Pengaruh Pemberian Bakteri Asam Laktat, Bakteri Fotosintetik Anoksigenik Dan Bakteri Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica chinensis L var. Tosakan)

(1)

Pengaruh Pemberian Bakteri Asam Laktat, Bakteri Fotosintetik

Anoksigenik dan Bakteri Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan

Tanaman Sawi (Brassica chinensis L var. Tosakan)

SKRIPSI

Oleh

DINI RAMADHANI

050805032

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI ASAM LAKTAT, BAKTERI FOTOSINTETIK ANOKSIGENIK DAN BAKTERI PELARUT FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica chinensis L var. TOSAKAN)

Kategori : SKRIPSI

Nama : DINI RAMADHANI Nomor Induk Mahasiswa : 050805032

Program Studi : SARJANA (S1) BIOLOGI Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Komisi Pembimbing :

Pembimbing I

Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc Nip. 19640409 199403 1 003

Diketahui/disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc Nip. 19640409 199403 1 003


(3)

PERNYATAAN

PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI ASAM LAKTAT, BAKTERI FOTOSINTETIK ANOKSIGENIK DAN BAKTERI PELARUT

FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica chinensis L var. TOSAKAN)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, januari 2010

DINI RAMADHANI 050805032


(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas rahmat, kekuatan dan kemurahan-Nya sehingga penulis dimampukan menyelesaikan skripsi yang berjudul, ” PENGARUH PEMBERIAN BAKTERI ASAM LAKTAT, BAKTERI FOTOSINTETIK ANOKSIGENIK DAN BAKTERI PELARUT FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica

chinensis L var. TOSAKAN)” dalam waktu yang ditetapkan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, waktu dan perhatiannya yang besar terutama saat memulai penulisan hingga penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Bapak Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc , Ibu Dra. Nunuk priyani, M.Sc dan Ibu Dra. Suci Rahayu, M.Sc sebagai anggota penguji yang telah banyak memberikan arahan dan saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga saya tunjukkan kepada ibu Masitta Tandjung, S.si, M.si selaku Dosen Akademik saya dan juga kepada Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc Ketua Deapartemen Biologi FMIPA USU dan Ibu Dra. Nunuk Priyani, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU. Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU. Bapak Prof. Dr. H. Erman Munir, M.Sc. selaku kepala Laboratorium Mikrobiologi. Staf pengajar di Departemen Biologi FMIPA USU. Bapak Alm. Sukirmanto, Ibu Nurhasni Muluk, Ibu Roslina Ginting, dan Bang Erwin selaku Staf Pegawai Departemen BIOLOGI FMIPA USU.

Ungkapan terima kasih yang tidak ternilai juga penulis ucapkan kepada keluargaku yang saya sayangi, kedua orang tua atas segala cinta, kasih sayang, pengorbanan moril maupun materil, motivasi, kesabaran serta do’a yang tidak akan pernah bisa penulis balas sampai kapanpun serta para abang, kakak dan adik-adik.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh Senior dan Junior serta teman-teman di Departemen Biologi serta semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, perhatian, dan bantuannya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam melengkapi kekurangan serta penyempurnaan laporan hasil penelitian ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.


(5)

ABSTRAK

Penelitian mengenai “Pengaruh pemberian bakteri asam laktat, bakteri fotosintetik anoksigenik dan bakteri pelarut fosfat terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica

chinensis L var. Tosakan)” telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Laboratorium Ilmu Dasar dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dari bulan November 2009 sampai Oktober 2010. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui pengaruh pemberian isolat bakteri asam laktat, bakteri fotosintetik anoksigenik dan bakteri pelarut fosfat yang disiram ke tanah terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica chinensis L). Bakteri asam laktat yang didapat yaitu Lactobacillus sp. diisolasi dari sawi yang dibusukkan kemudian ditumbuhkan pada media khusus MRS agar. Perlakuan meliputi kontrol (P0), Lactobacillus sp. + bakteri fotosintetik anoksigenik + bakteri pelarut fosfat (P1), Lactobacillus sp. (P2), bakteri fotosintetik anoksigenik (P3), bakteri pelarut fosfat (P4) dan Agrobost (P5) kemudian masing-masing diujikan pada sawi (Brassica chinensis L). Parameter yang diamati adalah pengukuran kadar C/N dan fosfat tersedia dalam tanah, pengukuran vegetatif tanaman yaitu tinggi tanaman, panjang daun dan jumlah daun serta pengukuran berat kering tanaman. Data yang didapatkan bervariasi pada tiap-tiap pengamatan. Terhadap pengukuran kadar C/N dan fosfat tersedia menunjukkan bahwa perlakuan P3 meningkatkan rasio C/N dalam tanah sedangkan P2 dan P4 membantu penyerapan fosfat dalam tanah dibanding perlakuan lainnya. Terhadap pengukuran vegetatif tanaman, untuk tinggi tanaman dan jumlah daun, P4 memberikan pengaruh yang besar dan untuk panjang daun ditunjukkan oleh P3. Terhadap pengukuran berat kering tanaman yang memberikan pengaruh yang besar adalah P3.


