43
V. GAMBARAN UMUM USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO
5.1 Sejarah Singkat Usaha Milik Bapak Sukamto
Usaha budidaya jamur Bapak Sukamto berdiri sejak Januari tahun 2009. Pada awalnya Bapak Sukamto bekerja di bidang kontraktor, kemudian beliau
mengikuti pelatihan pembudidayaan jamur tiram putih di IPB selama sepuluh hari dan akhirnya tertarik mendirikan usaha jamur selain itu juga karena ingin
memanfaatkan lahan kosong yang belum dimanfaatkan. Bapak Sukamto mendirikan usaha dengan luas lahan kosong 2600 m
2
. Beliau memiliki 3 kumbung, yang masing-masing kumbungnya berkapasitas
70.000 – 80.000 baglog. Lokasi usaha budidaya jamur tiram putih ini terletak di
Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung Bogor, yang merupakan salah satu sentra produksi jamur tiram putih terbesar di Bogor, Jawa Barat. Letak usaha
jamur yang dimiliki Bapak Sukamto cukup strategis karena letaknya dekat dengan pasar Ciawi sehingga memudahkan dalam pemasarannya, selain itu suhu dan
temperaturnya juga sesuai untuk melakukan usaha budidaya jamur. Lokasi ini cocok untuk melakukan budidaya jamur karena, jauh dari kawasan aktif pertanian
hortikultura, jauh dari kawasan pabrik dan pusat keramaian kota agar jamur yang dihasilkan tidak terkontaminasi limbah industri maupun limbah pabrik. Selain itu
Bapak Sukamto juga memasarkan jamur tiram putihnya ke pasar swalayan, ke daerah Lampung maupun Jakarta. Selain itu setiap dua hari sekali, pedagang
pengumpul datang dari Jakarta.
5.2. Visi, Misi dan Tujuan Usaha Milik Bapak Sukamto
Dalam melakukan usaha budidaya jamur tiram putih Bapak Sukamto sudah memiliki perencanaan yang baik. Bapak sukamto juga sudah memiliki visi
dan misi dalam melakukan usaha, meskipun tidak secara tertulis. Visi usaha budidaya jamur Bapak Sukamto adalah menjadi usaha budidaya jamur yang
mampu memenuhi permintaan yang dibutuhkan oleh pasar dengan jamur yang berkualitas. Untuk misi dari usaha budidaya jamur Bapak Sukamto adalah
menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat sekitar, serta mensejahterakan karyawannya.
44
5.3. Organisasi dan Manajemen Usaha
Dalam melakukan usaha diperlukan organisasi yang menjadi salah satu kekuatan usaha dalam menghadapi persaingan usaha. Organisasi mempunyai
peranan penting dalam mengefektifkan fungsi masing-masing sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan, khususnya dalam hal perencanaan,
pengkoordinasian dan penyatuan antar individu. Dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya usaha budidaya jamur Bapak Sukamto, masih bersifat sederhana.
Dimana Bapak Sukamto sebagai pemilik langsung membawahi setiap pekerjanya. Pembagian kerja dilakukan secara sederhana dan diatur sesuai fungsi dan tugas
masing-masing. Secara garis besar sistem organisasi usaha jamur tiram putih ini saling berhubungan. Struktur organisasi diperlukan agar pembagian tugas,
tanggung jawab, dan wewenang yang jelas. Gambar 7.
Gambar 7. Struktur Organisasi pada Usaha Milik Bapak Sukamto
Pembagian kerja yang dilakukan oleh usaha budidaya jamur Bapak Sukamto adalah sebagai berikut:
1. Pemilik
Posisi pemilik usaha ditempati oleh Bapak Sukamto. Pemilik usaha memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:
- Menyediakan modal usaha dan segala fasilitas yang diperlukan
dalam melakukan produksi jamur tiram putih. Pemilik
Bapak Sukamto
Bagian Pengemasan
6 Orang Bagian
Pembibitan 2 Orang
Bagian Pengadukan
7 Orang Bagian
Pengukusan 2 Orang
Bagian Panen
4 Orang Bagian
Inkubasi 5 Orang
Bagian Pemeliharaan
2 Orang
45 -
Melakukan pengawasan secara umum terhadap aktivitas setiap karyawan dalam melakukan proses produksi budidaya jamur tiram
putih. 2.
Bagian Pengadukan Pada bagian pengadukan terdiri dari tujuh orang tenaga kerja harian
dan tenaga bulanan. Tenaga kerja bulanan bertanggung jawab atas penyiapan subtrat tanam, sedangkan tenaga kerja harian bertanggung
jawab dalam percampuran bahan baku untuk media tanam baglog. 3.
