43
V. GAMBARAN UMUM USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO
5.1 Sejarah Singkat  Usaha Milik Bapak Sukamto
Usaha  budidaya  jamur  Bapak  Sukamto  berdiri  sejak  Januari  tahun  2009. Pada  awalnya  Bapak  Sukamto  bekerja  di  bidang  kontraktor,  kemudian  beliau
mengikuti pelatihan pembudidayaan jamur tiram putih di IPB selama sepuluh hari dan  akhirnya  tertarik  mendirikan  usaha  jamur  selain  itu  juga  karena  ingin
memanfaatkan lahan kosong yang belum dimanfaatkan. Bapak  Sukamto  mendirikan  usaha  dengan  luas  lahan  kosong  2600  m
2
. Beliau  memiliki  3  kumbung,  yang  masing-masing  kumbungnya  berkapasitas
70.000 – 80.000 baglog. Lokasi usaha budidaya jamur tiram putih ini terletak di
Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung  Bogor,  yang  merupakan  salah  satu sentra  produksi  jamur  tiram  putih  terbesar  di  Bogor,  Jawa  Barat.  Letak  usaha
jamur yang dimiliki Bapak Sukamto cukup strategis karena letaknya dekat dengan pasar  Ciawi  sehingga  memudahkan  dalam  pemasarannya,  selain  itu  suhu  dan
temperaturnya  juga  sesuai  untuk  melakukan  usaha  budidaya  jamur.  Lokasi  ini cocok untuk melakukan budidaya jamur karena, jauh dari kawasan aktif pertanian
hortikultura, jauh dari kawasan pabrik dan pusat keramaian kota agar jamur yang dihasilkan tidak terkontaminasi limbah industri maupun limbah pabrik. Selain itu
Bapak  Sukamto  juga  memasarkan  jamur  tiram  putihnya  ke  pasar  swalayan,  ke daerah  Lampung  maupun  Jakarta.  Selain  itu  setiap  dua  hari  sekali,  pedagang
pengumpul datang dari Jakarta.
5.2. Visi, Misi dan Tujuan Usaha Milik Bapak Sukamto
Dalam  melakukan  usaha  budidaya  jamur  tiram  putih  Bapak  Sukamto sudah memiliki perencanaan yang baik. Bapak sukamto juga sudah memiliki visi
dan  misi  dalam  melakukan  usaha,  meskipun  tidak  secara  tertulis.  Visi  usaha budidaya  jamur  Bapak  Sukamto  adalah  menjadi  usaha  budidaya  jamur  yang
mampu  memenuhi  permintaan  yang  dibutuhkan  oleh  pasar  dengan  jamur  yang berkualitas.  Untuk  misi  dari  usaha  budidaya  jamur  Bapak  Sukamto  adalah
menciptakan  lapangan  kerja  untuk  masyarakat  sekitar,  serta  mensejahterakan karyawannya.
44
5.3. Organisasi dan Manajemen Usaha
Dalam  melakukan  usaha  diperlukan  organisasi  yang  menjadi  salah  satu kekuatan  usaha  dalam  menghadapi  persaingan  usaha.  Organisasi  mempunyai
peranan  penting  dalam  mengefektifkan  fungsi  masing-masing  sumberdaya manusia  yang  dimiliki  perusahaan,  khususnya  dalam  hal  perencanaan,
pengkoordinasian  dan  penyatuan  antar  individu.  Dalam  menjalankan  aktivitas sehari-harinya  usaha  budidaya  jamur  Bapak  Sukamto,  masih  bersifat  sederhana.
Dimana Bapak Sukamto sebagai pemilik langsung membawahi setiap pekerjanya. Pembagian  kerja  dilakukan  secara  sederhana  dan  diatur  sesuai  fungsi  dan  tugas
masing-masing.  Secara  garis  besar  sistem  organisasi  usaha  jamur  tiram  putih  ini saling  berhubungan.  Struktur  organisasi  diperlukan  agar  pembagian  tugas,
tanggung jawab, dan wewenang yang jelas. Gambar 7.
