sebesar 94.540.326 juta rupiah dan mengalami peningkatan sebesar 127.726.309 juta rupiah pada tahun 2001 yang merupakan awal pelaksanaan desentralisasi
fiskal. Pada tahun 2001, pendapatan daerah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, yaitu sebesar 35,10 persen. Sejak tahun 2001, total pendapatan daerah Kota
Magelang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Total pendapatan daerah yang diperoleh Kota Magelang pada tahun 2002 sebesar 142.785.898 juta rupiah dan
terus meningkat hingga sebesar 446.058.141 juta rupiah pada tahun 2011.
5.2.1. Perkembangan Komponen Pendapatan Daerah Kota Magelang
Struktur APBD Kota Magelang terdiri atas dua bagian, yaitu : pendapatan daerah dan pengeluaran daerah. Berbagai sumber pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang tercantum dalam pendapatan daerah, antara lain : sisa lebih APBD tahun lalu, Pendapatan Asli Daerah PAD, dana perimbangan dan
pendapatan lainnya yang sah. PAD merupakan pendapatan yang diperoleh daerah berdasarkan sumber-sumber yang terdapat di wilayahnya. Komponen PAD terdiri
dari pajak daerah, retribusi daerah dan laba usaha daerah. Dana perimbangan adalah pendapatan daerah yang berasal dari APBN,
terdiri dari dana bagi hasil dan dana transfer. Dana bagi hasil tersebut terdiri dari dana bagi hasil pajak dan bukan pajak. Sedangkan dana transfer terdiri dari dana
alokasi umum dan dana alokasi khusus. Berdasarkan Gambar 5.14, komponen pendapatan daerah yang terdiri dari
PAD dan dana bagi hasil selama tahun 1995 hingga 2011 rata-rata mengalami peningkatan setiap tahunnya, terutama sejak diberlakukannya desentralisasi fiskal.
Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan desentralisasi fiskal telah mendorong pendapatan daerah Kota Magelang.
Sumber : BPS Kota Magelang, 1995-2011 diolah
Gambar 5.14. Perkembangan Komponen Pendapatan Daerah Kota Magelang Tahun 1995-2011
Salah satu sumber pendapatan untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah PAD. Jumlah PAD sepanjang tahun 1995 hingga 2011 mengalami
fluktuasi. Pada tahun 1995, PAD Kota Magelang sebesar 4.023.307 juta rupiah dan terus meningkat hingga sebesar 25.187.189 juta rupiah pada tahun 1999.
Sejak tahun 2001, jumlah PAD Kota Magelang mengalami peningkatan yaitu sebesar 12.311.343 juta rupiah. Sepanjang tahun 2006 hingga 2008 PAD Kota
Magelang mengalami penurunan, yaitu sebesar 25.740.227 juta rupiah pada tahun 2006 hingga sebesar 20.788.699 juta rupiah pada tahun 2008 tetapi rata-rata
cenderung meningkat hingga tahun 2011 yaitu sebesar 63.557.702 juta rupiah. Komponen PAD, baik sebelum atau selama penetapan desentralisasi fiskal,
tidak mengalami banyak perubahan. PAD terdiri dari empat komponen, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah dan lain-lain PAD yang
sah hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penjualan kendaraan bermotor, penjualan milik daerah lainnya dan jasa giro. Sepanjang tahun 1995
hingga 2011, pendapatan asli daerah PAD yang bersumber dari pajak
10000000 20000000
30000000 40000000
50000000 60000000
70000000
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
20 09
20 10
20 11
Ju ta
R u
p ia
h
PAD SHR
mengalami peningkatan setiap tahunnya, sedangkan retribusi daerah dan bagian laba usaha daerah mengalami fluktuasi Gambar 5.15.
Sumber : BPS Kota Magelang, 1995-2011 diolah
Gambar 5.15. Perkembangan Komponen Pendapatan Asli Daerah Kota Magelang Tahun 1995-2011
Pelaksanaan desentralisasi fiskal mendorong pemerintah daerah memanfaatkan kewenangan yang dimilikinya untuk menggali potensi daerah
dalam bentuk pajak dan retribusi daerah. Pemerintah daerah memiliki keleluasaan dalam menentukan jenis dan besarnya pungutan pajak dan retribusi daerah serta
mengelola perusahaan daerah. Kewenangan dalam menentukan jenis dan besarnya pungutan pajak dan retribusi daerah ini diharapkan tidak menimbulkan biaya
ekonomi tinggi yang berdampak pada perekonomian daerah. Pemerintah Kota Magelang sejak pelaksanaan desentralisasi fiskal melaksanakan pemungutan
terhadap enam jenis pajak, yaitu pajak penerangan jalan, pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, pajak parkir dan pajak hiburan. Di sisi lain, pungutan
retribusi daerah dilakukan terhadap 30 tiga puluh jenis retribusi. Di sisi lain, kontribusi bagian laba usaha daerah memberikan kontribusi
paling rendah terhadap PAD. Hal ini menunjukkan bahwa kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah pada masa desentralisasi fiskal telah
5000000 10000000
15000000 20000000
25000000 30000000
35000000 40000000
45000000 50000000
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
20 09
20 10
20 11
Ju ta
R u
p ia
h
Pajak Retribusi
Laba BUMD
mendorong peningkatan PAD yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah akan tetapi pemerintah Kota Magelang masih belum
berhasil meningkatkan pendapatannya yang bersumber dari laba usaha daerah. Rendahnya pendapatan yang bersumber dari laba bersih usaha daerah disebabkan
oleh skala usaha dari perusahaan daerah yang relatif kecil, pengelolaan perusahaan daerah yang dinilai kurang efektif dan efisien serta prioritas
pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat sehingga kontribusinya terhadap PAD relatif rendah.
Komponen kedua dari total pendapatan daerah menurut APBD adalah dana perimbangan. Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang
berasal dari APBN untuk pelaksanaan pemerintahan daerah yang terdiri dari dana bagi hasil dan dana transfer. Dana bagi hasil merupakan alokasi yang berdasarkan
potensi daerah penghasil sedangkan dana transfer merupakan dana yang ditansfer oleh pemerintah pusat yang bertujuan untuk pemerataan keuangan antar daerah.
Faktor yang mempengaruhi besarnya dana transfer yang diperoleh suatu daerah adalah potensi daerah yang rendah serta kebutuhan daerah yang besar.
Perkembangan dana bagi hasil dan dana transfer yang diperoleh Kota Magelang pada masa sebelum dan selama desentralisasi fiskal mengalami
fluktuasi sepanjang tahun 1995 hingga 2011. Pendapatan dana bagi hasil tahun 1995 sebesar 15.371.624 juta rupiah dan meningkat sebesar 26.687.176 juta
rupiah pada tahun 2011. Dana transfer yang diperoleh Kota Magelang pada tahun 1995 sebesar 45.067.664 juta rupiah dan terus meningkat hingga sebesar
335.047.296 juta rupiah pada tahun 2011.
Pelaksanaan desentralisasi fiskal menyebabkan beban pengeluaran pemerintah daerah semakin meningkat. Hal ini terjadi karena adanya pelimpahan
pegawai dari Departemen dan kantor wilayah yang beralih status menjadi pegawai Pemerintah Kota Magelang akibat adanya kebijakan pemerintah pusat dan
pemberlakuan desentralisasi fiskal serta adanya kebijakan kenaikan gaji pegawai negeri sipil PNS melalui Keppres Nomor 64 Tahun 2001 tentang gaji pokok
PNS. Pelimpahan pegawai ini menyebabkan pengeluaran pemerintah daerah meningkat pesat, oleh karena itu pemerintah pusat meningkatkan alokasi dana
perimbangan dana alokasi umum kepada pemerintah daerah. Peningkatan dana transfer ini yang menyebabkan total pendapatan daerah pada masa desentralisasi
fiskal meningkat.
5.2.2. Tingkat Kemampuan Keuangan Derah Kota Magelang