Bagian Pengemasan Pada bagian pengemasan terdiri dari enam orang tenaga kerja harian.
Tenaga kerja bagian ini bertanggung jawab memasukkan media produksi ke dalam plastik tahan panas dan melakukan pemadatan
media produksi. 4.
Bagian Pengukusan sterilisasi Pada bagian perebusan terdiri dari 2 orang tenaga kerja harian. Tenaga
kerja bagian ini bertanggung jawab melakukan sterilisasi media tanam ke dalam autoclave maupun kedalam drum pengukus.
5. Bagian Pembibitan inokulasi
Pada bagian pembibitan terdiri dari 2 orang tenaga kerja bulanan. Tenaga kerja bagian ini bertanggung jawab memasukkan bibit ke
dalam baglog. 6.
Bagian Pemeliharaan Bagian pemeliharaan terdiri dari tenaga kerja 2 orang tenaga kerja
harian. Bagian ini bertugas untuk memelihara subtrat tanam, menyangkut pengendalian faktor lingkungan yang dibutuhkan,
pengontrolan hama dan penyakit, serta pengontrolan kualitas dan hasil. 7.
Bagian Panen Bagian panen terdiri dari 4 orang tenaga kerja harian. Bagian ini
bertanggung jawab terhadap masa panen serta pengelolaan pascapanen.
46
5.4. Sumberdaya pada Usaha Milik Bapak Sukamto
Sumberdaya yang dimiliki oleh usaha budidaya jamur Bapak Sukamto secara keseluruhan dapat dibagi kedalam tiga bagian, yaitu: sumberdaya manusia
atau tenaga kerja, sumberdaya fisik dan sumberdaya keuangan atau permodalan. Sumberdaya manusia adalah kekuatan tenaga kerja yang dimilki oleh usaha
Budidaya Jamur Bapak Sukamto. Sumberdaya fisik adalah keseluruhan aset fisik yang dimiliki oleh usaha budidaya jamur Bapak Sukamto untuk menjalankan
usahanya berupa bangunan, peralatan dan perlengkapan produksi. Sumberdaya keuangan merupakan keragaan sumber-sumber keuangan usaha budidaya jamur
Bapak Sukamto dalam memulai dan menjalankan usahanya. Dalam melakukan usaha budidaya Jamur tiram putih ini, Bapak Sukamto
tidak membuat benih sendiri, akan tetapi membeli dari PT. Rimba Jaya Mushroom Milik Bapak H. Ahmad yang merupakan usaha terbesar budidaya
jamur di Bogor, sehingga memperkecil risiko kegagalan dalam produksi. Akan tetapi pada awal bulan Desember 2011 Bapak Sukamto mencoba membuat benih
sendiri.
5.4.1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja memiliki peran yang cukup penting demi kelancaran usaha. Saat ini usaha jamur Bapak Sukamto memilki 22 orang tenaga kerja. Tenaga kerja
yang dimiliki Bapak Sukamto, adalah penduduk setempat yang memiliki rumah tidak jauh dari usaha jamur milik Bapak Sukamto. Tenaga kerja yang dimiliki
Bapak Sukamto ada yang bersifat bulanan. Latar belakang pendidikan tenaga kerja yang dimiliki oleh Bapak Sukamto
cukup bervariasi. Ada yang lulusan Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Dasar. Pemilik sekaligus menjabat sebagai pemimpin Usaha Budidaya jamur ini yaitu
Bapak Sukamto berlatar belakang pendidikan arsitektur.
5.4.2. Sumberdaya Fisik
Sumberdaya fisik merupakan faktor terpenting dalam mendukung proses produksi. Sumberdaya fisik yang digunakan oleh Bapak Sukamto adalah milik
47 sendiri. Tanah atau lahan yang digunakan sebagai sarana utama dengan luasan
2600 m
2.
Sumberdaya fisik yang dimiliki Bapak Sukamto meliputi: 1.
Kumbung jamur, yang merupakan tempat aktivitas budidaya jamur tiram putih. Bapak Sukamto memiliki tiga buah kumbung dengan daya tampung
masing-masing kumbung sebanyak 70.000 - 80.000 baglog. 2.
Gudang, yang merupakan tempat penyimpanan semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk segala aktivitas pembudidayaan jamur tiram putih.
3. Ruang pengadukan bahan dan sterilisasi
Ruangan ini sebagai tempat untuk pengadukan bahan, pengomposan, pembuatan baglog, dan sterilisasi baglog.