Gambar 7. Struktur Organisasi pada Usaha Milik Bapak Sukamto
Pembagian  kerja  yang  dilakukan  oleh  usaha  budidaya  jamur  Bapak Sukamto adalah sebagai berikut:
1. Pemilik
Posisi  pemilik  usaha  ditempati  oleh  Bapak  Sukamto.  Pemilik  usaha memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:
- Menyediakan  modal  usaha  dan  segala  fasilitas  yang  diperlukan
dalam melakukan produksi jamur tiram putih. Pemilik
Bapak Sukamto
Bagian Pengemasan
6 Orang Bagian
Pembibitan 2 Orang
Bagian Pengadukan
7 Orang Bagian
Pengukusan 2 Orang
Bagian Panen
4 Orang Bagian
Inkubasi 5 Orang
Bagian Pemeliharaan
2 Orang
45 -
Melakukan  pengawasan  secara  umum  terhadap  aktivitas  setiap karyawan dalam melakukan proses produksi budidaya jamur tiram
putih. 2.
Bagian Pengadukan Pada  bagian  pengadukan    terdiri  dari  tujuh  orang  tenaga  kerja  harian
dan  tenaga  bulanan.  Tenaga  kerja  bulanan  bertanggung  jawab  atas penyiapan  subtrat  tanam,  sedangkan  tenaga  kerja  harian  bertanggung
jawab dalam percampuran bahan baku untuk media tanam baglog. 3.
Bagian Pengemasan Pada bagian pengemasan terdiri dari enam orang tenaga kerja harian.
Tenaga  kerja  bagian  ini  bertanggung  jawab  memasukkan  media produksi  ke  dalam  plastik  tahan  panas  dan  melakukan  pemadatan
media produksi. 4.
Bagian Pengukusan sterilisasi Pada bagian perebusan terdiri dari 2 orang tenaga kerja harian. Tenaga
kerja bagian ini bertanggung jawab melakukan sterilisasi media tanam ke dalam autoclave maupun kedalam drum pengukus.
5. Bagian Pembibitan inokulasi
Pada  bagian  pembibitan  terdiri  dari  2  orang  tenaga  kerja  bulanan. Tenaga  kerja  bagian  ini  bertanggung  jawab  memasukkan  bibit  ke
dalam baglog. 6.
Bagian Pemeliharaan Bagian  pemeliharaan  terdiri  dari  tenaga  kerja  2  orang  tenaga  kerja
harian.  Bagian  ini  bertugas  untuk  memelihara  subtrat  tanam, menyangkut  pengendalian  faktor  lingkungan  yang  dibutuhkan,
pengontrolan hama dan penyakit, serta pengontrolan kualitas dan hasil. 7.
Bagian Panen Bagian  panen  terdiri  dari  4  orang  tenaga  kerja  harian.  Bagian  ini
bertanggung  jawab  terhadap  masa  panen  serta  pengelolaan pascapanen.
46
5.4.  Sumberdaya pada Usaha Milik Bapak Sukamto
Sumberdaya  yang  dimiliki  oleh  usaha  budidaya  jamur  Bapak  Sukamto secara keseluruhan dapat dibagi kedalam tiga bagian, yaitu: sumberdaya manusia
atau  tenaga  kerja,  sumberdaya  fisik  dan  sumberdaya  keuangan  atau  permodalan. Sumberdaya  manusia  adalah  kekuatan  tenaga  kerja  yang  dimilki  oleh  usaha
Budidaya Jamur Bapak Sukamto. Sumberdaya fisik adalah keseluruhan aset fisik yang  dimiliki  oleh  usaha  budidaya  jamur  Bapak  Sukamto  untuk  menjalankan
usahanya  berupa  bangunan,  peralatan  dan  perlengkapan  produksi.  Sumberdaya keuangan  merupakan  keragaan  sumber-sumber  keuangan  usaha  budidaya  jamur
Bapak Sukamto dalam memulai dan menjalankan usahanya. Dalam melakukan usaha budidaya Jamur tiram putih ini, Bapak Sukamto
tidak  membuat  benih  sendiri,  akan  tetapi  membeli  dari  PT.  Rimba  Jaya Mushroom  Milik  Bapak  H.  Ahmad  yang  merupakan  usaha  terbesar  budidaya
jamur  di  Bogor,  sehingga  memperkecil  risiko  kegagalan  dalam  produksi.  Akan tetapi pada awal bulan Desember 2011 Bapak Sukamto mencoba membuat benih
sendiri.
