baik untuk menginduksi kalus embriogenik pada jeruk Cleopatra Mandarin Citrus reticulata Blanco. Hal serupa juga dilaporkan oleh Husni et al. 2010
B A
C
D C
Globular Pre embrio
Pre embrio Globular
Pre embrio
yang melaporkan bahwa media MW dan MT merupakan media terbaik untuk menginduksi terjadinya kalus dengan struktur PEM pada jeruk siam Simadu dan
Pontianak.
2. Proliferasi Kalus Embriogenik