Lokasi dan Waktu Penelitian Prosedur Analisis Data

10 Susut volume = DA DB - DA x 100

3.4.5.2 Sifat Mekanis

MOE Modulus of Elasticity Contoh uji berukuran p = 76 cm, l = 15 cm, t = 5 cm diuji dengan beban terpusat berada ditengah bentang panel, dengan panjang bentang 71 cm. Nilai MOE dihitung dengan rumus : MOE = 3 3 Ybh 4 PL   Dimana: MOE : Modulus of elasticity kgcm 2 ∆P : Besar perubahan beban sebelum batas proporsi kg L : Jarak sangga cm ∆Y : Besar perubahan defleksi akibat ∆P cm b : Lebar contoh uji cm h : Tebal contoh uji cm MOR Modulus of Rupture Contoh uji berukuran p = 76 cm, l = 15 cm, t = 5 cm diuji dengan beban terpusat berada ditengah bentang panel, dengan panjang bentang 71 cm. Pengujian dilakukan sampai contoh uji mengalami kerusakan. Nilai MOR dihitung dengan rumus : MOR = 2 2bh PL 3 Dimana: MOR : Modulus of rupture kgcm 2 P : Beban maksimum kg L : Jarak sangga cm b : Lebar contoh uji cm h : Tebal contoh uji cm Kekuatan Lateral Paku Contoh uji kekuatan lateral paku dibuat dengan ukuran 6x8x5 cm dengan jumlah paku 2 buah, diuji dengan arah beban tegak lurus terhadap sumbu memanjang paku. Kekuatan lateral dihitung pada sesaran 1,5 mm dan 5 mm saat contoh uji ditekan dengan rumus: Batas beban ijin yang diperkenankan per paku dikelompokkan menurut ketebalan kayu pada lamina penyusun di bagian core. Rumus yang digunakan untuk menghitung beban ijin pada sambungan tampang dua PKKI Pasal 15 ayat 3 sebagai berikut : 11 ̅ ̅ Dimana S : Gaya yang diijinkan per paku kg b : Tebal kayu cm d : Diameter paku cm ̅ : Tegangan ijin desak kayu kgcm 2 Kekuatan Geser Paku Contoh uji pada kekuatan geser paku berukuran 6x8x5 cm dengan jumlah paku 2 buah, diuji dengan arah beban tegak lurus terhadap sumbu memanjang paku. Kekuatan geser paku dihitung pada sesaran 1,5 mm dan 5 mm saat contoh uji ditekan lalu dibagi 4 kali penampang luas paku dengan rumus : 15 cm 100 cm Keterangan : 1. Contoh uji MOE MOR 76 cm x 15 cm x 5 cm 2. Contoh uji kerapatan dan kadar air 5 cm x 5 cm x 5 cm 3. Contoh uji penyusutan dan pengembangan volume 5 cm x 5 cm x 5 cm 4. Contoh uji kekuatan lateral paku dan kekuatan geser paku 6 cm x 8 cm x 5 cm Gambar 4. Pola pemotongan contoh uji Cross Laminated Timber