5.4.1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja memiliki peran  yang  cukup penting demi kelancaran usaha. Saat ini usaha jamur Bapak Sukamto memilki 22 orang tenaga kerja. Tenaga kerja
yang  dimiliki  Bapak  Sukamto,  adalah  penduduk  setempat  yang  memiliki  rumah tidak  jauh  dari  usaha  jamur  milik  Bapak  Sukamto.  Tenaga  kerja  yang  dimiliki
Bapak Sukamto ada yang bersifat bulanan. Latar belakang pendidikan tenaga kerja yang dimiliki oleh Bapak Sukamto
cukup bervariasi. Ada  yang lulusan Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Dasar. Pemilik  sekaligus  menjabat  sebagai  pemimpin  Usaha  Budidaya  jamur  ini  yaitu
Bapak Sukamto berlatar belakang pendidikan arsitektur.
5.4.2. Sumberdaya Fisik
Sumberdaya  fisik  merupakan  faktor  terpenting  dalam  mendukung  proses produksi.  Sumberdaya  fisik  yang  digunakan  oleh  Bapak  Sukamto  adalah  milik
47 sendiri.  Tanah  atau  lahan  yang  digunakan  sebagai  sarana  utama  dengan  luasan
2600 m
2.
Sumberdaya fisik yang dimiliki Bapak Sukamto meliputi: 1.
Kumbung jamur, yang merupakan tempat aktivitas budidaya jamur  tiram putih. Bapak Sukamto memiliki tiga buah kumbung dengan daya tampung
masing-masing kumbung sebanyak 70.000 - 80.000 baglog. 2.
Gudang, yang merupakan tempat penyimpanan semua bahan-bahan  yang dibutuhkan untuk segala aktivitas pembudidayaan jamur tiram putih.
3. Ruang pengadukan bahan dan sterilisasi
Ruangan  ini  sebagai  tempat  untuk  pengadukan  bahan,  pengomposan, pembuatan baglog, dan sterilisasi baglog.
4. Ruangan pembibitan dan inkubasi
Ruangan  pembibitan    merupakan  ruangan  yang  digunakan  untuk memasukkan    bibit  produksi  ke  dalam  baglog  sedangkan  ruang  inkubasi
dijadikan tempat untuk menyimpan baglog yang sudah diberi bibit.
5.5. Gambaran Usaha Milik Bapak Sukamto
Usaha  budidaya  jamur  tiram  putih  yang  dilakukan  Bapak  Sukamto berjalan  cukup  baik.  Syarat  tumbuh  berupa  iklim,  kebutuhan  cahaya,  dan
kelembapan udara sangat sesuai untuk pertumbuhan jamur tiram putih. Desa  Cipayung,  Kecamatan  Megamendung  termasuk  sentra  produksi
jamur  tiram  putih  di  Jawa  Barat,  karena  memiliki  suhu  yang  ideal  untuk melakukan budidaya jamur tiram putih. Dalam melakukan usaha budidaya jamur
tersebut  Bapak  Sukamto  tidak  membuat  bibit  sendiri  melainkan  membeli  dari produsen  lain  yang  memiliki  skala  usaha  lebih  besar,  dan  lebih  berpengalaman
dalam  melakukan  usaha  budidaya  jamur  sehingga  risiko  produksi  dapat diperkecil.  Akan  tetapi  mulai  awal  Desember  2011  Bapak  Sukamto  mulai
melakukan pengembangan usaha dengan membuat bibit sendiri.
5.5.1. Operasional Kegiatan
Secara umum proses pembudidayaan jamur tiram putih relatih mudah dan masa produksinya relatih cepat yaitu sekitar tiga bulan. Secara garis besar proses
48 pembudidayaan  jamur  tiram  putih  terdiri  dari  proses  pengadukan,  pengemasan,
pengukusan  sterilisasi,  pembibitan  inokulasi,  inkubasi,  pemeliharaan  dan panen.  Setiap  harinya  usaha  jamur  tiram  putih  milik  Bapak  Sukamto
memproduksi  2.500  baglog  bibit  yang  siap  tanam.  Pembuatan  baglog  bibit dilakukan  setiap  hari  sampai  kumbung  terisi  penuh.  Dalam  satu  kumbung  dapat
dipenuhi  dengan  70.000-80.000  baglog  bibit  jamur  tiram  putih  yang  siap  untuk dibudidayakan.  Alur  siklus  produksi  pada  usaha  milik  Bapak  Sukamto  dapat
dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Proses Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Budidaya Jamur
Bapak Sukamto Budidaya tanaman jamur tiram putih dimulai dari pembuatan media tanam
yang  akan  disuntikkan  bibit  murni  berupa  spora  jamur.  Pada  tahap  pembuatan media  tanam  memerlukan  pengetahuan  keterampilan  yang  handal,  karena  dapat
berdampak terhadap kegagalan produksi apabila  jamur tiram tidak dapat  tumbuh dengan  baik  karena  media  tanam  mengalami  masalah.  Tahapan  proses  kegiatan
yang dilakukan meliputi : 1.