4. Ruangan pembibitan dan inkubasi
Ruangan pembibitan merupakan ruangan yang digunakan untuk memasukkan bibit produksi ke dalam baglog sedangkan ruang inkubasi
dijadikan tempat untuk menyimpan baglog yang sudah diberi bibit.
5.5. Gambaran Usaha Milik Bapak Sukamto
Usaha budidaya jamur tiram putih yang dilakukan Bapak Sukamto berjalan cukup baik. Syarat tumbuh berupa iklim, kebutuhan cahaya, dan
kelembapan udara sangat sesuai untuk pertumbuhan jamur tiram putih. Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung termasuk sentra produksi
jamur tiram putih di Jawa Barat, karena memiliki suhu yang ideal untuk melakukan budidaya jamur tiram putih. Dalam melakukan usaha budidaya jamur
tersebut Bapak Sukamto tidak membuat bibit sendiri melainkan membeli dari produsen lain yang memiliki skala usaha lebih besar, dan lebih berpengalaman
dalam melakukan usaha budidaya jamur sehingga risiko produksi dapat diperkecil. Akan tetapi mulai awal Desember 2011 Bapak Sukamto mulai
melakukan pengembangan usaha dengan membuat bibit sendiri.
5.5.1. Operasional Kegiatan
Secara umum proses pembudidayaan jamur tiram putih relatih mudah dan masa produksinya relatih cepat yaitu sekitar tiga bulan. Secara garis besar proses
48 pembudidayaan jamur tiram putih terdiri dari proses pengadukan, pengemasan,
pengukusan sterilisasi, pembibitan inokulasi, inkubasi, pemeliharaan dan panen. Setiap harinya usaha jamur tiram putih milik Bapak Sukamto
memproduksi 2.500 baglog bibit yang siap tanam. Pembuatan baglog bibit dilakukan setiap hari sampai kumbung terisi penuh. Dalam satu kumbung dapat
dipenuhi dengan 70.000-80.000 baglog bibit jamur tiram putih yang siap untuk dibudidayakan. Alur siklus produksi pada usaha milik Bapak Sukamto dapat
dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Proses Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Budidaya Jamur
Bapak Sukamto Budidaya tanaman jamur tiram putih dimulai dari pembuatan media tanam
yang akan disuntikkan bibit murni berupa spora jamur. Pada tahap pembuatan media tanam memerlukan pengetahuan keterampilan yang handal, karena dapat
berdampak terhadap kegagalan produksi apabila jamur tiram tidak dapat tumbuh dengan baik karena media tanam mengalami masalah. Tahapan proses kegiatan
yang dilakukan meliputi : 1.
Pengayakan Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian mempunyai tingkat
keseragaman yang kurang baik karena didalamnya biasanya terdapat potongan kayu yang cukup besar. Hal ini akan mengakibatkan tingkat pertumbuhan miselia
kurang merata dan kurang baik, untuk itu serbuk gergaji perlu diayak. 2.
Pengadukan Pembuatan media tanam diawali dengan proses pengadukan yang
dilakukan secara manual. Bahan-bahan untuk membuat baglog terdiri dari serbuk
Pengayakan
Pengadukan
Pengemasan Pengukusan
Sterilisasi
Pembibitan Inokulasi
Inkubasi Pemeliharaan
Panen
49 gergaji, kapur, gips, dedak dan jagung. Bahan-bahan tersebut dicampur sehingga
merata, kemudian perlahan-lahan ditambahkan air sehingga menjadi adonan media yang dapat dikepal dengan tangan, tidak ada air yang menetes dan adonan
tersebut menyatu membentuk gumpalan yang tidak hancur. Selanjutnya, campuran bahan tersebut diendapkan selama satu malam dengan tujuan untuk
menguraikan campuran media agar lebih mudah dicerna oleh jamur sehingga pertumbuhan jamur akan lebih baik. Keesokan harinya, bahan siap untuk dikemas.
3. Pengemasan
Pengemasan dilakukan dengan cara memasukkan campuran bahan ke dalam plastik kemudian dipadatkan dengan menggunakan tangan dan bantuan alat
seperti botol. Media yang kurang padat akan menyebabkan hasil panen yang tidak optimal karena media cepat busuk sehingga produktivitas akan rendah. Setelah
dipadatkan ujung plastik diikat menggunakan tali rafia. 4.
