Temanggung, Kota Magelang dan Kabupaten Magelang. Kondisi ini sangat menguntungkan Kota Magelang karena memudahkan jalur perhubungan dengan
kota-kota sekitarnya, seperti Yogyakarta, Semarang dan Solo. Selain itu juga, Kota Magelang terletak pada jalur transportasi perekonomian Pulau Jawa
sehingga Kota Magelang mempunyai peran penting bagi perekonomian untuk meningkatkan pendapatan daerah yang berpotensi untuk diteliti lebih lanjut.
Keberhasilan pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah seharusnya diimbangi oleh peningkatan kinerja ekonomi daerah untuk
membangun daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya yang bertempat tinggal dan bermatapencaharian di Kota Magelang. Upaya peningkatan
potensi keuangan daerah merupakan amanat UU Otonomi Daerah yang sangat terkait dengan kinerja ekonomi daerah. Oleh karena itu, pemerintah perlu
meningkatkan potensi keuangan dan kinerja ekonomi daerahnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Berdasarkan pemaparan diatas, maka akan
dilakukan penelitian yang lebih jauh mengenai “Dampak Penerapan Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Perekonomian dan Potensi Keuangan Kota Magelang”.
1.2. Perumusan Masalah
Implementasi kebijakan desentralisasi fiskal seharusnya memberikan perubahan dalam struktur keuangan daerah. Pelaksanaan desentralisasi fiskal
seharusnya dimanfaatkan oleh pemerintah Kota Magelang untuk meningkatkan pendapatan daerah. Setelah pelaksanaan desentralisasi fiskal, pendapatan daerah
Kota Magelang mengalami fluktuasi. Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa
total pendapatan daerah Kota Magelang mengalami fluktuasi dan paling rendah apabila dibandingkan dengan Kota Semarang, Kota Surakarta dan Kota Tegal.
Tabel 1.1. Pendapatan Daerah Kota Magelang, Kota Semarang, Kota Surakarta dan Kota Tegal Tahun 2001-2010 jutaan rupiah
Tahun Kota Magelang Kota Semarang
Kota Surakarta Kota Tegal
2001 130.926,32
448.627,50 216.027,25
228.508,78 2002
167.952,41 544.904,64
266.940,39 318.324,43
2003 178.643,72
637.999,64 356.483,58
245.408,38 2004
178.861,46 699.321,49
365.405,61 255.045,40
2005 192.088,70
790.214,16 373.629,93
261.568,92 2006
290.801,40 1.055.716,85
510.880,03 262.623,56
2007 325.829,69
1.164.934,58 601.429,87
262.907,68 2008
329.850,97 1.237.782,72
621.718,59 263.191,81
2009 375.119
1.369.671 772.784
390.650 2010
372.364 1.378.070
828.635 398.091
Sumber : BPS Pusat, 2001-2010
Berdasarkan Tabel 1.1, pendapatan daerah Kota Magelang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sejak tahun 2001 pendapatan daerah Kota Magelang
mengalami peningkatan sebesar 130.926,32 juta rupiah hingga tahun 2009 375.119 juta rupiah. Pendapatan daerah Kota Magelang mengalami penurunan
pada tahun 2010 sebesar 372.364 juta rupiah. Pendapatan daerah Kota Magelang paling rendah apabila dibandingkan dengan kota-kota yang berada di Provinsi
Jawa Tengah. Kota Semarang mempunyai pendapatan daerah paling tinggi yaitu sebesar 448.627,50 juta rupiah tahun 2001 yang terus meningkat hingga sebesar
1.378.070 juta rupiah tahun 2010. Setelah itu pendapatan daerah yang tinggi selain Kota Semarang yaitu Kota Surakarta dan Kota Tegal. Hal ini berarti bahwa
pemerintah daerah Kota Maeglang belum bisa mengelola potensi keuangan daerah secara optmial.
Potensi keuangan daerah sangat berkaitan erat dengan kinerja ekonomi daerah. Kinerja ekonomi daerah Kota Magelang dicerminkan oleh PDRB yang
terlihat pada PDRB perkapita. Tabel 1.2 menyajikan PDRB perkapita Kota Magelang dengan kota-kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah, yaitu: Kota
Semarang, Kota Surakarta dan Kota Tegal. Tabel 1.2. PDRB Perkapita Kota Magelang, Kota Semarang, Kota Surakarta dan
Kota Tegal Tahun 2001-2010 rupiah
Tahun Kota Magelang Kota Semarang Kota Surakarta
Kota Tegal
2001 6.189.546,51
9.934.529,18 5.690.706,35 3.177.538,12
2002 6.513.975,82
10.343.145,04 6.172.731,31 3.414.780,64
2003 7.049.757,23
10.826.285,84 7.093.055,05 3.727.893,76
2004 7.218.573,07
11.085.412,96 7.152.440,14 3.912.200,67
2005 7.488.622,11
11.503.021,77 7.220.682,75 4.087.745,14
2006 7.612.207,32
12.053.338,15 7.930.485,11 4.291.327,99
2007 7.828.477,85
12.516.956,47 8.351.806,79 4.502.553,60
2008 8.389.556,01
12.617.054,36 9.114.819,14 4.873.453,79
2009 8.827.159,92
13.121.875,16 9.650.133,95 5.115.163,45
2010 9.376.907,94
13.731.386,57 10.221.325,98 5.348.637,52
Sumber : BPS Jawa Tengah dan BPS Kota Magelang, 2001-2010
Berdasarkan Tabel 1.2, PDRB perkapita Kota Magelang mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu sebesar 6.189.546,51 rupiah pada tahun 2001
dan meningkat terus hingga tahun 2010 sebesar 9.376.907,94 rupiah, tetapi PDRB perkapita Kota Magelang perkembangannya relatif lebih rendah dan kecil
dibandingkan Kota Semarang dan Kota Surakarta. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka relevan dilakukan penelitian
mengenai “Dampak Penerapan Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Perekonomian dan Potensi Keuangan Kota Magelang”. Permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1 Bagaimana dampak desentralisasi fiskal dan faktor-faktor lainnya
terhadap kinerja perekonomian Kota Magelang? 2 Bagaimana dampak desentralisasi fiskal dan faktor-faktor lainnya
terhadap potensi keuangan daerah Kota Magelang?
1.3. Tujuan Penelitian