Laba Perusahaan Daerah Potensi Keuangan Daerah

5.2.3.3. Laba Perusahaan Daerah

Kota Magelang memiliki dua perusahaan daerah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat pada umumnya. Perusahaan daerah yang dimiliki Kota Magelang antara lain : Peursahaan Daerah Air Minum PDAM dan Perusahaan Daerah Bank Pasar. Pengelolaan perusahaan daerah tersebut harus dilakukan secara efisien dan efektif untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Sumber : Dispenda Kota Magelang, 1995-2011 diolah Gambar 5.27. Perkembangan Laba Perusahaan Kota Magelang Tahun 1995-2011 Laba perusahaan daerah merupakan komponen PAD yang mengalami fluktuasi sepanjang tahun 1995 hingga 2011. Pada masa sebelum desentralisasi fiskal, laba perusahaan daerah mengalami penurunan yaitu sebesar 1.635.529 juta rupiah hingga 438.240 juta rupiah pada tahun 2000. Sedangkan pada masa desentralisasi fiskal laba perusahaan daerah mengalami peningkatan setiap tahunnya sepanjang tahun 2001 hingga 2011, yaitu berkisar antara 578.192 juta rupiah hingga 3.457.927 juta rupiah. Pada tahun 2005 terjadi peningkatan laba perusahaan daerah yang sangat pesat dan bahkan tiga kali lipat sebesar 2.919.858 juta rupiah dengan pertumbuhannya sebesar 258,82 persen. 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 Ju ta R u p ia h Dugaan persamaan laba bersih perusahaan daerah Kota Magelang dipengaruhi oleh pendapatan perkapita, konsumsi jasa publik perusahaan daerah, populasi dan tingkat suku bunga secara positif. Variabel pendapatan perkapita mencerminkan kemampuan membayar, penjualan konsumsi air minum sebagai proxy konsumsi jasa publik. Persamaan dugaan laba perusahaan daerah berdasarkan Tabel 5.10 menunjukkan bahwa laba perusahaan daerah secara signifikan dipengaruhi oleh dummy desentralisasi fiskal pada taraf nyata 10 persen. Tabel 5.7. Persamaan Dugaan Laba Perusahaan Deerah Variable Parameter Estimate Standard Error t Value Pr t Intercept -356,868 166,457 -2,14 0,0552 LN PDRBC -0,59784 2,957863 -0,2 0,8435 LN Jumlah Konsumsi Air Minum 9,382 6,27455 1,5 0,163 Suku Bunga -0,04144 0,101967 -0,41 0,6922 LN Jumlah Populasi 18,88426 10,64955 1,77 0,1038 Dummy desentralisasi Fiskal 3,294708 1,500047 2,2 0,05048 R-Square = 0,68293 Adj R-Sq = 0,53880 Durbin-Watson = 1,586555 Keterangan : nyata pada taraf 10 persen Pendapatan perkapita diduga berpengaruh positif terhadap penerimaan laba perusahaan daerah namun tidak nyata pada taraf 5 persen. Hal tersebut bisa disebabkan belum memanfaatkan semua pelayanan dan jasa yang disediakan oleh perusahaan daerah. Sebagai contoh, perusahaan daerah air minum PDAM hingga saat ini hanya mampu memberikan pelayanan kepada 47 persen masyarakat Kota Magelang. Hal ini berarti bahwa tingkah laku tidak berpengaruh sehingga pendapatan perkapita tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan daerah. Pernyataan ini diperkuat dengan pola hubungan antara laba perusahaan daerah dan pendapatan perkapita seperti digambarkan pada scatter plot dibawah ini: Sumber : Dispenda dan BPS Kota Magelang, 1995-2011 diolah Gambar 5.28. Pola Hubungan Laba Perusahaan Daerah PRFT dengan Pendapatan Perkapita PDRBC Jumlah konsumsi air minum diduga berpengaruh positif terhadap penerimaan laba perusahaan daerah namun tidak nyata pada taraf 5 persen. Hal ini diduga terjadi karena pelayanan air bersih yang dilakukan oleh PDAM di Kota Magelang belum maksimal untuk melayani kepentingan publik. Pola hubungan antara kedua varaiabel ini cenderung negatif yang tergambarkan pada scatter plot berikut ini : Sumber : Dispenda dan BPS Kota Magelang, 1995-2011 diolah Gambar 5.29. Pola Hubungan Laba Perusahaan Daerah PRFT dengan Jumlah Konsumis Air Minum WTRT PRFTT PD R B C T 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 Scatte rplot of PDRB CT vs PRFTT PRFTT W TR T 3 5 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 2 5 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 15000000 14000000 13000000 12000000 11000000 10000000 9000000 8000000 7000000 Scatte rplot of WTRT vs PRFTT Variabel suku bunga dan jumlah populasi tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan daerah. Hal ini diduga terjadi peningkatan jumlah populasi dan menurunnya suku bunga tidak mampu meningkatkan laba perusahaan daerah, sehingga skala usaha perusahaan daerah menjadi kurang efektif dan efisien karena biaya pengelolaan perusahaan daerah yang relatif lebih besar. Sedangkan variabel dummy desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan nyata pada taraf 10 persen. Artinya, penerapan desentralisasi fiskal berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan laba perusahaan daerah. Hal ini berarti pelaksanaan desentralisasi fiskal bisa memperbaiki dan pengelolaan perusahaan daerah untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat dan berkontribusi besar pada pendapatan asli daerah.

5.2.3.4. Dana Bagi Hasil