3.5 Prosedur Analisis Data

Proses pengolahan data dilakukan dengan Microsoft Excel 2007 dan SAS 9.1.3, dengan metode Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 2 faktor perlakuan yaitu faktor A adalah kombinasi ketebalan A 1 = 1-3-1 cm, A 2 = 2-1-2 cm, A 3 = 1.67-1.67-1.67 cm dan faktor B yaitu orientasi sudut lamina tengah B 1 =0 o , B 2 =30 o , B 3 =45 o , B 4 =60 o , B 5 =90 o . Uji lanjut yang digunakan adalah uji Duncan. Model rancangan percobaannya sebagai berikut: Yijk = µ + Ai + Bj + ABij + εijk Dimana : Yijk = Nilai pengamatan pada bilangan ke-k yang disebabkan oleh taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B µ = Nilai rata-rata sebenarnya 12 Ai = Nilai pengaruh kombinasi ketebalan lamina pada taraf ke-i Bj = Nilai pengaruh orientasi sudut lamina pada taraf ke-j ABij = Nilai pengaruh interaksi antar faktor A kombinasi ketebalan lamina pada taraf ke-i 1-3-1 cm, 2-1-2 cm, dan 1,67-1,67-1,67 cm dan faktor B orientasi sudut lamina pada taraf ke-j 0°,30°,45°,60°,90° εijk = Nilai galatkesalahan percobaan. k = Ulangan Uji lanjut menggunakan uji Duncan. Apabila pengaruh faktor utama dan interaksi antar faktor utama nyata pada tingkat kepercayaan 95, maka pengolahan dan analisis data dilanjutkan dengan menggunakan uji Duncan. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Fisis Secara keseluruhan hasil rata-rata nilai kerapatan KR, kadar air KA, pengembangan volume PV, dan penyusutan volume SV Cross Laminated Timber kayu Jabon masing-masing adalah 0,4 gcm 3 , 15,65 , 3,89, dan 5,12 . Data hasil pengujian sifat fisis selengkapnya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data pengujian sifat fisis Cross Laminated Timber kayu jabon No Contoh Uji KR KA PV SV gcm³ Kontrol 0,30 14,46 3,51 3,48 1 A 1 B 1 0,37 18,15 4,69 7,53 2 A 1 B 2 0,40 16,08 4,14 5,94 3 A 1 B 3 0,37 16,09 3,87 5,62 4 A 1 B 4 0,37 14,80 3,57 5,46 5 A 1 B 5 0,41 12,88 3,33 4,16 6 A 2 B 1 0,34 14,64 4,55 6,30 7 A 2 B 2 0,37 18,25 4,29 4,59 8 A 2 B 3 0,33 16,44 4,25 3,92 9 A 2 B 4 0,35 16,22 4,14 3,67 10 A 2 B 5 0,34 15,62 3,79 3,61 11 A 3 B 1 0,51 14,85 4,83 8,01 12 A 3 B 2 0,47 13,18 3,99 6,71 13 A 3 B 3 0,46 17,56 3,11 4,50 14 A 3 B 4 0,42 15,84 3,02 3,41 15 A 3 B 5 0,41 14,17 2,82 3,31 Rata-rata 0,40 15,65 3,89 5,12 Standar 0,03 1.61 0,62 1,52 Deviasi 13

4.1.2 Sifat Mekanis

Sifat mekanis yang diujikan dalam penelitian ini diantaranya adalah MOE, MOR, kekuatan lateral paku, dan kekuatan geser paku. Berikut di bawah ini adalah tabel hasil pengujian sifat mekanis. Tabel 2. Data pengujian sifat mekanis Cross Laminated Timber kayu jabon No Contoh Uji MOE MOR Kekuatan Lateral Geser Paku Paku kg kgcm² kgcm² kgcm² 1,5 mm 5 mm 1,5 mm 5 mm Kontrol 28715 276 – – – – 1 A 1 B 1 10500 164 3 97 26 848 2 A 1 B 2 9441 163 1 75 12 657 3 A 1 B 3 8645 115 3 93 28 815 4 A 1 B 4 8476 115 6. 108 56 917 5 A 1 B 5 7557 114 2 99 23 868 6 A 2 B 1 12121 218 1 113 9 990 7 A 2 B 2 9853 188 3 91 28 792 8 A 2 B 3 9836 154 9 80 83 701 9 A 2 B 4 8721 148 27 97 239 850 10 A 2 B 5 8709 142 20 66 177 577 11 A 3 B 1 9951 255 17 109 151 951 12 A 3 B 2 8897 254 3 128 27 1118 13 A 3 B 3 8621 236 3 152 30 1328 14 A 3 B 4 8496 211 37 156 327 1366 15 A 3 B 5 8216 193 31 85 274 740 Rata-rata 9203 178 11 103 99 901 Standar 1120 48 12 25 106 225 Deviasi Tabel 3. Analisis keragaman sifat fisis dan mekanis Cross Laminated Timber kayu jabon. Sumber Kombinasi Panel Orientasi Sudut Interaksi Keduanya Keragaman Kerapatan 0,0001 0,0414 0,0086 Kadar Air 0,0395 0,0018 0,0019 Pengembangan 0,0001 0,0001 0,0097 Volume Susut volume 0,0267 0,0001 0,5504 tn MOE 0,0001 0,0001 0,0001 MOR 0,0001 0,0001 0,0001 KLP sesaran 1,5 mm 0,0015 0,0001 0,0118 KLP sesaran 5 mm 0,0001 0,0001 0,0001 KGP sesaran 1,5 mm 0,0012 0,0001 0,0081 KGP sesaran 5 mm 0,0001 0,0001 0,0001 KLP : kekuatan lateral paku, KGP : kekuatan geser paku, : berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 , tn : tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 . 14

