KERANGKA PEMIKIRAN Manajemen Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Unit Usaha Milik Bapak Sukamto di Desa Cipayung Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor

22

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

3.1.1. Konsep Risiko

Menurut Kountur 2006 Risiko adalah kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian. Terdapat tiga unsur yang selalu ada dalam setiap risiko yaitu, risiko itu adalah suatu kejadian, kejadian tersebut masih mengandung kemungkinan yang berarti bisa saja terjadi atau bisa saja tidak terjadi dan jika terjadi ada akibat yang ditimbulkan berupa kerugian. Kountur 2008 apabila suatu kejadian sudah terjadi, dan kejadian tersebut mengandung unsur kerugian maka kejadian tersebut disebut sebagai masalah, bukan risiko. Ada perbedaan antara masalah dan risiko. Masalah adalah kejadian yang sudah terjadi, sedangkan risiko adalah kejadian yang belum terjadi yang bisa saja terjadi, bisa juga tidak terjadi. Jika sudah pasti terjadi maka kejadian tersebut tidak bisa dianggap sebagai risiko tetapi sudah menjadi masalah. Jadi masalah bukan saja kejadian yang merugikan yang sudah terjadi, tetapi kejadian yang merugikan yang pasti terjadi. Menurut Darmawi 2010 risiko berdasarkan kemungkinan akibatnya dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu: risiko spekulatif dan risiko murni. Risiko spekulatif diartikan sebagai risiko yang memiliki kemungkinan mengalami kerugian atau kegagalan tetapi disamping itu terdapat juga kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan risiko murni merupakan risiko yang hanya bergerak ke satu arah saja yaitu ke arah kemungkinan kerugian. Kedua jenis risiko ini sering dibahas dalam konsep ekonomi perusahaan. Karena berpengaruh terhadap proses penanganan risiko, contohnya jenis risiko yang dapat diasuransikan hanyalah risiko murni. Kountur 2004 risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Ketidakpastian yang dialami perusahaan bisa berdampak 23 merugikan atau mungkin saja menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi memberi dampak yang merugikan maka hal tersebut dikenal dengan istilah kesempatan oppurtunity. Jika kepastian berdampak merugikan dikenal dengan istilah risk risiko berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan. Menurut Kountur 2008 risiko dapat diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang kejadian yang terjadi menjadi 4 jenis yaitu: a. Risiko dari Sudut Pandang Penyebab Berdasarkan sudut pandang penyebab kejadian, risiko dapat dibedakan kedalam risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan dapat disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, tingkat bunga dan mata uang asing. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor nonkeuangan seperti manusia, teknologi dan alam. b. Risiko dari Sudut Pandang Akibat Dilihat dari sudut pandang yang ditimbulkan terdapat dua kategori risiko yakni risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang mengakibatkan sesuatu yang merugikan dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Risiko spekulatif adalah risiko yang memungkinkan untuk menimbulkan suatu kerugian atau menimbulkan keuntungan. c. Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas Banyaknya risiko dari sudut pandang penyebab adalah sebanyak jumlah aktivitas yang ada. Segala aktivitas dapat menimbulkan berbagai macam risiko misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank yang dikenal dengan risiko kredit. d. Risiko dari Sudut Pandang Kejadian Risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko yang paling baik, misalnya terjadi kebakaran maka risiko yang terjadi adalah risiko kebakaran. Dampak risiko dan variabilitas dalam agribisnis yang tidak diantipasi dan ditanggulangi dengan baik dapat mengakibatkan kerugian dalam skala luas. 24 Dampak risiko dapat dikaji dari tiga sudut pandang yang saling berhubungan Kountur 2008 yaitu: a. Sudut Pandang Masyarakat Menyangkut pada dampak dan biaya sosial dari risiko yang terjadi dan bagaimana cara pengelolaanya. b. Sudut Pandang Produsen Menitikberatkan pada kelangsungan hidup usahanya. c. Sudut Pandang Pembuat Kebijakan Pembuat kebijakan harus mampu memprediksi respon sektoral yang akan dilakukan untuk mengubah kondisi tersebut dan dampak berikutnya atas kemungkinan pemerintah untuk mencapai tujuannya. Menurut Robinson dan Barry 1987 diacu dalam Wisdya 2009, menyatakan bahwa sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut : 1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko risk aversion. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam variance dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan. 2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko risk taker. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam variance dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan. 3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko risk neutral. Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam variance dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan.

3.1.2 Menganalisis Risiko

Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan deviation terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton Gruber 1995 diacu dalam Ginting 2009 terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian variance, standar deviasi standard deviation dan koefiisien variasi coefficient 25 variation . Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation merupakan ukuran yang absolut yang tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan expected return. Jika nilai variance dan standard deviation digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha maka dikhawatirkan akan terjadi keputusan yang kurang tepat. Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama adalah coeffisient variation. Coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan ukuran coeffisient variation, penilaian risiko dalam kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga.