Pengayakan Serbuk  kayu  yang  diperoleh  dari  penggergajian  mempunyai  tingkat
keseragaman  yang  kurang  baik  karena  didalamnya  biasanya  terdapat  potongan kayu yang cukup besar. Hal ini akan mengakibatkan tingkat pertumbuhan miselia
kurang merata dan kurang baik, untuk itu serbuk gergaji perlu diayak. 2.
Pengadukan Pembuatan  media  tanam  diawali  dengan  proses  pengadukan  yang
dilakukan secara manual. Bahan-bahan untuk membuat baglog terdiri dari serbuk
Pengayakan
Pengadukan
Pengemasan Pengukusan
Sterilisasi
Pembibitan Inokulasi
Inkubasi Pemeliharaan
Panen
49 gergaji, kapur,  gips,  dedak dan jagung.  Bahan-bahan tersebut dicampur sehingga
merata,  kemudian  perlahan-lahan  ditambahkan  air  sehingga  menjadi  adonan media yang dapat dikepal dengan tangan, tidak ada air yang menetes dan adonan
tersebut  menyatu  membentuk  gumpalan  yang  tidak  hancur.  Selanjutnya, campuran  bahan  tersebut  diendapkan  selama  satu  malam  dengan  tujuan  untuk
menguraikan  campuran  media  agar  lebih  mudah  dicerna  oleh  jamur  sehingga pertumbuhan jamur akan lebih baik. Keesokan harinya, bahan siap untuk dikemas.
3. Pengemasan
Pengemasan  dilakukan  dengan  cara  memasukkan  campuran  bahan  ke dalam plastik kemudian dipadatkan dengan menggunakan tangan dan bantuan alat
seperti botol. Media yang kurang padat akan menyebabkan hasil panen yang tidak optimal  karena  media  cepat  busuk  sehingga  produktivitas  akan  rendah.  Setelah
dipadatkan ujung plastik diikat menggunakan tali rafia. 4.
Pengukusan Sterilisasi Proses sterilisasi di usaha jamur tiram milik Bapak Sukamto menggunakan
drum  pengukus  dan  autoclave.  Proses  sterilisasi  adalah  suatu  proses  yang dilakukan  untuk  menonaktifkan  mikroba  baik  bakteri,  kapang,  maupun  khamir
yang  dapat  mengganggu  pertumbuhan  jamur  yang  ditanam.  Sterilisasi  dilakukan pada  suhu  120
o
C.  Proses  sterilisasi  dilakukan  selama  9  jam.  Pada  proses  ini memiliki risiko yang tinggi, karena apabila proses sterilisasi tidak sempurna maka
bakteri  dan  mikroba  yang  terbawa  bersama  bahan  baku  akan  tetap  hidup  dan tumbuh sehingga menghambat pertumbuhan jamur tiram putih. Setelah sterilisasi
dilakukan,  baglog-baglog  tersebut  didinginkan  di  ruang  terbuka  selama  12  jam. Hal  tersebut  dilakukan  agar  bibit  jamur  tidak  mati  karena  kepanasan  pada  saat
dilakukan inokulasi bibit. 5.
Inokulasi Inokulasi  adalah  proses  memasukkan  bibit  jamur  tiram  putih  ke  dalam
media tanam. Hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan inokulasi yaitu masalah kebersihan alat, tempat dan orang  yang melakukan inokulasi. Peralatan inokulasi
yang digunakan yaitu sendok spatula dan log yang harus disterilkan menggunakan alkohol  70    dan  bunsen.  Semua  alat  yang  digunakan  dibilas  kedalam  larutan
alkohol  70    dan  disterilkan  dengan  cara  dipanaskan  di  atas  api.  Hal  tersebut
50 dilakukan  untuk  mengurangi  kontaminasi  bakteri  yang  dapat  menyebabkan
terjadinya  kegagalan  produksi  karena  keberhasilan  inokulasi  sangat  dipengaruhi oleh kebersihan alat, tempat dan orang yang melakukan inokulasi. Inokulasi bibit
dilakukan dengan cara memasukkan bibit jamur tiram putih dengan menggunakan sendok spatula kedalam media tanam. Setelah media terisi bibit, pada bagian leher
plastik  yang  telah  terpasang  cincin  bambu  ditutup  dengan  menggunakan  kertas koran. Penutupan media dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi
pertumbuhan miselia jamur, karena miselia jamur tumbuh baik pada kondisi yang tidak terlalu banyak oksigen.