Pengukusan Sterilisasi Proses sterilisasi di usaha jamur tiram milik Bapak Sukamto menggunakan
drum pengukus dan autoclave. Proses sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan mikroba baik bakteri, kapang, maupun khamir
yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada suhu 120
o
C. Proses sterilisasi dilakukan selama 9 jam. Pada proses ini memiliki risiko yang tinggi, karena apabila proses sterilisasi tidak sempurna maka
bakteri dan mikroba yang terbawa bersama bahan baku akan tetap hidup dan tumbuh sehingga menghambat pertumbuhan jamur tiram putih. Setelah sterilisasi
dilakukan, baglog-baglog tersebut didinginkan di ruang terbuka selama 12 jam. Hal tersebut dilakukan agar bibit jamur tidak mati karena kepanasan pada saat
dilakukan inokulasi bibit. 5.
Inokulasi Inokulasi adalah proses memasukkan bibit jamur tiram putih ke dalam
media tanam. Hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan inokulasi yaitu masalah kebersihan alat, tempat dan orang yang melakukan inokulasi. Peralatan inokulasi
yang digunakan yaitu sendok spatula dan log yang harus disterilkan menggunakan alkohol 70 dan bunsen. Semua alat yang digunakan dibilas kedalam larutan
alkohol 70 dan disterilkan dengan cara dipanaskan di atas api. Hal tersebut
50 dilakukan untuk mengurangi kontaminasi bakteri yang dapat menyebabkan
terjadinya kegagalan produksi karena keberhasilan inokulasi sangat dipengaruhi oleh kebersihan alat, tempat dan orang yang melakukan inokulasi. Inokulasi bibit
dilakukan dengan cara memasukkan bibit jamur tiram putih dengan menggunakan sendok spatula kedalam media tanam. Setelah media terisi bibit, pada bagian leher
plastik yang telah terpasang cincin bambu ditutup dengan menggunakan kertas koran. Penutupan media dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi
pertumbuhan miselia jamur, karena miselia jamur tumbuh baik pada kondisi yang tidak terlalu banyak oksigen.
6. Inkubasi
Log yang telah diinokulasi kemudian diinkubasi sampai seluruh medianya ditumbuhi miselia secara merata. Inkubasi yaitu menyimpan log yang sudah diisi
dengan bibit di dalam ruang inkubasi selama 2-3 minggu hingga seluruh media berwarna putih merata. Tanda keberhasilan inkubasi sudah dilihat sekitar 2
minggu, yaitu tumbuhnya miselia jamur berwarna putih yang merambat ke bawah. Proses inkubasi dikatakan gagal jika media tidak ditumbuhi miselia atau
ditumbuhi miselia dengan warna selain putih, misalnya baglog berwarna hijau, biru dan hitam. Jika proses inkubasi berhasil, lalu baglog tersebut dibuka
penutupnya dengan cara menggunting bagian atas baglog tersebut. 7.
Pemeliharaan Setelah baglog dibuka maka akan tumbuh bakal buah jamur setelah 3 hari
di kumbung produksi. Waktu yang dibutuhkan dari tumbuhnya bakal buah sampai pemanenan yaitu 7-12 hari. Pertumbuhan tubuh buah awal umumnya ditandai
dengan adanya bintik-bintik miselia yang makin lama makin membesar dan akan tumbuh menjadi jamur, perawatan dilakukan secara intensif setelah dilakukan
pemanenan. Setelah penen baglog akan dibersihkan, agar jamur berikutnya dapat tumbuh dengan baik. Untuk menjaga kelembaban harus dilakukan penyiraman
setiap hari, hal ini bertujuan untuk menjaga kadar air di dalam baglog dan suhu kumbung tetap terjaga. Penyiraman yang dilakukan harus dengan penyemprotan
air, agar kumbung tidak menjadi basah dan lembab. Kebersihan dan kelembaban di dalam kumbung harus diperhatikan.
Apabila kebersihan tidak dijaga maka baglog dapat dirusak oleh serangan tikus.
51 Apabila baglog rusak akibat gigitan tikus maka jamur tidak akan tumbuh, karean
suhu di dalam baglog menjadi tidak stabil karena adanya bolongan tersebut. 8.
Pemanenan Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan pemanenan
meliputi tiga hal yaitu penentuan saat panen, teknik pemanenan dan penanganan pascapanen. Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai optimal yaitu
cukup besar tetapi belum mekar penuh. Panen dilakukan pada pagi hari, hal ini dilakukan untuk mempertahankan kesegaran jamur.
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada baik yang berukuran besar maupun kecil sampai ke akar-akarnya untuk
menghindari akar atau batang yang tertinggal. Selang waktu yang dibutuhkan jamur tiram putih untuk tumbuh kembali dan dapat dipanen lagi adalah 15 hari.