(6)

THE EFFECT OF LACTIC ACID BACTERIA, ANOKSIGENIK PHOTOSYNTHETIC BACTERIA AND BACTERIAL PHOSPHATE

SOLVENT ON THE GROWTH OF MUSTARD (Brassica chinensis L. VAR. TOSAKAN)

ABSTRACT

Research on "The effect of lactic acid bacteria, anoksigenik photosynthetic bacteria and bacterial phosphate solvent on the growth of mustard (Brassica chinensis L. var. Tosakan)" has been done in the Laboratory of Microbiology, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Laboratory of Basic Science and Laboratory for Research and Technology Faculty of Agriculture, University of North Sumatra from November 2009 to October 2010. This study aims to look at and know the effect of Bacteria lactic acid bacteria, anoksigenik photosynthetic bacteria and bacterial phosphate solvent which poured into the soil on the growth of mustard (Brassica chinensis L). Lactic acid bacteria is Lactobacillus sp. isolated from mustard that canker then grown on special media MRS agar. The treatments included control (P0), Lactobacillus sp. + anoksigenik photosynthetic bacteria + bacterial phosphate solvent (P1), Lactobacillus sp. (P2), anoksigenik photosynthetic bacteria (P3), bacterial phosphate solvent (P4) and Agrobost (P5), then each tested on cabbage (Brassica chinensis L). Parameters were measured slope of C/N ratio and phosphate available in the soil, vegetative measurement of plant height, leaf length and leaf number and plant dry weight measurements. The result is variated of each observation. To the measurement levels of C/N ratio and phosphate are available indicate that the treatment P3 increase the ratio of C/N ratio in the soil while the P2 and P4 helps the absorption of phosphate in the soil compared to other treatments. On the measurement of vegetative plants, for plant heightn number of leaves, P4 gave a great influence and for leaf length indicated by P3. On plant dry weight measurements that give a great influence is P3.

Keyword : anocsigenic photosynthetic bacteria, lactic acid bacteria, bacterial phosphate solvent, Brassica chinensis.


(7)

DAFTAR ISI

Persetujuan i

Pernyataan ii

Abstrak iii

Abstract iv

Daftar Isi v

Daftar Tabel vi

Daftar Gambar vii

Daftar Lampiran viii

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan 3

1.4 Hipotesis 4

1.5 Manfaat 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Tanah sebagai media nutrisi dan media pertumbuhan 5

2.2 Biofertilizer 6

2.3 Bakteri fotosintetik anoksigenik 7

2.4 Lactobacillus sp. 8

2.5 Bakteri pelarut fosfat 9 Bab 3 Bahan dan Metoda

3.1 Waktu dan Tempat 11

3.2 Bahan 11

3.3 Isolasi Lactobacillus sp. dari sawi busuk 11 3.4 Pencampuran suspensi bakteri ke dalam tanah 12

3.5 Rancangan Penelitian 12

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Pengaruh pemberian perlakuan terhadap pertumbuhan vegetatif

tanaman sawi 13 4.2 Analisis sifat kimia tanah 15 4.3 Pengukuran berat kering sawi 18 Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 19

5.2 Saran 19

Daftar Pustaka


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.2 Hasil analisis sifat kimia tanah, kadar C/N dan fosfat tersedia dalam

tanah 16

Tabel 1. Pertumbuhan sawi hari ke-0 29 Tabel 2. Pertumbuhan sawi hari ke-15 30


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Histogram pertumbuhan vegetative sawi (a) grafik tinggi tanaman, (b) grafik panjang daun, (c) grafik jumlah daun 14 Gambar 4.3 Histogram berat kering sawi 18 Gambar a. sawi yang telah dipanen 25

Gambar b. Lokasi penanaman 26


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Komposisi media mineral modifikasi dan media MRS-A 24 Lampiran B. Dokumentasi penelitian 25 Lampiran C. Data mentah pengukuran vegetatif dan biomassa 29


