4
dan  bawang  putih  sebesar  1:2  pada  perlakuan  pencegahan.  Dosis  pengobatan adalah  dua  kali  lipat  dari  dosis  pencegahan  Angka,  2005.  Berdasarkan
perhitungan dari dosis pakan perlakuan pada penelitian  Kurniawan 2010, maka rincian  dosis  campuran  tepung  meniran  dan  bawang  putih  perlakuan  dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel  1.  Dosis  campuran  tepung  meniran  dan  bawang  putih  dalam  pakan
perlakuan Perlakuan
Total Meniran
Bawang Putih Kontrol -
Kontrol + Pencegahan
2,1 0,7
1,4 Pengobatan
4,2 1,4
2,8 Tepung  meniran  dan  bawang  putih  sesuai  dosis  pada  Tabel  1  dicampurkan
pada  saat  proses  pencampuran  mixing  bahan  baku  pada  pembuatan  pakan sehingga dapat bercampur secara merata. Setelah itu ditambahkan vitamin C 0,1
dan  air  sebanyak  30  dan  dicetak,  kemudian  dikeringkan  dengan  menggunakan oven selama 2 jam pada suhu 60
o
C. Pakan disimpan dalam wadah kedap udara.
2.3 Prosedur Penelitian
Pengujian  dilakukan  untuk  menganalisis  pengaruh  dari  perlakuan  pakan uji  terhadap  kelangsungan  hidup  ikan  lele.  Pengamatan  sebelum  uji  tantang
dilakukan selama 21 hari dan pengamatan setelah uji tantang dilakukan selama 14 hari.  Perlakuan  pencegahan  diberikan  pakan  uji  dari  awal  pemeliharaan  sampai
hari  ke  21.  Berdasarkan  penelitian  Widiani  2011,  pemberian  pakan  yang mengandung  bawang  putih  dan  meniran  untuk  pencegahan  terhadap  bakteri
Aeromonas  hydrophila  efektif  diberikan  selama  21  hari.  Perlakuan  pengobatan diberikan pakan uji pada hari ke 22 sampai hari ke 35.
Ikan  lele  diberikan  uji  tantang  berupa  pergantian  sumber  air  yaitu  dari sumber  air  tandon  ke  sumber  air  selokan  berasal  dari  pembuangan  air  kolam
sebanyak 100. Setiap terpal diisi dengan ikan lele dengan kepadatan 65 ekorm
2
. Selama proses pengamatan uji tantang selama 14  hari, tidak dilakukan pergantian
air seperti saat pemeliharaan sebelumnya.
5
Gambar 1. Skema penelitian
2.4 Parameter  Pengamatan
Parameter yang diamati terdiri dari parameter jumlah ikan yang hidup dan bobot.  Parameter  tersebut  selanjutnya  digunakan  untuk  menghitung  derajat
kelangsungan  hidup,  laju  pertumbuhan  mutlak  dan  laju  pertumbuhan  harian. Pengamatan  terhadap  bakteri  meliputi  perhitungan  jumlah  bakteri  total,
pengamatan  dominasi  bakteri  secara  kualitatif,  dan  karakterisasi  isolat  bakteri terpilih.  Parameter  kualitas  air  meliputi  parameter  fisika  suhu,  dan  kimia  pH,
DO, NH
3
.
2.4.1 Derajat Kelangsungan Hidup
Derajat  kelangsungan  hidup  dihitung  dari  jumlah  ikan  yang  hidup  pada awal  dan  akhir  pemeliharaan.  Parameter  tersebut  dihitung  dengan  menggunakan
rumus:
6
Kelangsungan hidup =  Nt x 100 No
Keterangan :    No = jumlah populasi ikan yang hidup hari ke-0 ekor
Nt = jumlah populasi ikan yang hidup hari ke-i ekor
2.4.2 Laju Pertumbuhan Mutlak
Laju  pertumbuhan  mutlak  dihitung  pada  setiap  minggu  sampling  selama perlakuan  dengan  menggunakan  timbangan  digital.  Ikan  pada  masing-masing
perlakuan  ditimbang  bobotnya,  kemudian  dihitung  nilai  pertumbuhan  ikan  pada setiap perlakuan. Parameter tersebut dihitung dengan menggunakan rumus:
GR =  w
t
- w
o
t Keterangan:   GR
= Laju pertumbuhan  mutlak gramhari w
t
= Bobot rata-rata hari ke- t gram w
o
= Bobot rata-rata hari ke-0 gram t
= Lama pemeliharaan
2.4.3  Laju Pertumbuhan Harian
Laju  pertumbuhan  harian  diamati  pada  setiap  minggu  selama  perlakuan. Laju pertumbuhan harian ikan dihitung dari data bobot yang didapat pada kegiatan
sampling. Parameter tersebut  dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:  SGR  = Laju pertumbuhan harian wt
= Bobot rata-rata individu waktu ke-i gramekor wo
= Bobot rata-rata individu waktu ke-0 gramekor t
= Periode pengamatan hari
2.4.4 Perhitungan Jumlah Bakteri Total dan Pengamatan Koloni Bakteri yang Dominan Secara Kualitatif
Jumlah  bakteri diamati dengan  menyebar air sampel  menggunakan  metode sebar  Hadioetomo,  1989  pada  media  Trypticase  Soy  Agar  TSA  kemudian  di
inkubasi  selama  1x24  jam  pada  suhu  28-30
o
C.  Pengamatan  koloni  bakteri  yang
SGR  =
 
 
 
1
t
wo wt
x 100
7
dominan secara kualitatif dilakukan dengan cara melihat bentuk dan warna koloni bakteri yang terbentuk pada media TSA. Jumlah bakteri dihitung dengan rumus:
Keterangan: ∑ Koloni terhitung =   Koloni  bakteri  yang tumbuh pada
media TSA Volume suspensi bakteri
=  Volume  suspensi  bakteri  yang disebar pada media   TSA
Pengenceran =  Pengenceran yang digunakan
2.4.5 Karakterisasi Isolat Bakteri Terpilih
Karakterisasi  terhadap  isolat  bakteri  terpilih  dilakukan  melalui  beberapa uji meliputi pewarnaan gram, uji OFi, uji katalase, uji oksidase, dan uji motilitas.
Panduan  identifikasi  bakteri  yang  digunakan  berdasarkan  tabel  Cowan  Cowan dan Steel, 1974.
a  Pewarnaan Gram Isolat  bakteri  diambil  dengan  menggunakan  ose  secara  aseptik  dan
diletakkan  diatas  gelas  objek  yang  sebelumnya  telah  ditetesi  dengan  akuades. Bakteri  dan  akuades  dicampurkan  di  atas  gelas  objek  dan  dikering-udarakan.
Preparat  bakteri  yang  telah  kering,  ditetesi  dengan  menggunakan  larutan  kristal violet  selama  1  menit  dan  dibilas  dengan  air  mengalir.  Setelah  kering,  preparat
ditetesi kembali dengan  menggunakan  larutan kalium  iodida selama 1  menit dan dibilas dengan  air  mengalir. Selanjutnya preparat ditetesi dengan  larutan alkohol
selama  30  detik,  dibilas  dan  dikeringkan.  Preparat  ditetesi  kembali  dengan menggunakan  larutan safranin selama 30 detik, dibilas dan dikeringkan. Preparat
diamati dengan mikroskop pada perbesaran 1000x. Hasil  menunjukkan  bakteri  tersebut  Gram  positif  apabila  dalam
pengamatan dengan  mikroskop bakteri  berwarna  biru gelap atau ungu dan Gram negatif apabila bakteri berwarna merah muda. Bakteri dengan bentuk menyerupai
batang maka bentuk bakteri tersebut adalah basil dan bakteri menyerupai bulatan maka bentuk bakteri adalah coccus.
∑ bakteri = ∑ koloni terhitung× kteri
suspensiba vol.
1 ×
n pengencera
1
8
b  Uji OksidasiFermentasi Isolat  bakteri  diambil  dengan  menggunakan  ose  secara  aseptik.  Bakteri
selanjutnya diinokulasikan kedalam satu set media OF secara vertikal. Salah satu dari  media  OF  diberi  parafin  cair  sebanyak  1  ml.  Media  OF  yang  telah
diinokulasikan  di  inkubasi  selama  24  jam  pada  suhu  28-30
o
C  dan  diamati perubahan warna yang terjadi pada media OF tersebut.
Hasil  uji,  reaksi  oksidatif  bila  pada  tabung  yang  tidak  diberi  paraffin berubah  menjadi  kuning,  sedangkan  reaksi  fermentatif  bila  tabung  yang  diberi
paraffin  berwarna kuning atau kedua tabung  berubah  warna  menjadi kuning. Uji OF negatif apabila tidak terdapat perubahan warna pada kedua tabung tersebut.
c  Uji Katalase Gelas  objek  disiapkan  dan  ditetesi  larutan  hydrogen  peroksida  H
2
O
2
. Kemudian  isolat  bakteri  diambil  dengan  menggunakan  ose  secara  aseptik  dan
diletakkan  di  atas  larutan  H
2
O
2
pada  gelas  objek,  lalu  diamati  ada  atau  tidaknya gelembung.  Hasil  uji,  reaksi  positif  apabila  adanya  gelembung-gelembung  udara
dan hasil negatif apabila tidak adanya gelembung udara.
d  Uji Oksidase Gelas objek disiapkan dan diletakkan kertas cakram di atasnya. Lalu kertas
cakram  ditetesi  dengan  larutan  P-aminodimethylaniline-oxalat  1.  Kemudian isolat  bakteri  diambil  dengan  menggunakan  ose  secara  aseptik  dan  diletakkan  di
atas  kertas  cakram pada  gelas  objek,  lalu  diamati  ada  atau  tidaknya  perubahan
warna  pada  kertas  cakram.  Hasil  uji  positif  apabila  adanya  perubahan  warna merah  muda  menjadi  merah  marun  pada  permukaan  kertas  cakram  dan  reaksi
negatif apabila tidak adanya perubahan warna. e  Uji Motilitas
Isolat  bakteri  diambil  dengan  menggunakan  ose  secara  aseptik.  Bakteri selanjutnya  ditusukkan  ke  media  SIM  sulfida  indol  motility  dengan  kedalaman
dua pertiga  media.  Selanjutnya  media di  inkubasi selama 24  jam pada suhu  28- 30
o
C, dan diamati tumbuhnya bakteri pada media tersebut. Hasil uji positif apabila
9
terdapat  pertumbuhan  bakteri  pada  permukaan  medium  dan  hasil  uji  negatif apabila bakteri tumbuh hanya di sekitar bekas tusukan pada media SIM.
2.4.6 Kualitas Air
Parameter kualitas air yang akan diamati meliput pengukuran suhu, pH, DO oksigen terlarut, dan amoniak. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada
awal dan akhir penelitian. Tabel 2. Parameter kualitas air, satuan, dan alat ukur yang digunakan selama
penelitian Parameter
Satuan Alat ukur
Suhu
o
C Termometer
pH Unit
pH meter DO oksigen terlarut
mgl DO meter
Amoniak NH
3
mgl Spektrofotometer
2.5 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan RAL rancangan acak lengkap. Data dianalisis menggunakan program SPSS 16.0 dan uji  lanjut untuk beda  nyata  menggunakan
uji  Duncan.  Parameter  yang  dianalisis  statistik  secara  kuantitatif  adalah  derajat kelangsungan  hidup,  laju  pertumbuhan  mutlak  dan  laju  pertumbuhan  harian
Lampiran  3.  Parameter  yang  dianalisis  secara  deskriptif  adalah  jumlah  bakteri total dan kualitas air.
10
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Parameter  pada  penelitian  pembesaran  ikan  lele  ini  meliputi  derajat kelangsungan  hidup,  laju  pertumbuhan  mutlak,  laju  pertumbuhan  harian,
perhitungan  jumlah  bakteri  total  dan  pengamatan  dominasi  bakteri  secara kualitatif, karakterisasi isolat bakteri terpilih, serta kualitas air.
3.1.1  Derajat Kelangsungan Hidup Pengamatan terhadap kelangsungan hidup pada ikan lele selama penelitian
dilakukan  sebanyak  dua  kali  yaitu    sebelum  uji  tantang  dan  sesudah  uji  tantang. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.
Keterangan : Huruf yang sama dalam grafik batang menyatakan tidak berbeda nyata P0,1
Gambar 2. Kelangsungan hidup ikan lele sebelum uji tantang
Keterangan : Huruf yang berbeda dalam grafik batang menyatakan berbeda nyata P0,1
Gambar 3. Kelangsungan hidup ikan lele setelah uji tantang