3.1.3. Manajemen Risiko

Kountur 2004, manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko- risiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen. Beberapa fungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu merencankan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau Planning , Organizing, Actuating, Controling POAC. Dengan demikian ditambahkan satu fungsi lagi yang sangat penting yaitu menangani risiko. Dapat disimpulkan bahwa, manajemen risiko adalah suatu cara proses atau metode yang digunakan perusahaan untuk menangani risiko-risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya. Adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada dalam perusahaan. Manajemen risiko dapat dilakukan dengan adanya kesadaran mengenai risiko yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang ada, 26 mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada, dan mengkomunikasikan ke seluruh bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Sistematika pengelolaan risiko menurut Kountur 2008 dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini: Proses Output Gambar 1. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber : Kountur 2008 Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan, kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar dampak dari risiko tersebut. Selanjutnya menangani risiko-risiko untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko tersebut sehingga segala kemungkinan kerugian dapat diminimalisasi Kountur 2008. Menurut Kountur 2006, risiko dapat disebabkan oleh faktor-faktor operasional atau faktor-faktor keuangan. Risiko yang disebabkan oleh faktor- faktor operasional: a. Manusia Banyak kejadian yang merugikan dalam perusahaan yang disebabkan oleh manusia. Ada tiga kelompok besar penyebab-penyebab kejadian yang merugikan dari faktor manusia, yaitu: 1 kompetensi, 2 moral, dan 3 selera. Seseorang yang tidak kompeten melakukan sesuatu dapat menyebabkan kejadian yang merugikan. Misalnya orang tidak mampu melakukan sesuatu Pengukuran risiko Evaluasi Identifikasi risiko Usulan Penanganan risiko 1. Peta risiko 2. Status risiko Daftar risiko Penanganan risiko 27 dengan baik, lalai dalam melaksanakan tugas, atau sakit baik fisik ataupun mental. Sedangkan kejadian merugikan yang disebabkan oleh moral adalah adanya karyawan yang buruk seperti mencuri, dengan sengaja merusak, merasa tidak puas kemudian mogok kerja, dan lain-lain. Selain itu, kejadian merugikan yang disebabkan oleh dikarenakan perubahan selera konsumen yang tidak dapat dipenuhi. b. Alam Kejadian merugikan yang disebabkan oleh faktor alam dikelompokkan kedalam tiga faktor, yaitu: 1 bencana alam, seperti gempa bumi, banjir atau kebakaran 2 kondisi alam, seperti kelembaban yang disebabkan oleh basah kering serta adanya perubahan suhu seperti panas atau dingin, dan 3 mahluk lain yang dapat menyebabkan terjadinya risiko seperti kuman, virus, penyakit, binatang, dan tumbuhan. c. Teknologi Teknologi menyangkut perangkat keras, seperti mesin, alat-alat, sistem dan prosedur atau perangkat lunak berupa lunak berupa program-program komputer atau program-program lainnya yang dibuat oleh manusia untuk digunakan dalam memudahkan kehidupan manusia. Faktor-faktor teknologi yang dapat menyebabkan suatu risiko atau kejadian-kejadian yang merugikan adalah teknologi yang tidak sesuai, teknologi yang sudah usang, teknologi yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, teknologi yang tidak berkualitas dan teknologi yang salah digunakan. d. Aturan Aturan yang dikeluarkan perusahaan dapat menjadi penyebab timbulnya risiko atau suatu kejadian yang merugikan. Misalnya aturan tentang penggajian yang dianggap karyawan tidak adil dapat menimbulkan gejolak yang akhirnya mendorong karyawan untuk mogok kerja. Ada dua faktor utama dari aturan seperti kebijakan perusahaan dan keputusan-keputusan manajemen. Risiko dapat diketahui dengan menentukan probabilitas terjadinya risiko dan mengetahui dampak risiko tersebut terhadap usaha dilakukan. Pengukuran risiko selau mengacu pada dua ukuran. Ukuran pertama adalah probabilitas yang biasa disebut dengan istilah kemungkinan terjadinya sebuah risiko. Probabilitas 28 merupakan pengukuran pertama yang dilakukan secara kuantitatif sehingga mengungkapkan seberapa besar probabilitas risiko terjadi atau pengambilan keputusan Kountur, 2008. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kerugian atau risiko dapat dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya adalah metode Poisson, metode Binominal, dan metode Nilai Standar. Syarat penggunaan metode Poisson adalah terjadinya data historis tentang kejadian yang serupa sebelumnya, dalam data bentuk diskrit, dan ada periode waktu ke depan yang ditetapkan. Kemungkinan terjadinya risiko juga dapat diukur dengan menggunakan metode Binomial, syaratnya adalah tersedianya data historis tentang peristiwa yang terjadi pada suatu lokasi, data dalam bentuk diskrit, dan diketahui sesuai dengan data historis atau probabilitas berhasil dan gagal. Sedangkan syarat untuk penggunaan metode nilai standar adalah tersedianya data historis dan data harus dalam bentuk kontinus. Sedangkan untuk mengetahui besarnya dampak risiko adalah dengan menggunakan metode VaR Value at Risk . Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila ada data historis sebelumnya. Jika tidak dapat ada data historis, metode VaR tidak dapat digunakan Kountur, 2008. Dalam Kountur 2006, z-score adalah suatu angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu nilai misalnya x dari rata-ratanya pada distribusi normal. Dengan munggunakan z-score nilai z kita dapat mengetahui besarnya kemungkinan besarnya suatu ukuran atau suatu nilai yang berada lebih besar atau lebih kecil dari rata-ratanya apabila kita menggunakan nilai rata-rata sebagai nilai standar, sedangkan metode VaR menunjukkan besarnya potensi kerugian dari suatu kejadian yang dapat terjadi pada suatu periode tertentu ke depan dengan tingkat toleransi tolerance level tertentu.

