Parafin Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

7 1. Perekat nabati, berasal dari tumbuhan seperti tapioka, sagu dan perekat tannin 2. Perekat hewani, berasal dari hewan, seperti kasein dan gelatin 3. Perekat sintetik, sepeti fenol formaldehida, urea formaldehida, polivinil asetat. Papan partikel pada umumnya direkatkan dengan menggunakan perekat urea formaldehida UF untuk penggunaan interior seperti meubel, lantai, dinding penyekat. Papan partikel dengan perekat fenol formaldehid PF diarahkan untuk papan partikel struktural Tsuomis 1991. Perekat urea formaldehid memiliki kelebihan yaitu warnanya putih sehingga tidak menimbulkan warna gelap pada waktu penggunaannya, harga relatif murah dibandingkan dengan perekat sintesis lainnya, sedangkan kelemahannya adalah kurang tahan terhadap pengaruh asam dan basa. Kelebihan perekat fenol formaldehida adalah tahan terhadap perlakuan air, tahan terhadap bakteri, jamur dan rayap serta tahan terhadap bahan kimia seperti minyak , basa dan pengawet kayu. Kelemahan perekat ini adalah menimbulkan warna gelap dan kadar air kayu harus lebih rendah daripada perekat urea formaldehida atau perekat lainnya Ruhendi et al. 2007. Pati merupakan cadangan makanan yang terdapat di dalam biji-bijian atau umbi-umbian. Pati atau karbohidrat secara umum merupakan bahan organik pertama yang diproduksi dari udara dan air dari dalam tanah pada suatu proses fotosintesis dengan menggunakan energi radiasi sinar matahari Hodge dan Osman 1976. Pati merupakan bahan yang jumlahnya melimpah di alam, dapat terbarukan, serta harganya relatif murah Guibert dan Gontard 2005. Pati terdiri atas dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin Winarno 1992. Pati selain dimanfaatkan sebagai sumber energi utama dalam makanan manusia, juga dimanfaatkan untuk berbagai proses dalam industri seperti perekat dalam pembuatan kertas, bahan tambahan dalam semen dan sebagai pengikat dalam papan serat gypsum Burrel 2003. Granula pati sagu secara mikroskopik, terkonsentrasi pada empulur batang sagu. Empulur batang sagu mengandung 20,2-29 pati, 50-66 air, dan 13,8-21,3 bahan lain atau ampas Flach 1983. Pati sagu mengandung 27 amilosa dan 73 amilopektin. Perbandingan amilosa dan amilopektin akan memengaruhi sifat kelarutan dan derajat gelatinisasi pati Flach 1983. Pati sagu memiliki suhu gelatinisasi yang cukup tinggi yaitu sekitar 69 o C Cecil et al. 1982.

2.5 Parafin

Wax atau lilin adalah salah satu jenis zat aditif yang ditambahkan pada adonan untuk meningkatkan sifat papan komposit yang dihasilkan. Emulsi wax akan menimbulkan daya tahan air yang bagus dan stabilitas dimensi yang tinggi pada papan. Kegunaan ini sangat penting untuk memberikan perlindungan selama perendaman yang tidak disengaja dari papan selama atau setelah konstruksi Maloney 2003. Maloney 2003 menyatakan bahwa penambahan wax sebesar 1 atau kurang berdasarkan berat partikel memiliki pengaruh yang kecil atau tidak memengaruhi sifat kekuatan papan, tetapi jika penambahan lebih besar dari 1 maka akan menurunkan sifat kekuatan papan. Hal ini dapat dicegah dengan penambahan perekat, menaikkan kerapatan atau mengubah ukuran partikel. Jenis wax yang digunakan adalah parafin. Parafin merupakan lilin mineral produk samping dari industri minyak dimana minyak mentah diberi perlakuan untuk memisahkan fraksi volatil seperti bensin, kerosin, nafta dan solar. Parafin memiliki titik leleh antara 48-56 o C. Parafin digunakan dalam papan partikel karena memiliki efek water repellent yang tinggi, selang melting point yang beragam dan harganya yang terjangkau apabila dibandingkan dengan fungsinya sebagai water repellent Kollmann et al. 1975. 8

2.6 Penelitian Terdahulu

Rouilly et al. 2006 memanfaatkan ampas biji bunga matahari sebagai material pembuatan komposit. Ampas biji bunga matahari merupakan ampas hasil ekstraksi biji bunga matahari yang mengandung sekitar 40 serat lignoselulosa dan 35 protein. Protein biji bunga matahari memiliki sifat yang cocok untuk pembuatan bahan polimer. Evon et al. 2010 memanfaatkan ampas tanaman bunga matahari sebagai bahan pembuatan papan partikel. Ampas tanaman bunga matahari sebagian besar tersusun atas serat lignoselulosa 59 bk dengan kadar lemak 13bk dan kadar protein 7 bk. Protein pada ampas dapat dimanfaatkan sebagai pengikat binder serat-serat lignoselulosa. Zuanda 2012 memanfaatkan ampas biji jarak pagar hasil samping transesterifikasi in-situ sebagai bahan baku papan partikel dengan menggunakan gliserol sebagai perekatnya. Papan partikel yang dihasilkan memiliki keteguhan patah tertinggi MoR sebesar 60,15 kgfcm 2 dan keteguhan lentur tertinggi MoE sebesar 5.119,54 kgfcm 2 . Pemanfaatan ampas biji jarak hasil samping transesterifikasi in-situ sebagai bahan pembuatan papan partikel juga dilakukan Lestari 2012. Ampas biji jarak pagar direkatkan dengan memanfaatkan protein yang terkandung di dalamnya dengan penambahan air sebagai plasticizer alami. Papan partikel yang dihasilkan memiliki nilai keteguhan patah tertinggi sebesar 65,99 kgfcm 2 dan keteguhan lentur tertinggi sebesar 5.150,25 kgfcm 2 . Ferrandez-Farcia et al. 2012 memanfaatkan pati jagung dan kentang sebagai perekat dalam pembuatan papan partikel dengan menggunakan bahan baku berupa partikel tanaman giant reed tebu liar. Pemanfaatan pati jagung sebagai perekat alami dalam pembuatan papan partikel dilakukan oleh Moubarik et al. 2010 dengan bahan baku partikel batang tanaman pinus laut. Sulaiman et al. 2013 memanfaatkan pati batang kelapa sawit sebagai perekat dalam pembuatan papan partikel dengan menggunakan bahan baku berupa partikel kayu pohon karet. Papan partikel yang dihasilkan memiliki nilai keteguhan patah tertinggi sebesar 12,87 Nmm 2 dan keteguhan lentur tertinggi sebesar 3.411,06 Nmm 2 . 9

III. METODOLOGI