6. Inkubasi
Log yang telah diinokulasi kemudian diinkubasi sampai seluruh medianya ditumbuhi miselia secara merata. Inkubasi yaitu menyimpan log yang sudah diisi
dengan  bibit  di  dalam  ruang  inkubasi  selama  2-3  minggu  hingga  seluruh  media berwarna  putih  merata.  Tanda  keberhasilan  inkubasi  sudah  dilihat  sekitar  2
minggu, yaitu tumbuhnya miselia jamur berwarna putih yang merambat ke bawah. Proses  inkubasi  dikatakan  gagal  jika  media  tidak  ditumbuhi  miselia  atau
ditumbuhi  miselia  dengan  warna  selain  putih,  misalnya  baglog  berwarna  hijau, biru  dan  hitam.  Jika  proses  inkubasi  berhasil,  lalu  baglog  tersebut  dibuka
penutupnya dengan cara menggunting bagian atas baglog tersebut. 7.
Pemeliharaan Setelah baglog dibuka maka akan tumbuh bakal buah jamur setelah 3 hari
di kumbung produksi. Waktu yang dibutuhkan dari tumbuhnya bakal buah sampai pemanenan  yaitu  7-12  hari.  Pertumbuhan  tubuh  buah  awal  umumnya  ditandai
dengan adanya bintik-bintik miselia yang makin lama makin membesar dan akan tumbuh  menjadi  jamur,  perawatan    dilakukan  secara  intensif  setelah  dilakukan
pemanenan. Setelah penen baglog akan dibersihkan, agar jamur berikutnya dapat tumbuh  dengan  baik.  Untuk  menjaga  kelembaban  harus  dilakukan  penyiraman
setiap  hari,  hal  ini  bertujuan  untuk  menjaga  kadar  air  di  dalam  baglog  dan  suhu kumbung  tetap  terjaga.  Penyiraman  yang  dilakukan  harus  dengan  penyemprotan
air, agar kumbung tidak menjadi basah dan lembab. Kebersihan  dan  kelembaban  di  dalam  kumbung  harus  diperhatikan.
Apabila  kebersihan  tidak  dijaga  maka  baglog  dapat  dirusak  oleh  serangan  tikus.
51 Apabila baglog rusak akibat gigitan tikus maka jamur tidak akan tumbuh, karean
suhu di dalam baglog menjadi tidak stabil karena adanya bolongan tersebut. 8.
Pemanenan Hal  yang  harus  diperhatikan  dalam  melakukan  kegiatan  pemanenan
meliputi tiga hal  yaitu penentuan saat panen, teknik pemanenan dan penanganan pascapanen. Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai optimal yaitu
cukup  besar  tetapi  belum  mekar  penuh.  Panen  dilakukan  pada  pagi  hari,  hal  ini dilakukan untuk mempertahankan kesegaran jamur.
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur  yang ada  baik  yang  berukuran  besar  maupun  kecil  sampai  ke  akar-akarnya  untuk
menghindari  akar  atau  batang  yang  tertinggal.  Selang  waktu  yang  dibutuhkan jamur  tiram  putih  untuk  tumbuh  kembali  dan  dapat  dipanen  lagi  adalah  15  hari.
Jadi, panen kedua dapat dilakukan setelah 15 hari dari panen pertam, begitu juga dengan panen berikutnya dapat dilakukan setelah 15 hari atau sampai tubuh buah
jamur memenuhi syarat panen. Rata-rata  besar  jamur  tiram  yang  dipanen  berdiameter  8-10  cm,  dengan
produksi  rata-rata  setiap  baglog  400  g  untuk  enam  kali  pemanenan  selama  3 bulan.  Panen  pertama  memberi  hasil  yang  lebih  banyak  dibandingkan  panen
berikutnya.  Untuk  panen  kedua,  hasil  yang  diperoleh  akan  lebih  sedikit  karena semakin lama, jumlah hasil panen yang didapat akan semakin menyusut. Apabila
tidak  mengalami  risiko  produksi,  satu  baglog  dapat  menghasilkan  1,5  kg  jamur setiap periodenya selama 3 bulan kondisi ini merupakan target usaha milik Bapak
Sukamto. Apabila tidak ada risiko maka dari 3 kumbung yang dimiliki oleh Bapak Sukamto  maka  dapat  diperoleh  jamur  sebanyak  120.000  kg  per  periode
produksinya, akan tetapi dalam melakukan kegiatan produksi usaha jamur Bapak Sukamto tidak terlepas dari risiko produksi. Dimana setelah dilakukan identifikasi
terdapat 4 sumber-sumber risiko yang terdapat pada usaha milik Bapak Sukamto. Sumber  tersebut  yaitu  teknologi  pengukusan  sterilisasi,  hama,  penyakit  serta
keterampilan tebaga kerja. Dimana dari hasil wawancara diketahui sumber risiko teknologi  pengukusan  sterilisasi  terjadi  sebesar  5  ,  hama  0,5  ,  penyakit  1,5
serta  keterampilan  tenaga  kerja  sebesar  3  .  Jadi  dalam  setiap  periodenya usaha  milik  Bapak  Sukamto  mengalami    total  risiko  yang  berasal  dari  sumber
52 risiko    tersebut  sebesar  10  .  Berikut  pola  kegiatan  produksi  dengan  masa
produksi selama 4 bulan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Pola Kegiatan Produksi Usaha Jamur Tiram Bapak Sukamto
Kegiatan Spesifikasi Kegiatan
Kemungkinan Resiko Jenis Resiko
Pengayakan 1.
Serbuk  gergaji  diayak  secara manual
- -
Pengadukan 1.
Dilakukan secara manual 2.
Bahan-bahan  untuk  membuat baglog dicampur merata
3. Bahan  yang  sudah  tercampur
diendapkan semalam -
Campuran tidak
merata Keterampilan
tenaga kerja
Pengemasan 1.
Bahan  yang  sudah  diendapkan dimasukkan ke dalam plastik
2. Media  dipadatkan  mengunakan
bantuan botol 3.
Baglog  diikat  menggunakan  tali rafia
- Media kurang padat
Keterampilan tenaga kerja
Pengukusan Sterilisasi
1. Media disterilisasi menggunakan
autoclave dengan  suhu  120
o
C selama 9 jam
- Proses
sterilisasi tidak
sempurna karena  panas  kurang
merata -
Sterilisasi kurang
atau lebih dari 9 jam Pengukusan
dan keterampilan
tenaga kerja
Inokulasi 1.
Bibit  jamur  dimasukkan  ke media tanam
2. Baglog  ditutup  menggunakan
cincin bambu dan koran 3.
Kebersihan  alat,  tempat  dan orang  yang  melakukan inokulasi
harus diperhatikan -
Bibit yang
dimasukkan ke
dalam  baglog  terlalu banyak
- Kebersihan
alat, orang  dan  tempat
kurang terjaga Keterampilan
tenaga kerja
Inkubasi 1.
Baglog ditempatkan di kumbung inkubasi selama 2-3 minggu
- Baglog  ditumbuhi
jamur  yang  tidak diinginkan
Penyakit Pemeliharaan  1.
Baglog  yang  sudah  dipenuhi miselia
dipindahkan ke
kumbung produksi 2.
Dilakukan  penyiraman  setiap hari
3. Baglog
dibersihkan setiap
selesai panen 4.
Kumbung produksi
dijaga kebersihannya
5. Dilakukan
penyemprotan dengan  air  tembakau  setiap  2
minggu sekali -
Baglog busuk karena penyiraman
terlalu banyak
- Baglog
dimakan tikus
- Baglog dimakan ulat
- Baglog  ditumbuhi
jamur lain Keterampilan
tenaga  kerja, hama
dan penyakit
Panen 1.
Jamur dipanen saat tubuh jamur cukup  besar  tetapi  belum  mekar
penuh 2.
Panen dilakukan pagi hari 3.
Rumpun  jamur  dicabut  sampai tidak  ada  akar  dan  batang  yang
tertinggal 4.
Baglog dibersihkan
setiap selesai panen menggunakan kuas
- Masih  terdapat  akar
dan batang
yang tertinggal
- Baglog  yang  selesai
dipanen tidak bersih Keterampilan
tenaga kerja
53
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN