Retribusi Daerah Potensi Keuangan Daerah

5.2.3.2. Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan komponen kedua yang memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan asli daerah Kota Magelang. Pendapatan retribusi daerah Kota Magelang pada masa sebelum desentralisasi fiskal mengalami penurunan, yaitu berkisar antara 45.870.649 juta rupiah hingga 1.107.191 juta rupiah. Adanya penerapan desentralisasi fiskal pendapatan retribusi daerah Kota Magelang mengalami peningkatan sepanjang tahun 2001 sebesar 8.388.777 juta rupiah hingga tahun 2008 sebesar 21.927.862 juta rupiah. Pada tahun 2009, retribusi daerah mengalami penurunan yaitu sebesar 4.489.924 juta rupiah dengan pertumbuhan sebesar -79,52 persen tetapi, tahun berikutnya mengalami peningkatan dan pertumbuhannya rata-rata cenderung meningkat. Gambar 5.23 menyajikan perkembangan retribusi daerah Kota Magelang. Sumber : Dispenda Kota Magelang, 1995-2011 diolah. Gambar 5.23. Perkembangan Retribusi Daerah Kota Magelang Tahun 1995-2011 Untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi retribusi daerah, maka dirumuskan model dugaan retribusi daerah. Dugaan persamaan retribusi daerah didasarkan pada hipotesis bahwa penerimaan retribusi daerah diduga dipengaruhi oleh pendapatan perkapita, konsumsi jasa publik rekreasi, inflasi dan dummy 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 Ju ta R u p ia h desentralisasi fiskal yang memberikan pengaruh positif. Dalam hal ini, pendapatan perkapita menggambarkan kemampuan membayar masyarakat. Tabel 5.6. Persamaan Dugaan Retribusi Daerah Kota Magelang Keterangan : nyata pada taraf 5 persen nyata pada taraf 10 persen Potensi retribusi yang cukup besar di Kota Magelang adalah dari jasa pelayanan kesehatan baik oleh Rumah Sakit Umum maupun Puskesmas. Karena adanya keterbatasan data maka basis retribusi daerah yang dipakai dalam permodelan ini adalah jumlah pengunjung tempat rekreasi. Inflasi merupakan proxy faktor ekonomi eksternal sedangkan peubah dummy digunakan untuk membedakan kondisi sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal yang mungkin dapat mempengaruhi penerimaan retribusi daerah. Pendapatan perkapita memberikan pengaruh yang negatif dan nyata pada taraf 5 persen terhadap pendapatan retribusi daerah Kota Magelang. Nilai elastisitasnya sebesar -3,03 persen. Artinya apabila terjadi peningkatan pendapatan perkapita masyarakat sebesar satu persen maka penerimaan retribusi daerah akan menurun sebesar 3,03 persen ceteris paribus. Pernyataan ini didukung oleh pola hubungan antara pendapatan perkapita dengan retribusi daerah yang cenderung negatif seperti digambarkan pada scatter plot berikut ini: Variable Parameter Estimate Standard Error t Value Pr t Intercept 13,5017 4,808071 2,81 0,0158 LN PDRBC -3,03423 1,122452 -2,7 0,0192 Inflasi -0,0083 0,032347 -0,26 0,8019 LN Jumlah Wisatawan 0,79149 0,402091

1,97 0,0726

Dummy desentralisasi Fiskal 0,63068 1,212483 0,52 0,6124 R-Square = 0.52528 Adj R-Sq = 0.36704 Durbin-Watson = 1,844531 Sumber : Dispenda dan BPS Kota Magelang, 1995-2011 diolah Gambar 5.24. Pola Hubungan Retribusi Daerah NTAXT dengan Pendapatan perkapita PDRBCT Berdasarkan Gambar 5.24 menunjukkan pola hubungan antara retribusi daerah dan pendapatan perkapita yang cenderung ke arah negatif Pendapatan perkapita ini menggambarkan tingkat kemampuan masyarakat, sehingga apabila pendapatan perkapita semakin kecil maka kemampuan konsumsi jasa publik akan semakin kecil dan retribusi daerah akan mengalami penurunan. Inflasi diduga memberikan pengaruh yang negatif dan nyata pada taraf 5 persen. Hal ini berarti bahwa inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap retribusi daerah. Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat menurun sehingga retribusi daerah menurun secara riilnya karena adanya inflasi. Pola hubungan antara retribusi daerah dan inflasi yang cenderung negatif dan nyata secara statistik juga digambarkan dalam scatter plot berikut ini : Sumber : Dispenda dan BPS Kota Magelang, 1995-2011 diolah Gambar 5.25. Pola Hubungan Retribusi Daerah NTAXT dengan Inflasi INFT NTAXT PD RB CT 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 Scatte rplot of PDRB CT vs NTAXT NTAXT IN FT 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 20 10 - 10 - 20 - 30 - 40 Scatte rplot of INFT vs NTAXT Variabel jumlah wisatawan berpengaruh positif terhadap retribusi daerah dengan nilai dugaan parameter sebesar 0,79. Artinya jika terjadi peningkatan jumlah wisatawan sebanyak satu persen ceteris paribus, maka pendapatan retribusi daerah Kota Magelang akan meningkat sebesar 0,79 persen. Pernyataan ini diperkuat dengan pola hubungan antara jumlah wisatawan dengan retribusi daerah yang cenderung positif Gambar 5.26. Selain itu, pelaksanaan desentralisasi fiskal memberikan pengaruh yang positif terhadap retribusi daerah. Penerapan desentralisasi fiskal tidak serta merta meningkatkan retribusi daerah. Peningkatan retribusi daerah pada masa desentralisasi fiskal lebih didorong oleh faktor-faktor lain seperti pendapatan perkapita, jumlah wisatawan dan lain sebagainya. Sumber : Dispenda dan Dinas Pariwisata Kota Magelang, 1995-2011 diolah Gambar 5.26. Pola Hubungan Retribusi Daerah NTAXT dengan jumlah wisatawan RECT Jika dikaitkan dengan kinerja perekonomian yang semakin baik setelah desentralisasi fiskal, tampaknya juga didukung oleh peningkatan retribusi. Peningkatan retribusi juga meningkatkan konsumsi rumah tangga terhadap jasa publik. Jadi pada akhirnya peningkatan retribusi daerah berkontribusi pada kinerja perekonomian Kota Magelang. NTAXT REC T 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 Scatte rplot of RECT vs NTAXT

5.2.3.3. Laba Perusahaan Daerah