(11)

ABSTRAK

Penelitian mengenai “Pengaruh pemberian bakteri asam laktat, bakteri fotosintetik anoksigenik dan bakteri pelarut fosfat terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica

chinensis L var. Tosakan)” telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Laboratorium Ilmu Dasar dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dari bulan November 2009 sampai Oktober 2010. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui pengaruh pemberian isolat bakteri asam laktat, bakteri fotosintetik anoksigenik dan bakteri pelarut fosfat yang disiram ke tanah terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica chinensis L). Bakteri asam laktat yang didapat yaitu Lactobacillus sp. diisolasi dari sawi yang dibusukkan kemudian ditumbuhkan pada media khusus MRS agar. Perlakuan meliputi kontrol (P0), Lactobacillus sp. + bakteri fotosintetik anoksigenik + bakteri pelarut fosfat (P1), Lactobacillus sp. (P2), bakteri fotosintetik anoksigenik (P3), bakteri pelarut fosfat (P4) dan Agrobost (P5) kemudian masing-masing diujikan pada sawi (Brassica chinensis L). Parameter yang diamati adalah pengukuran kadar C/N dan fosfat tersedia dalam tanah, pengukuran vegetatif tanaman yaitu tinggi tanaman, panjang daun dan jumlah daun serta pengukuran berat kering tanaman. Data yang didapatkan bervariasi pada tiap-tiap pengamatan. Terhadap pengukuran kadar C/N dan fosfat tersedia menunjukkan bahwa perlakuan P3 meningkatkan rasio C/N dalam tanah sedangkan P2 dan P4 membantu penyerapan fosfat dalam tanah dibanding perlakuan lainnya. Terhadap pengukuran vegetatif tanaman, untuk tinggi tanaman dan jumlah daun, P4 memberikan pengaruh yang besar dan untuk panjang daun ditunjukkan oleh P3. Terhadap pengukuran berat kering tanaman yang memberikan pengaruh yang besar adalah P3.


(12)

THE EFFECT OF LACTIC ACID BACTERIA, ANOKSIGENIK PHOTOSYNTHETIC BACTERIA AND BACTERIAL PHOSPHATE

SOLVENT ON THE GROWTH OF MUSTARD (Brassica chinensis L. VAR. TOSAKAN)

ABSTRACT

Research on "The effect of lactic acid bacteria, anoksigenik photosynthetic bacteria and bacterial phosphate solvent on the growth of mustard (Brassica chinensis L. var. Tosakan)" has been done in the Laboratory of Microbiology, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Laboratory of Basic Science and Laboratory for Research and Technology Faculty of Agriculture, University of North Sumatra from November 2009 to October 2010. This study aims to look at and know the effect of Bacteria lactic acid bacteria, anoksigenik photosynthetic bacteria and bacterial phosphate solvent which poured into the soil on the growth of mustard (Brassica chinensis L). Lactic acid bacteria is Lactobacillus sp. isolated from mustard that canker then grown on special media MRS agar. The treatments included control (P0), Lactobacillus sp. + anoksigenik photosynthetic bacteria + bacterial phosphate solvent (P1), Lactobacillus sp. (P2), anoksigenik photosynthetic bacteria (P3), bacterial phosphate solvent (P4) and Agrobost (P5), then each tested on cabbage (Brassica chinensis L). Parameters were measured slope of C/N ratio and phosphate available in the soil, vegetative measurement of plant height, leaf length and leaf number and plant dry weight measurements. The result is variated of each observation. To the measurement levels of C/N ratio and phosphate are available indicate that the treatment P3 increase the ratio of C/N ratio in the soil while the P2 and P4 helps the absorption of phosphate in the soil compared to other treatments. On the measurement of vegetative plants, for plant heightn number of leaves, P4 gave a great influence and for leaf length indicated by P3. On plant dry weight measurements that give a great influence is P3.

Keyword : anocsigenic photosynthetic bacteria, lactic acid bacteria, bacterial phosphate solvent, Brassica chinensis.


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dampak dari penggunaan pupuk anorganik menghasilkan peningkatan produktivitas tanaman yang cukup tinggi. Namun penggunaan pupuk anorganik dalam jangka yang relatif lama umumnya berakibat buruk pada kondisi tanah. Tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanaman (Parman, 2007).

