Latar Belakang Perumusan Masalah

5 Fungsi alat sambung adalah mengalihkan dan menahan gaya-gaya yang terjadi dari elemen batang yang satu kepada elemen batang lain yang akan disambung. Macam gaya yang terjadi dan macam alat sambung yang biasanya dipakai untuk menahan yaitu, gaya geser adalah perekat, baut, paku, dan pasak kayu, untuk lentur memakai baut, paku, dan pasak, dan sedangkan jungkit menggunakan pasak Yap 1999.

2.4 Sambungan Paku

Sambungan paku merupakan jenis sambungan titik buhul, yaitu sambungan untuk merangkai buhul atau simpul struktur. Menurut Yap 1999 beberapa keuntungan menggunakan sambungan paku, diantaranya : 1. Effisiensi kekakuan sambungan cukup besar efisiensi kekakuan sambungan perekat sekitar 100 , pasak 60 , paku 50 , dan baut 30 . 2. Perlemahan relatif kecil sekitar 10 dan dapat diabaikan. 3. Kekuatan sambungan tidak tergantung arah serat, dan pengaruh cacat kayu kurang. 4. Beban pada penampang lebih merata. 5. Struktur lebih kaku. 6. Dapat dikerjakan relatif lebih cepat. 7. Tidak membutuhklan tenaga ahli. 8. Harga paku relatif murah. 3 METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Penelitian

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu jabon Anthocepalus cadamba Miq dengan umur 5 tahun dalam bentuk papan yang berasal dari daerah Cianjur, Jawa Barat dan paku dengan panjang 5 cm dan diameter 2,7 mm.

3.2 Alat Penelitian

Alat yang digunakan antara lain palu, bor, moisture meter, gergaji mesin circular saw, mesin serut planner, mesin amplas, penggaris, spidol, kaliper, deflektometer, timbangan digital, ember, air, oven, dan desikator. Peralatan utama penelitian adalah UTM Universal Testing Machine merk Instron tipe 3369 Series IX Version 8.27.00 kapasitas 5 ton yang digunakan untuk pengujian lentur statis. 6

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Bahan pada Bagian Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu dan Laboratorium Pengerjaan Kayu pada Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Kampus IPB Bogor dari bulan Juli hingga November 2012. 3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pembuatan dan Pengeringan Papan Lamina Papan-papan lamina kayu jabon dikeringkan secara alami dan dibantu dengan pengipasan selama ± 2 bulan atau sampai mencapai kadar air kering udara sekitar ± 12-18. Kemudian digergaji dan diserut menjadi papan-papan lamina dengan ketebalan diinginkan, yaitu 1,00 cm, 1,67 cm, 2,00 cm, dan 3,00 cm; dengan lebar 15 cm; dan panjang 100 cm.

3.4.2 Pemilahan Lamina

Pemilahan lamina dilakukan dengan menggunakan metode pemeriksaan secara visual dan berdasarkan nilai modulus of elasticitynya MOE yang dilakukan dengan cara pengujian sistem non destructive test menggunakan metode pemilahan elastisitas kayu konvensional dengan deflektometer Gambar 1. Papan lamina yang diuji hanya papan dengan tebal 1 cm dan 1,67 cm karena untuk menentukan penempatan papan sebagai lapisan core atau face dan back. Untuk papan lamina dengan tebal 2 cm dan 3 cm tidak perlu diuji karena penempatan lamina pada lapisan panel sudah pasti, yaitu papan 3 cm sebagai core dan papan 2 cm sebagai face dan back. Gambar 1. Pemilahan lamina dengan deflektometer Lamina-lamina dengan nilai MOE paling tinggi dipisahkan untuk disusun pada bagian face dan back Cross Laminated Timber pada ketebalan lamina 1 cm dan 1,67 cm. Sedangkan untuk lamina-lamina memiliki nilai MOE lebih rendah disusun pada bagian core. Lamina yang disusun pada bagian core ini dipotong