3.1.4 Strategi Penanganan Risiko

Ada beberapa strategi penanganan risiko, namun sebelum dapat menggunakan strategi-strategi tersebut yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah peta risiko dan status risiko. Dengan menggabungkan kemungkinan dan akibat suatu risiko maka dapat diketahui status dari risiko. Status risiko 29 menunjukkan urutan kejadian-kejadian yang berisiko, status yang besar menunjukkan risiko yang besar dan sebaliknya status yang kecil menunjukkan risiko yang lebih kecil pula, status risiko adalah perkalian antara kemungkinan dan dampak. Selain perlu diketahui statusnya juga harus diketahui posisinya dalam peta risiko, dengan membuat peta risiko pemahaman atas risiko akan lebih baik Kountur 2006. Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas, dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak. Satuan yang digunakan untuk kemungkinan adalah persentase sedangkan akibat dampak pada umumnya dinyatakan dalam rupiah. Strategi penanganan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Berdasarkan peta risiko, dapat diketahui cara penanganan risiko yang tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko Kountur, 2008 yaitu: 1. Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: 1 membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, 2 mengembangkan sumber daya manusia, dan 3 memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2. Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah: a. Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harga dibeberapa tempat sehingga jika salah satu tempat kena musibah tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. 30 b. Penggabungan Penggabungan atau yang dikenal dengan istilah merger menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi. c. Pengalihan risiko Pengalihan risiko transfer of risk merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, diantaranya melalui asuransi, leasing , outsourcing dan hedging. Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan aset perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai dengan kontrak yang perjanjian yang disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah cara dimana suatu aset digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada aset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas aset tersebut. Outsourcing merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakan sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tidak menanggung kerugian melainkan pihak yang melakukan pekerjaan tersebutlah yang menanggung kerugian. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha pembudidayaan jamur tiram putih mempunyai peluang yang sangat baik untuk dikembangkan. Peluang usaha yang masih terbuka lebar tersebut dihadapkan pada risiko produksi. Indikasi adanya risiko produksi dapat dilihat dari fluktuasi produktifitas pada setiap siklus periode produksinya. Adanya perubahan produksi yang disebabkan oleh teknologi pengukusan sterilisasi hama, penyakit, dan keterampilan tenaga kerja merupakan indikasi 31 terjadinya risiko produksi. Usaha budidaya jamur milik Bapak Sukamto merupakan usaha yang bergerak dibidang budidaya jamur tiram putih dengan luas kumbung 2600 m 2 . Menghadapi risiko dalam budidaya jamur tidak membuat usaha budidaya jamur ini berhenti berproduksi. Hal ini dapat dilihat karena usaha ini sudah bertahan selama 3 tahun dan mampu bertahan dengan kinerja yang dimilikinya untuk mengendalikan segala risiko usaha yang muncul. Analisis yang dilakukan adalah analisis probabilitas dan dampak dari risiko produksi budidaya jamur tiram putih. Pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya kerugian dapat dilakukan dengan analisis nilai standar atau dikenal dengan analisis Z-score. Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk, VaR. Kerangka pemikiran secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Potensi pasar usaha jamur tiram putih yang cukup besar Usaha budidaya jamur tiram putih pada usaha milik Bapak Sukamto belum mampu memenuhi permintaan Fluktuasi produksi yang menyebabkan fluktuasi produktivitas yang mengindikasi adanya risiko produksi Sumber-sumber risiko produksi pada Usaha Milik Bapak Sukamto Analisis dampak risiko produksi Analisis risiko produksi Strategi penanganan risiko 32

IV. METODE PENELITIAN