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kerapatan

Nilai kerapatan rata-rata Cross Laminated Timber kayu jabon yang didapat adalah 0,4 gcm³ dan kerapatan kontrol adalah sebesar 0,3 gcm³ Tabel 1. Analisis keragaman Tabel 3 memperlihatkan bahwa kombinasi ketebalan, orientasi sudut, dan interaksi keduanya memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kerapatan Cross Laminated Timber selang kepercayaan 95. Bebeda dengan penelitian Apriliana 2012 yang menyebutkan bahwa kombinasi ketebalan dan orientasi sudut tidak berpengaruh terhadap nilai kerapatan panel. Hasil uji lanjut Duncan memperlihatkan interaksi kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina pada nilai kadar air menunjukan bahwa panel A 3 B 1, A 3 B 2 , dan A 3 B 3 mempunyai nilai kerapatan paling tinggi masing-masing sebesar 0,51gcm³, 0,47 gcm³, dan 0,46 gcm³. Pola sebaran nilai interaksi kombinasi ketebalan dengan orientasi sudut masih sangat beragam, namun untuk kombinasi tebal A 3 1,67-1,67-1,67 cm memiliki hasil yang menunjukan bahwa semakin kecil orientasi sudut panel maka nilai kerapatannya akan semakin besar Gambar 5. Gambar 5. Pola sebaran nilai kerapatan Cross Laminated Timber menurut kombinasi tebal dan orientasi sudut lamina

4.2.2 Kadar Air

Hasil penelitian menunjukan rataan kadar air Cross Laminated Timber kayu jabon berkisar antara 12,88 hingga 18,25. Rata-rata nilai kadar air CLT dan papan kontrol masing-masing sebesar 15,65 dan 14,46. Hasil penelitian sesuai dengan kisaran besarnya nilai kadar air kering udara untuk iklim Indonesia yaitu sebesar 12-20 Praptoyo 2010. Analisis keragaman Tabel 3 menunjukan bahwa kombinasi ketebalan panel, orientasi sudut, dan interaksi antara kombinasi ketebalan dengan orientasi sudut memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air Cross Laminated Timber pada selang kepercayaan 95. Pola sebaran dari interaksi tersebut ditunjukan pada Gambar 6. 15 Hasil uji lanjut Duncan memperlihatkan interaksi kombinasi ketebalan dan orientasi sudut pada nilai kadar air menunjukan bahwa panel A 2 B 2 , A 1 B 1 , dan A 3 B 3 mempunyai nilai kadar air paling tinggi masing-masing sebesar 18,25, 18,15, dan 17,56 dan berbeda nyata terhadap kadar air panel lainnya. Persebaran nilai kadar air panel Gambar 5 menunjukan bahwa nilai kadar air akan semakin besar pada orientasi sudut yang semakin kecil, namun kecendrungan berbeda pada kombinasi panel A 2 B 1 , A 3 B 1 , dan A 3 B 2 . Perbedaan persebaran nilai tersebut dapat disebabkan oleh tebal lamina penyusun panel berbeda satu dengan lainnya juga pengaruh letak lamina pada batang pohon sehingga lamina-lamina tersebut sebelum disambung masih memiliki kadar air yang beragam Perdana 2012. Gambar 6. Pola sebaran nilai kadar air Cross Laminated Timber menurut kombinasi tebal dan orientasi sudut lamina