Pengembalian bahan organik ke dalam tanah merupakan hal yang mutlak dilakukan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif. Dua alasan yang selama ini dikemukakan para ahli adalah (1) pengolahan tanah yang dangkal selama bertahun-tahun mengakibatkan menurunnya kandungan C dan N-organik, (2) penggunaan pupuk seperti urea, KCL, dan TSP telah melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis sehingga efisiensi dan pendapatan bersih yang diterima petani dari setiap unit pupuk yang digunakan semakin menurun. Kedua alasan tersebut memberikan dampak yang buruk bagi pertanian di masa mendatang jika tidak dimulai tindakan antisipasinya (Musnamar, 2003).

Tingkat kesuburan tanah dipengaruhi beberapa faktor antara lain keanekaragaman mikroba tanah: faktor iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban, faktor nutrisi dan lingkungan, serta populasi mikroorganisme yang merupakan indikator tingkat kesuburan tanah (Purwaningsih 2004).

Mikroorganisme telah banyak dipergunakan dalam pertanian. Bila digunakan pada media tanah, air atau pada limbah organik akan menghasilkan proses regenerasi


(14)

terus menerus dan meningkatkan proses oksidasi serta mampu mengintensifkan berbagai bentuk energi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman atau hewan (Anonim, 2003). Goldin dan Gorbach (1992) mengatakan bahwa beberapa substansi antimikroba dihasilkan bakteri probiotik, juga mampu meningkatkan dekomposisi bahan organik seperti lignin dan selulosa sehingga dapat menghilangkan bahan organik yang tidak diinginkan (Hussain, 1999).

Bakteri Lactobacillus mampu menghasilkan antibiotik alami (zat) pembunuh bakteri pathogen (Anonim, 2010). Selama fermentasi, bakteri asam laktat ini tidak hanya berpengaruh terhadap makanan dan rasa tetapi juga memproduksi dan mengeluarkan senyawa antimikroba, seperti bakteriosin. Bakteriosin merupakan senyawa protein yang memiliki efek bakterisida terhadap mikroorganisme lain (Pal et

al., 2005).

Bakteri fotosintetis merupakan kelompok independen, mikroba yang berdiri sendiri. Bakteri ini mensintesis zat-zat bermanfaat dari sekresi akar, materi organik dan atau gas berbahaya (misalnya hidrogen sulfida), dengan menggunakan sinar matahari dan panas tanah sebagai sumber energi. Zat yang berguna yang dikembangkan oleh mikroba tersebut meliputi asam amino, asam nukleat, bahan bioaktif dan gula, yang semuanya meningkatkan pertumbuhan tanaman. Metabolit ini dikembangkan oleh mikroorganisme ini terserap langsung ke tanaman dan bertindak sebagai substrat untuk meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan (Hussain, 1999).

Salah satu alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat dalam mengatasi rendahnya fosfat tersedia dalam tanah adalah dengan memanfaatkan kelompok mikroorganisme pelarut fosfat, yaitu mikroorganisme yang dapat melarutkan fosfat tidak tersedia menjadi tersedia sehingga dapat diserap oleh tanaman. pemanfaatan mikroorganisme pelarut fosfat diharapkan dapat mengatasi masalah P pada tanah asam (Ginting, 2006).

Untuk tujuan tersebut diperlukan penelitian yang bertujuan untuk melihat potensi mikroba sebagai sumber-sumber nitrogen, karbon dan fosfat untuk tanaman


(15)

sebagai antisipasi penggunaan pupuk anorganik. Adapun mikroba yang digunakan yaitu Lactobacillus sp., bakteri fotosintetik anoksigenik Rhodopseudomonas palustris, dan bakteri pelarut posfat.

1.2Permasalahan

Penggunaan pupuk anorganik saat ini banyak menimbulkan masalah yang besar bagi kesehatan tanah. Hal ini karena penggunaan pupuk yang mengandung senyawa-senyawa kimia menyebabkan kesuburan tanah menjadi berkurang dan menimbulkan efek yang negatif terhadap tanaman yang diberi pupuk anorganik tersebut (Parman, 2007).

Penggunaan mikroorganisme telah banyak dilakukan untuk mengantisipasi masalah tersebut. Mulai dari peningkatan kesuburan tanah, penghambatan penyakit yang menyerang tanaman, mambantu proses dekomposisi bahan-bahan organik dalam tanah, membantu peningkatan produksi hormon tanaman dan sebagainya. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh pemberian isolat bakteri asam laktat, bakteri fotosintetis anoksigenik dan bakteri pelarut fosfat yang diujikan langsung, misalnya terhadap tanaman sawi (Brassica chinensis L.).

