4. Perkecambahan Embrio Somatik.
Perkecambahan embrio somatik setelah fase pendewasaan menjadi tanaman lengkap sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengaruh faktor
lingkungan suhu dan cahaya dan komposisi ZPT yang terdapat pada media perkecambahan. Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik yang mampu
mendorong, mengatur dan menghambat proses fisiologis tanaman. Salah satu ZPT yang berperan dalam proses perkecambahan embrio somatik adalah GA
3
Davies, 2004. GA
3
berperan dalam menggiatkan fungsi kerja aktivitas α-amilase dalam metabolisme sehingga terjadi perkecambahan Woodger et al. 2004. Hal ini juga
terbukti pada perkecambahan embrio somatik jeruk siam Simadu dan Pontianak dengan menggunakan GA
3
yang mengakibatkan efisiensi perkecambahan menjadi meningkat Husni 2010.
Tabel 3. Pengaruh penambahan GA
3
terhadap rata-rata perkecambahaan embrio
somatik pada umur 4 minggu setelah tanam.
Media kultur MW dengan
penambahan GA
3
mgl Tahap Perkecambahaan embrio somatik
Jumlah fase kotiledon
Awal Rata-rata
Planlet Efisiensi perkecambahaan
1.5 2.0
2.5 3.0
10 10
10 10
5.2 b 5.4 b
8.4 a 6.8 b
52.0 54.0
84.0 68.0
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap peubah pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata P0.05 pada uji DMRT. Media dasar yang
digunakan Murashige Skoog dengan penambahaan vitamin morel wetmore
Tabel 3 menunjukkan bahwa penambahan 2.5 mgl GA
3
berbeda nyata dengan semua taraf perlakuan pada peubah jumlah planlet yang terbentuk.
Berdasarkan data percobaan yang telah diperoleh didapatkan informasi bahwa pemberian konsentrasi GA
3
pada media kultur berpengaruh terhadap fase perkecambahan dari embrio somatik menjadi tanaman lengkap. Tabel 3
menunjukan bahwa efisiensi perkecambahan terbesar terdapat pada perlakuan penambahan konsentrasi 2.5 mgl GA
3.
Efisiensi perkecambahan tanaman pada media dengan pemberian 2.5 mgl GA
3
adalah sebesar 84 dengan rata-rata
planlet 8.4. Efisiensi perkecambahan adalah kemampuan dari konsentrasi GA
3
yag diberikan
dalam mengecambahkan kotiledon hingga tahap planlet. Efisiensi
perkecambahan tanaman dengan penambahaan kosentrsi 3 mgl GA
3
sebesar 68 dengan rata-rata planlet 6.8, penambahan konsentrasi 2 mgl GA
3
sebesar 54 dengan rata-rata planlet 5.4 dan penambahan konsentrasi 1.5 mgl GA
3
sebesar 52 dengan rata-rata planlet 5.2.
Perkecambahan embrio yang sempurna ditandai dengan pembentukan akar dan munculnya tunas Gmietter Moore 1986. Hasil penelitian Husni 2010
didapatkan informasi bahwa dengan penambahan GA
3
dengan konsentrasi 1.5 mgl memberikan pengaruh yang nyata terhadap fase-fase perkecambahan
embrio somatik. Hal ini juga didukung oleh pendapat Kuniktake et al. 1991 yang menyatakan bahwa penambahan GA
3
pada media kultur meningkatkan efisensi perkecambahan sebesar 5 dengan waktu 30-60 hari pada jeruk.
Tingginya efisiensi perkecambahan pada perlakuan 2.5 mgl GA
3
diduga karena konsentrasi tersebut merupakan kondisi optimum yang diperlukan eksplan
untuk melakukan proses perkecambahan dari embrio somatik, sedangkan pada penambahan konsentrasi 3 mgl GA
3
terlalu tinggi untuk inisiasi perkecambahan sehingga terjadi penurunan efisiensi perkecambahan. Hal serupa pernah
dilaporkan oleh Acar et al. 2010 yang menyatakan terjadinya penurunan persentase perkecambahan hingga 50 pada Pistacia vera dengan penambahan
konsentrasi GA
3
hingga 100 mgl. Hal tersebut juga didukung oleh hasil percobaan Ake et al. 2007 yang mendapatkan penurunan efisiensi
perkecambahan 40 pada konsentrasi 46 μM GA
3
bila dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih rendah. Penambahan konsentrasi 3 mgl GA
3
tidak terlalu efisien dalam perkecambahan embrio somatik karena terjadinya pembelahan sel
yang terjadi terus menerus sehingga menurunkan efisiensi perkecambahan. Tahap perkecambahaan embrio somatik hingga menjadi tanaman lengkap
menurut Husni 2010 dimulai dari pembentukan fase terompet kemudian diikuti fase pembukaan kotiledon lalu proses perkecambahan hingga terbentuk tanaman
lengkap Gambar 9. Tabel 3 menunjukan bahwa pembentukan planlet terbesar terdapat pada konsentrasi 2.5 mgl GA
3
dengan rata-rata pembentukan planlet sebesar 8.4 per botol. Hal serupa juga dilaporkan oleh Komatsuda et al. 1992
dengan penambahan konsentrasi GA
3
pada media kultur dapat meningkatkan proses perkecambahan menjadi planlet sebesar 90 pada tanaman kedelai.
GA
3
merupakan senyawa yang mengandung gibban skeleton yang berperan dalam menstimulasi pembelahan sel serta mobilisasi cadangan makanan dari
endosperm untuk pertumbuhan embrio. Perkecambahan dari embrio somatik yang ditunjukan pada Gambar 9 dimulai dari fase perkembangan kotiledon muda yang
memasuki fase terompet Gambar A dan pembukaan kotiledon Gambar 9B. Pada fase ini terlihat bahwa perkembangan kotiledon terjadi pada bagian tunas
atas dimana bagian daun mulai terbentuk. Fase perkecambahaan embrio somatik dimulai ketika kotiledon mulai membuka yang ditandai dengan terbentuknya akar
Gambar 9C. Terbentuknya akar akan mengoptimalkan penyerapan hara sehingga
pertumbuhan planlet yang dikecambahkan menjadi maksimal. Akar akan tumbuh pada fese ini dan berkembang untuk menyerap hara yang terdapat di sekitar
media. Terbentuknya akar pada embrio somatik menjadikan pertumbuhan embrio somatik menjadi optimal yang ditandai dengan terbentuknya organ lengkap seperti
akar, daun dan batang pada tanaman Gambar 9E. Pertumbuhan dan pekembangan planlet dioptimalkan dengan cara dipindakan ke media tanpa ZPT.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko penuaan pada planlet akibat perkembangan sel yang terjadi secara cepat karena terinduksi oleh ZPT.
Pemberian konsentrasi GA
3
yang berbeda pada embrio somatik ternyata memberikan pengaruh terhadap tipe-tipe perkecambahan embrio somatik Gambar
10. Variasi pekecambahan yang ditunjukkan merupakan efek dari pemberian konsentrasi GA
3
mulai dari tipe yang sulit untuk berkecambah roset pada gambar 10E, hingga perkecambahan tunas yang lebih dari dua tunas
Gambar 10D. Variasi tunas yang muncul lebih dari dua paling banyak
Gambar 9. Fase perkecambahan embrio somatik pada media 2.5 mgl GA
3
A = fase terompet, B = fase pembukaan kotiledon, C = fase perkecambahan membentuk
akar, D = perkecambahan membentuk akar dan tunas, E = Planlet umur 4 minggu setelah berkecambah
A C
D B
E
ditemukan pada perlakuan 2.5 mgl GA
3
sedangkan variasi embrio somatik dengan tipe roset banyak dijumpai pada perlakuan 3 mgl GA
3
. Hal yang sama juga diperoleh dari hasil perkecambahan biji jeruk yang menghasilkan tunas lebih
dari satu karena sifat poli embrioni yang dimilikinya. Hal ini membuktikan bahwa embrio somatik yang berasal dari sel-sel nuselus juga memilki sifat yang sama
seperti embrio yang yang tumbuh dari biji jeruk. Gambar 10 memperlihatkan perbandingan berbagai tipe perkecambahan embrio somatik dan embrio zigotik .
Gambar 10A merupakan perkecambahan dengan menggunakan biji pada media kultur tanpa pemberian GA
3
jika dibandingkan dengan Gambar 10C dan 10D terlihat bahwa melalui ES yang berkembang dari jaringan non zigotik juga
memiliki kemampuan yang sama dalam berkecambah dimana rata-rata tunas yang dihasilkan lebih dari satu.
5. Multiplikasi Tunas Embrio Somatik.