kemudian digoreskan pada media Pikovskaya. Pengamatan dilakukan sampai terbentuknya zona bening di sekitar bakteri yang menandakan terjadinya pelarutan
fosfat. Isolat bakteri pelarut fosfat dari tanah yang telah diinkubasi 3-4 hari diamati pertumbuhannya. Uji kualitatif dilakukan dengan cara menghitung
besarnya zona bening yang terbentuk dengan menggunakan Indeks Pelarutan IP Gambar 1.
IP =
A B
Gambar 1. Indeks Pelarutan Fosfat Keterangan :
A = diameter zona bening B = diameter koloni bakteri
Koloni-koloni bakteri pelarut fosfat yang diinginkan selanjutnya dimurnikan dengan metode gores pada cawan petri dan disimpan di dalam medium agar
miring Pikovskaya. Kemampuan mikrob melarutkan fosfat dijadikan dasar untuk pemilihan mikrob unggul. Mikrob pelarut fosfat yang paling unggul digunakan
untuk pengujian selanjutnya.
3.3.5 Pengujian Kuantitatif Isolat Bakteri Pelarut Fosfat dari Tanah dan
Isolat Bakteri Pelarut Fosfat Koleksi
Pengujian kuantitatif dilakukan menggunakan media Pikovskaya cair. Isolat koleksi yang telah diremajakan serta isolat bakteri tanah diambil koloninya
sebanyak 1 ml kemudian ditumbuhkan pada media Pikovskaya cair dan diinkubasi selama 5 hari. Kultur diinkubasi dengan pengocokan 100 rpm secara
periodik. Setelah masa inkubasi, isolat bakteri yang telah tumbuh diambil koloninya kemudian disentrifugasi 1048 x g selama 20 menit. Supernatan yang
diperoleh lalu ditambahkan 5 ml larutan PB dan 5 tetes larutan PC. Selain itu juga mempersiapkan larutan standar 50 ppm P 0 ppm – 10 ppm dan ditambahkan
pula 5 ml larutan PB dan 5 tetes larutan PC kemudian diukur dengan menggunakan spektrofotometer. Supernatan yang dihasilkan dari hasil sentrifus
diukur pelarutan fosfatnya dengan menggunakan spektrofotometer dan dibandingkan dengan kontrol. Masing-masing perlakuan dilakukan dengan
ulangan sebanyak tiga kali.
3.3.6 Metode Pengukuran P dalam Larutan
Supernatan yang dihasilkan diencerkan hingga 50 kali kemudian dianalisis P terlarut dengan menggunakan metode Bray-1. Analisis yang digunakan
menggunakan larutan standar 50 ppm dengan seri pengenceran 0-10 ppm P. Larutan ini dibuat dari larutan baku yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi
kemudian diencerkan dengan larutan Bray-1. Sebanyak 5 ml larutan PB dan 5 tetes larutan PC ditambahkan ke dalam 5 ml supernatan. Jumlah P larut
diidentifikasi melalui intensitas warna biru dari larutan dengan metode kolorimetri fosfomolibdat. Intensitas warna biru dari larutan dibaca pada gelombang 660 nm
dengan spektrofotometer Sulaeman et al., 2005.
3.3.7 Uji Antagonis Isolat Bakteri Pelarut Fosfat dari Tanah dan Isolat
Bakteri Pelarut Fosfat Koleksi jika dikombinasikan secara in vitro
Bakteri-bakteri yang digunakan untuk uji antagonis yaitu isolat koleksi CV. Meori Agro Burkholderia sp. PS4, Pseudomonas aeruginosa P2, Bacillus subtilis
J2 dan isolat bakteri pelarut fosfat dari tanah IS9. Satu koloni bakteri yang tumbuh terpisah pada media SPA di cawan petri diambil dengan menggunakan
jarum ose dan digoreskan pada media SPA yang telah disiapkan. Pengujian antagonis empat isolat bakteri dilakukan dengan metode uji berpasangan pada
media SPA Gambar 2, 3 dan 4. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan cara mengamati pertumbuhan empat bakteri secara bersama-sama. Masing-masing
perlakuan dilakukan dengan ulangan sebanyak tiga kali.
Gambar 2. Metode Uji Antagonistik Dua Isolat Bakteri
Gambar 3. Metode Uji Antagonistik Tiga Isolat Bakteri
Isolat Bakteri 2
Petridisk Isolat Bakteri 1
Isolat Bakteri 2
Isolat Bakteri 1 Isolat Bakteri 3
Petridisk
Gambar 4. Metode Uji Antagonistik Empat Isolat Bakteri
3.3.8 Pengaruh Bakteri Pelarut Fosfat serta Kombinasinya pada