1.3Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui pengaruh pemberian isolat bakteri Lactobacillus sp., bakteri fotosintetik anoksigenik dan bakteri pelarut fosfat yang dicampurkan ke dalam tanah terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica chinensis L.)


(16)

1.4Hipotesis

Pemberian bakteri Lactobacillus sp., bakteri fotosintetik anoksigenik dan bakteri pelarut fosfat dapat meningkatkan kesuburan tanaman.

1.5Manfaat

Sebagai sumber informasi awal untuk penelitian lebih lanjut dan diharapkan dapat menghasilkan produk pupuk hayati yang berguna bagi dunia pertanian.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah sebagai media nutrisi dan media pertumbuhan

Tanah merupakan medium dari tanaman secara normal memperoleh nutriennya. Nutrien tersebut adalah karbon (C), nitrogen (N), posfor (P). Tiga komponen utama tanah yang menyediakan nutrient bagi pertumbuhan tanaman adalah bahan organik, turunan bahan batuan induk, dan serpih-serpih lempung. Nutrien pertama-tama dibebaskan ke dalam larutan tanah (air tanah) sebelum dipindahkan ke dalam sistem perakaran tanaman (Rao, 1994).

Nitrogen bebas merupakan 79% dari udara. Unsur N2 hanya dapat

dimanfaatkan oleh tumbuhan, umumnya dalam bentuk nitrat, dan pengambilannya khususnya lewat akar. Terbentuknya nitrat itu karena jasa-jasa mikroorganisme. Penyusunan nitrat dilakukan secara bertahap oleh beberapa genus bakteri secara sinergetik. Beberapa genera bakteri yang hidup bebas di dalam tanah mampu untuk mengikat molekul-molekul nitrogen guna dijadikan senyawa-senyawa pembentuk tubuh mereka, misalnya protein (Dwidjoseputro, 1990).

Di dalam tanah terdapat berbagai jenis biota tanah, antara lain mikroorganisme (bakteri, fungi, aktinomisetes, mikroflora, dan protozoa) serta fauna tanah. Masing-masing biota tanah mempunyai fungsi yang khusus. Dalam kaitannya dengan tanaman, mikroorganisme sangat berperan dalam membantu pertumbuhan tanaman melalui penyediaan hara (mikroorganisme penambat N, pelarut P), membantu penyerapan hara (cendawan mikoriza arbuskula), memacu pertumbuhan tanaman (penghasil hormon), dan pengendali hama-penyakit (penghasil antibiotik, antipatogen) (Anonim, 2008)


(18)

2.2 Biofertilizer

Biofertilizer didefinisikan sebagai produk yang mengandung mikroorganisme hidup atau sel mikroorganisme yang tersembunyi yang mengaktifkan proses biologis untuk membuat pupuk atau membentuk unsur yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman. Dalam lingkup terminologi ini, biofertilizers meliputi perumusan mikroorganisme pengikat nitrogen, mikroorganisme pelarut posfat dan mikroorganisme selulolitik (Boonkerd, 2008).

Biofertilizer sering disebut sebagai pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup, aktifitas mikroorganisme ini mempengaruhi ekosistem tanah dan menghasilkan zat tambahan buat tanaman (Parr et al., 2002). Bagaimanapun, spesies dan kuantitas bervariasi tergantung pada sumber daya dan bahan-bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi pupuk. Mikroorganisme tersebut dan sumber nutrien diperoleh dari bahan baku yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan dan unsur hara tanah. Ada macam-macam jenis biofertilizer yang tersedia tergantung bahan baku yang digunakan, bentuk-bentuk pemanfaatan dan sumber mikroorganisme (DOAE 2003, Higa dan Parr 1994; Ngampimol dan Kunathigan, 2008).

Pendekatan yang kurang komprehensif terhadap kesuburan tanah selama ini yakni hanya memfokuskan dari faktor kimianya saja telah terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas tanah dalam jangka panjang. Selain faktor kimia berupa unsur makro dan mikro yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, faktor biologis (biokimia) yang terutama dimainkan perannya oleh mikroba juga sangat penting. Berbagai senyawa organik yang dihasilkan oleh mikroba dalam proses dekomposisi berbagai limbah organik di alam berperan dalam memacu merangsang pertumbuhan, mempercepat proses perbungaan, meningkatkan proses biosintesis senyawa biokimia, menghambat patogen, bahkan juga meningkatkan produksi senyawa metabolit sekunder sebagai bahan baku obat, pestisida dan sebagainya (Aryantha et al., 2002).