Jadi, panen kedua dapat dilakukan setelah 15 hari dari panen pertam, begitu juga dengan panen berikutnya dapat dilakukan setelah 15 hari atau sampai tubuh buah
jamur memenuhi syarat panen. Rata-rata besar jamur tiram yang dipanen berdiameter 8-10 cm, dengan
produksi rata-rata setiap baglog 400 g untuk enam kali pemanenan selama 3 bulan. Panen pertama memberi hasil yang lebih banyak dibandingkan panen
berikutnya. Untuk panen kedua, hasil yang diperoleh akan lebih sedikit karena semakin lama, jumlah hasil panen yang didapat akan semakin menyusut. Apabila
tidak mengalami risiko produksi, satu baglog dapat menghasilkan 1,5 kg jamur setiap periodenya selama 3 bulan kondisi ini merupakan target usaha milik Bapak
Sukamto. Apabila tidak ada risiko maka dari 3 kumbung yang dimiliki oleh Bapak Sukamto maka dapat diperoleh jamur sebanyak 120.000 kg per periode
produksinya, akan tetapi dalam melakukan kegiatan produksi usaha jamur Bapak Sukamto tidak terlepas dari risiko produksi. Dimana setelah dilakukan identifikasi
terdapat 4 sumber-sumber risiko yang terdapat pada usaha milik Bapak Sukamto. Sumber tersebut yaitu teknologi pengukusan sterilisasi, hama, penyakit serta
keterampilan tebaga kerja. Dimana dari hasil wawancara diketahui sumber risiko teknologi pengukusan sterilisasi terjadi sebesar 5 , hama 0,5 , penyakit 1,5
serta keterampilan tenaga kerja sebesar 3 . Jadi dalam setiap periodenya usaha milik Bapak Sukamto mengalami total risiko yang berasal dari sumber
52 risiko tersebut sebesar 10 . Berikut pola kegiatan produksi dengan masa
produksi selama 4 bulan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Pola Kegiatan Produksi Usaha Jamur Tiram Bapak Sukamto
Kegiatan Spesifikasi Kegiatan
Kemungkinan Resiko Jenis Resiko
Pengayakan 1.
Serbuk gergaji diayak secara manual
- -
Pengadukan 1.
Dilakukan secara manual 2.
Bahan-bahan untuk membuat baglog dicampur merata
3. Bahan yang sudah tercampur
diendapkan semalam -
Campuran tidak
merata Keterampilan
tenaga kerja
Pengemasan 1.
Bahan yang sudah diendapkan dimasukkan ke dalam plastik
2. Media dipadatkan mengunakan
bantuan botol 3.
Baglog diikat menggunakan tali rafia
- Media kurang padat
Keterampilan tenaga kerja
Pengukusan Sterilisasi
1. Media disterilisasi menggunakan
autoclave dengan suhu 120
o
C selama 9 jam
- Proses
sterilisasi tidak
sempurna karena panas kurang
merata -
Sterilisasi kurang
atau lebih dari 9 jam Pengukusan
dan keterampilan
tenaga kerja
Inokulasi 1.
Bibit jamur dimasukkan ke media tanam
2. Baglog ditutup menggunakan
cincin bambu dan koran 3.
Kebersihan alat, tempat dan orang yang melakukan inokulasi
harus diperhatikan -
Bibit yang
dimasukkan ke
dalam baglog terlalu banyak
- Kebersihan
alat, orang dan tempat
kurang terjaga Keterampilan
tenaga kerja
Inkubasi 1.
Baglog ditempatkan di kumbung inkubasi selama 2-3 minggu
- Baglog ditumbuhi
jamur yang tidak diinginkan
Penyakit Pemeliharaan 1.
Baglog yang sudah dipenuhi miselia
dipindahkan ke
kumbung produksi 2.
Dilakukan penyiraman setiap hari
3. Baglog
dibersihkan setiap
selesai panen 4.
Kumbung produksi
dijaga kebersihannya
5. Dilakukan
penyemprotan dengan air tembakau setiap 2
minggu sekali -
Baglog busuk karena penyiraman
terlalu banyak
- Baglog
dimakan tikus
- Baglog dimakan ulat
- Baglog ditumbuhi
jamur lain Keterampilan
tenaga kerja, hama
dan penyakit
Panen 1.
Jamur dipanen saat tubuh jamur cukup besar tetapi belum mekar
penuh 2.
Panen dilakukan pagi hari 3.
Rumpun jamur dicabut sampai tidak ada akar dan batang yang
tertinggal 4.
Baglog dibersihkan
setiap selesai panen menggunakan kuas
- Masih terdapat akar
dan batang
yang tertinggal
- Baglog yang selesai
dipanen tidak bersih Keterampilan
tenaga kerja
53
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN