Perumusan Masalah PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Temanggung, Kota Magelang dan Kabupaten Magelang. Kondisi ini sangat menguntungkan Kota Magelang karena memudahkan jalur perhubungan dengan kota-kota sekitarnya, seperti Yogyakarta, Semarang dan Solo. Selain itu juga, Kota Magelang terletak pada jalur transportasi perekonomian Pulau Jawa sehingga Kota Magelang mempunyai peran penting bagi perekonomian untuk meningkatkan pendapatan daerah yang berpotensi untuk diteliti lebih lanjut. Keberhasilan pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah seharusnya diimbangi oleh peningkatan kinerja ekonomi daerah untuk membangun daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya yang bertempat tinggal dan bermatapencaharian di Kota Magelang. Upaya peningkatan potensi keuangan daerah merupakan amanat UU Otonomi Daerah yang sangat terkait dengan kinerja ekonomi daerah. Oleh karena itu, pemerintah perlu meningkatkan potensi keuangan dan kinerja ekonomi daerahnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Berdasarkan pemaparan diatas, maka akan dilakukan penelitian yang lebih jauh mengenai “Dampak Penerapan Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Perekonomian dan Potensi Keuangan Kota Magelang”.

1.2. Perumusan Masalah

Implementasi kebijakan desentralisasi fiskal seharusnya memberikan perubahan dalam struktur keuangan daerah. Pelaksanaan desentralisasi fiskal seharusnya dimanfaatkan oleh pemerintah Kota Magelang untuk meningkatkan pendapatan daerah. Setelah pelaksanaan desentralisasi fiskal, pendapatan daerah Kota Magelang mengalami fluktuasi. Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa total pendapatan daerah Kota Magelang mengalami fluktuasi dan paling rendah apabila dibandingkan dengan Kota Semarang, Kota Surakarta dan Kota Tegal. Tabel 1.1. Pendapatan Daerah Kota Magelang, Kota Semarang, Kota Surakarta dan Kota Tegal Tahun 2001-2010 jutaan rupiah Tahun Kota Magelang Kota Semarang Kota Surakarta Kota Tegal 2001 130.926,32 448.627,50 216.027,25 228.508,78 2002 167.952,41 544.904,64 266.940,39 318.324,43 2003 178.643,72 637.999,64 356.483,58 245.408,38 2004 178.861,46 699.321,49 365.405,61 255.045,40 2005 192.088,70 790.214,16 373.629,93 261.568,92 2006 290.801,40 1.055.716,85 510.880,03 262.623,56 2007 325.829,69 1.164.934,58 601.429,87 262.907,68 2008 329.850,97 1.237.782,72 621.718,59 263.191,81 2009 375.119 1.369.671 772.784 390.650 2010 372.364 1.378.070 828.635 398.091 Sumber : BPS Pusat, 2001-2010 Berdasarkan Tabel 1.1, pendapatan daerah Kota Magelang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sejak tahun 2001 pendapatan daerah Kota Magelang mengalami peningkatan sebesar 130.926,32 juta rupiah hingga tahun 2009 375.119 juta rupiah. Pendapatan daerah Kota Magelang mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar 372.364 juta rupiah. Pendapatan daerah Kota Magelang paling rendah apabila dibandingkan dengan kota-kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang mempunyai pendapatan daerah paling tinggi yaitu sebesar 448.627,50 juta rupiah tahun 2001 yang terus meningkat hingga sebesar 1.378.070 juta rupiah tahun 2010. Setelah itu pendapatan daerah yang tinggi selain Kota Semarang yaitu Kota Surakarta dan Kota Tegal. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah Kota Maeglang belum bisa mengelola potensi keuangan daerah secara optmial. Potensi keuangan daerah sangat berkaitan erat dengan kinerja ekonomi daerah. Kinerja ekonomi daerah Kota Magelang dicerminkan oleh PDRB yang terlihat pada PDRB perkapita. Tabel 1.2 menyajikan PDRB perkapita Kota Magelang dengan kota-kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah, yaitu: Kota Semarang, Kota Surakarta dan Kota Tegal. Tabel 1.2. PDRB Perkapita Kota Magelang, Kota Semarang, Kota Surakarta dan Kota Tegal Tahun 2001-2010 rupiah Tahun Kota Magelang Kota Semarang Kota Surakarta Kota Tegal 2001 6.189.546,51 9.934.529,18 5.690.706,35 3.177.538,12 2002 6.513.975,82 10.343.145,04 6.172.731,31 3.414.780,64 2003 7.049.757,23 10.826.285,84 7.093.055,05 3.727.893,76 2004 7.218.573,07 11.085.412,96 7.152.440,14 3.912.200,67 2005 7.488.622,11 11.503.021,77 7.220.682,75 4.087.745,14 2006 7.612.207,32 12.053.338,15 7.930.485,11 4.291.327,99 2007 7.828.477,85 12.516.956,47 8.351.806,79 4.502.553,60 2008 8.389.556,01 12.617.054,36 9.114.819,14 4.873.453,79 2009 8.827.159,92 13.121.875,16 9.650.133,95 5.115.163,45 2010 9.376.907,94 13.731.386,57 10.221.325,98 5.348.637,52 Sumber : BPS Jawa Tengah dan BPS Kota Magelang, 2001-2010 Berdasarkan Tabel 1.2, PDRB perkapita Kota Magelang mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu sebesar 6.189.546,51 rupiah pada tahun 2001 dan meningkat terus hingga tahun 2010 sebesar 9.376.907,94 rupiah, tetapi PDRB perkapita Kota Magelang perkembangannya relatif lebih rendah dan kecil dibandingkan Kota Semarang dan Kota Surakarta. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, maka relevan dilakukan penelitian mengenai “Dampak Penerapan Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Perekonomian dan Potensi Keuangan Kota Magelang”. Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1 Bagaimana dampak desentralisasi fiskal dan faktor-faktor lainnya terhadap kinerja perekonomian Kota Magelang? 2 Bagaimana dampak desentralisasi fiskal dan faktor-faktor lainnya terhadap potensi keuangan daerah Kota Magelang?

1.3. Tujuan Penelitian