Sifat Mekanis Hasil .1 Sifat Fisis

17 1 2 3 4 5 6 7 A1 A2 A3 Kontrol S u su t Vo lu m e Kombinasi Tebal 1 2 3 4 5 6 7 8 S u su t Vo lu m e Orientasi Sudut a b Gambar 8. Pola sebaran nilai penyusutan volume menurut kombinasi tebal lamina a dan orientasi sudut lamina b

4.2.5 Modulus of Elasticity MOE

Rataan kekakuan lentur panel Cross Laminated Timber kayu jabon MOE berkisar antara 8476 kgcm² hingga 12121 kgcm². Sedangkan untuk nilai kontrol jauh lebih tinggi yaitu sebesar 28715 kgcm². Analisis keragaman Tabel 3 menunjukan bahwa kombinasi ketebalan, orientasi sudut, dan interaksi keduanya memberikan pengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 terhadap nilai MOE. Pola sebaran nilai MOE CLT kayu jabon berdasarkan kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina disajikan pada Gambar 9. Haygreen dan Bowyer 1986 menjelaskan bahwa tegangan maksimum terjadi pada permukaan atas dan bawah balok lentur. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada kombinasi ketebalan A 2 2-1-2 cm memiliki nilai MOE yang paling besar daripada yang lainnya. Dan yang paling rendah nilai MOE adalah kombinasi ketebalan A 1 1-3-1 cm. Hal tersebut dapat disebabkan pada saat dilakukan pembebanan terpusat, lapisan atas lamina akan mengalami gaya tekan maksimum dan lapisan bawah lamina akan mengalami gaya tarik maksimum sehingga bagian dari struktur panel yang paling mempengaruhi nilai modulus elastisitasnya adalah lamina sejajar atas-bawah. Secara umum rata-rata nilai MOE CLT kayu jabon hanya 32 dari nilai MOE kayu kontrol. Kekauan dari panel CLT kayu jabon menggunakan paku masih rendah. Sehingga peran paku sebagai pengganti perekat belum optimal. Karena pada penyusunan panel CLT menggunakan paku terdapat beberapa celah pada bagian papan diantara paku yang menyebabkan kerusakan lebih cepat saat pengujian. Tidak seperti sambungan dengan perekat yang pelaburannya merata disetiap lamina sehingga kekakuan panel yang dihasilkan lebih baik. Menurut Yap 1999 Efisiensi kekakuan sambungan paku sebesar 50 sedangkan perekat sebesar 100 . 18 Rata-rata 178 Kgcm² Gambar 9. Pola sebaran nilai MOE Cross Laminated Timber berdasarkan kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina

4.2.6 Modulus of Rupture MOR

Hasil penelitian menunjukan nilai MOR Cross Laminated Timber secara keseluruhan berkisar antara 114 kgcm² hingga 255 kgcm², sedangkan untuk kontrol sebesar 276 kgcm². Hasil analisis keragaman Tabel 3 menunjukan bahwa kombinasi ketebalan, orientasi sudut, serta interaksi keduanya memberikan pengaruh nyata terahdap nilai MOR pada selang kepercayaan 95. Hasil uji lanjut memperlihatkan bahwa kombinasi A 3 B 1 dan A 3 B 2 memiliki nilai MOR paling tinggi yaitu masing-masing sebesar 255 kgcm² dan 254 kgcm² yang berbeda nyata dengan yang lainnya. Kombinasi A 1 B 5 memiliki nilai MOR paling rendah yaitu masing-masing 114 kgcm². Hasil rata-rata nilai MOR menurut kombinasi ketebalan lamina menunjukan kombinasi A 3 memiliki nilai yang terbesar dan berbeda nyata terhadap yang lainnya. Ini dapat disebabkan karena pengaruh nilai kerapatan kayu yang menyebutkan bahwa kombinasi A 3 memiliki nilai terbesar, sehingga nilai MOR dengan kerapatan berbanding lurus. Selain itu perlakuan kombinasi dengan tebal lamina yang seragam dapat menahan gaya tekan, gaya tarik, dan gaya geser menjadi lebih optimal, ini disebabkan pendistribusian beban dalam menahan gaya seimbang pada tiap lapisan karena lamina penyusunnya memiliki tebal yang sama. Ada kecenderungan semakin kecil orientasi sudut lamina tengah semakin sejajar maka nilai MOR akan semakin besar, sebaliknya semakin besar orientasi sudut lamina maka nilai MOR semakin kecil. Gambar 10. Pola sebaran nilai MOR Cross Laminated Timber berdasarkan interaksi kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina