18
Rata-rata 178 Kgcm²
Gambar 9. Pola sebaran nilai MOE Cross Laminated Timber berdasarkan kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina
4.2.6 Modulus of Rupture MOR
Hasil penelitian menunjukan nilai MOR Cross Laminated Timber secara keseluruhan berkisar antara 114 kgcm² hingga 255 kgcm², sedangkan untuk
kontrol sebesar 276 kgcm². Hasil analisis keragaman Tabel 3 menunjukan bahwa kombinasi ketebalan, orientasi sudut, serta interaksi keduanya memberikan
pengaruh nyata terahdap nilai MOR pada selang kepercayaan 95.
Hasil uji lanjut memperlihatkan bahwa kombinasi A
3
B
1
dan A
3
B
2
memiliki nilai MOR paling tinggi yaitu masing-masing sebesar 255 kgcm² dan 254 kgcm²
yang berbeda nyata dengan yang lainnya. Kombinasi A
1
B
5
memiliki nilai MOR paling rendah yaitu masing-masing 114 kgcm². Hasil rata-rata nilai MOR
menurut kombinasi ketebalan lamina menunjukan kombinasi A
3
memiliki nilai yang terbesar dan berbeda nyata terhadap yang lainnya. Ini dapat disebabkan
karena pengaruh nilai kerapatan kayu yang menyebutkan bahwa kombinasi A
3
memiliki nilai terbesar, sehingga nilai MOR dengan kerapatan berbanding lurus. Selain itu perlakuan kombinasi dengan tebal lamina yang seragam dapat menahan
gaya tekan, gaya tarik, dan gaya geser menjadi lebih optimal, ini disebabkan pendistribusian beban dalam menahan gaya seimbang pada tiap lapisan karena
lamina penyusunnya memiliki tebal yang sama. Ada kecenderungan semakin kecil orientasi sudut lamina tengah semakin sejajar maka nilai MOR akan semakin
besar, sebaliknya semakin besar orientasi sudut lamina maka nilai MOR semakin kecil.
Gambar 10. Pola sebaran nilai MOR Cross Laminated Timber berdasarkan interaksi kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina
19
10 20
30 40
50 60
A1 B
1 A1B
2 A1B
3 A1B
4 A1B
5 A2B
1 A2B
2 A2B
3 A2B
4 A2B
5 A3
B 1
A3B 2
A3B 3
A3B 4
A3B 5
K e
ku atan
Lat e
ral Paku
kg
Kombinasi Panel
Kekuatan Lateral Paku Kg 1.5 mm Kekuatan Lateral Paku Kg 5 mm
4.2.7 Kekuatan Lateral Paku
Sesaran yang dipakai untuk pengujian kekuatan lateral paku dan kekuatan geser paku adalah sesaran 1,5 mm dan 5 mm. Displacement atau sesaran tersebut
ditetapkan berdasarkan standar yang berlaku di Indonesia yaitu sesaran 1,5 mm PKKI-61 dan sesaran 5 mm yang merupakan batas yang diduga sambungan
paku telah mengalami kerusakan atau berada di zona inelastic nonlinier Sadiyo et al., 2009.
Hasil penelitian menunjukan nilai kekuatan lateral paku pada sesaran 1,5 mm berkisar antara 1 kg sampai 37 kg dan rata-rata sebesar 11 kg. Hasil uji lanjut
menunjukan bahwa kombinasi A
3
B
4
37 kg dan A
3
B
5
31 kg memiliki nilai paling besar dan berbeda nyata dengan yang lainnya. Sedangkan nilai paling
rendah terdapat pada kombinasi A
1
B
2
dan A
2
B
1
dengan masing-masing nilai 1 kg. Nilai kekuatan lateral paku pada sesaran 1,5 mm dan 5 mm ini nilainya masih
sangat beragam. Ini disebabkan karena terjadi kerusakan fracture pada paku sehingga berbentuk agak bergelombang dan posisi paku pada setiap contoh uji
tidak lurus dengan seragam.
Untuk hasil kekuatan lateral paku pada saat sesaran 5 mm dikonversi menjadi beban ijin dengan membagi dua kekuatan lateral paku dengan faktor
keamanan 2,75 Yap 1999. Hasil yang diperoleh untuk nilai rata-rata pada panel A
1
sebesar 34 kg, A
2
sebesar 32 kg, dan A
3
sebesar 45 kg. Jika dibandingkan dengan PKKI 1961 untuk kekuatan ijin paku tampang dua yaitu 51 kg untuk tebal
kayu 3 cm, 27 kg untuk tebal kayu 1 cm, dan 45 kg untuk tebal kayu 1,67 cm, maka diihat dari nilai rata-rata kekuatan lateral paku hasil penelitian hanya panel
kombinasi A
1
1-3-1 cm yang berada dibawah batas aman.
Gambar 11. Pola sebaran nilai kekuatan lateral paku pada sesaran 1,5 mm dan 5 mm berdasarkan kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina
Beban ijin paku: 51 kg PKKI 1961 untuk tebal
kayu 3 cm
Beban ijin paku:45 kg PKKI 1961 untuk tebal kayu 1,67
cm Beban ijin paku: 27 kg
PKKI 1961 untuk tebal kayu 1
cm