4.2.3 Pengembangan Volume

Nilai rata-rata hasil pengujian pengembangan volume Cross Laminated Timber kayu jabon berkisar antara 2,82 hingga 4,83 dan rata-rata sebesar 3,89, sedangkan pengembangan volume untuk papan kontrol sebesar 3,51 Tabel 1. Analisis keragaman Tabel 3 menunjukan bahwa kombinasi ketebalan, orientasi sudut, serta interaksi antara kombinasi ketebalan dengan orientasi sudut berpengaruh nyata terhadap pengembangan volume pada selang kepercayaan 95. Pola sebaran pengembangan volume menurut interaksi kombinasi ketebalan dan orientasi sudut disajikan pada Gambar 6. Hasil uji lanjut Duncan menunjukan nilai pengembangan volume kombinasi A 3 B 1 , A 1 B 1 , A 2 B 1 memiliki nilai pengembangan volume relatif sama tetapi lebih tinggi yaitu masing-masing sebesar 4,83, 4,69, dan 4,55. Nilai pengembangan volume paling rendah terdapat pada panel kombinasi A 3 B 5 2.82. Fakta tersebut sesuai dengan penelitian Anggraini 2012 yang menyatakan bahwa panel CLT dari kayu Jabon dengan menggunakan perekat isosianat yang dihasilkan memberikan dimensi yang lebih stabil pada orientasi sudut 90°. Artinya semakin besar sudut maka semakin kecil pula nilai pengembangan volumenya. 16 Gambar 7. Pola sebaran nilai pengembangan volume menurut kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina

4.2.4 Penyusutan Volume

Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata nilai penyusutan volume Cross Laminated Timber berkisar antara 3,31 hinga 8,01 dengan rata-rata 5,12 dan kontrol sebesar 3,48. Analisis keragaman Tabel 3 menunjukan bahwa pada selang kepercayaan 95 kombinasi ketebalan dan orientasi sudut memberikan pengaruh yang nyata terhadap penyusutan volume sedangkan interaksi kombinasi ketebalan dengan orientasi sudut tidak memberikan pengaruh nyata. Hal ini diduga karena lamina yang disusun menjadi Cross Laminated Timber tidak seragam nilai berat jenisnya. Pola sebaran nilai penyusutan volume menurut interaksi kombinasi ketebalan dan orientasi sudut disajikan pada Gambar 8. Hasil uji lanjut nilai penyusutan volume berdasarkan orientasi menunjukan orientasi sudut 45°, 60°, dan 90° memiliki nilai yang seragam dan berbeda dengan orientasi sudut 0° dan 30°. Jika dilihat nilai terkecil dari penyusutan volume ini, telah sesuai dengan penelitian Anggraini 2012 yang menyatakan bahwa panel CLT dari kayu Jabon menggunakan perekat isosianat yang dihasilkan memberikan dimensi yang lebih stabil pada orientasi sudut 90°. Hasil rata-rata penyusutan panel berdasarkan orientasi sudut menunjukan bahwa panel dengan orientasi sudut 90° memiliki nilai penyusutan volume sebesar 3,69 merupakan nilai terkecil. Karena terdapat kecenderungan semakin besar sudut maka nilai kembang susut stabilitas dimensi akan semakin kecil. Ini juga sesuai dengan analisisa dasar yang menyebutkan semakin besar sudut orientasi maka kembang atau susut volume akan semakin kecil. Hal tersebut dikarenakan terjadinya tarik menarik antar serat yang memiliki arah berlawanan sehingga dimensi panel memiliki kestabilan paling baik.