Wild (2001) dalam Aryantha et al. (2002) menyatakan bahwa mikroorganisme tanah juga berperan penting dalam proses pelarutan mineral-mineral yang tadinya


(19)

berada dalam bentuk senyawa kompleks menjadi bentuk ion, maupun garam-garam yang dapat diserap oleh akar. Sebagai contoh unsur fosfor dalam senyawa kompleks batuan akan terlarutkan oleh kelompok pelarut fosfat seingga menjadi tersedia bagi tanaman.

2.3 Bakteri fotosintetik anoksigenik

Semua bakteri fotosintetik anoksigenik (BFA) yang telah dilaporkan bersifat diazotrof dengan kemampuan penambatan nitrogen yang cukup besar. Hal ini ditunjukkan oleh adanya aktivitas nitrogenase yang cukup tinggi, terutama pada Rhodobacter

capsulatus, R. spaeroides dan Rhodopseudomonas viridis (Madigan et al., 1984).

Bakteri fotosintetik anoksigenik dapat hidup secara aerobik, anaerobik maupun secara fermentasi (Brock dan Madigan 1991). Selain itu juga mampu menggunakan cahaya spektrum merah sampai infra merah, tahan terhadap herbisida tertentu dan mampu mendetoksikasi H2S (Habte & Alexander 1980). Walaupun bakteri fotosintetis

anoksigenik mungkin tidak dapat menggantikan peranan pupuk nitrogen sintetik secara keseluruhan, tetapi bakteri ini memiliki potensi penambat nitrogen hayati yang diharapkan dapat mengurangi pemakaian pupuk sintetik (Seumahu et al., 1997).

Gest dan Blankenship (2003) menemukan bakteri fotosintesis memproduksi fiksasi H2 dan N2 oleh Rhodospirillum rubrum. Studi berikutnya mengungkapkan

bahwa banyak bakteri fotosintetik anoksigenik memiliki kapasitas fiksasi N2. Secara

umum, fiksasi nitrogen biologis sebagai bagian dari input nitrogen untuk mendukung pertumbuhan tanaman telah menurun akibat intensifikasi pemupukan anorganik (Hindersah dan Simarmata, 2004). Unsur nitrogen termasuk unsur utama dan merupakan faktor pembatas dalam pertumbuhan, sehingga merupakan kunci keberhasilan pertumbuhan tanaman (Purwaningsih, 2004).


(20)

2.4 Lactobacillus sp.

Menurut Misgiyarta dan Widowati (2002),bakteri asam laktat (BAL) yang banyak tersebar di alam Indonesia ini dapat diisolasi dari berbagai sumber antara lain buah-buahan busuk, sayuran busuk, berbagai produk asinan tradisional, susu terfermentasi, feses ternak, feses bayi, dan lain-lain. BAL yang digunakan dalam fermentasi perlu diseleksi untuk memperoleh isolat yang memiliki kemampuan unggul, sehingga memiliki kelebihan-kelebihan:

1. Memiliki kemampuan adaptasi tinggi terhadap kondisi lingkungan sehingga memiliki tingkat efisiensi yang tinggi.

2. Ketersediaan mikroba terjamin, sebab bersumber dari lingkungan alam Indonesia yang dapat diisolasi dari banyak sumber.

3. Memungkinkan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat dengan biaya yang relatif murah untuk industri besar, maupun industri kecil, karena ketersediaan yang cukup serta biaya relatif murah.

Bakteri asam laktat memiliki kemampuan untuk menekan penyakit yang terinduksi mikroorganisme seperti Fusarium, yang terus menerus terjadi dalam program penanaman. Dalam keadaan normal, spesies seperti Fusarium melemahkan tanaman panen, sehingga menyebabkan penyakit dan meningkatkan populasi hama seperti nematoda. Penggunaan bakteri asam laktat mengurangi populasi nematoda dan kontrol propagasi dan penyebaran Fusarium, sehingga mendorong lingkungan yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman (Hussain, 1999).

Bakteri asam laktat dapat dimanfaatkan inokulan lainnya untuk meningkatkan keragaman mikrobia tanah serta dapat diserap langsung oleh tanaman sebagai antibiotik yang mampu menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan (Tola


(21)

2.5 Bakteri pelarut fosfat

Untuk meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat, saat ini mulai dikembangkan kemampuan bakteri dalam mengefektifkan ketersediaan unsur P. Menurut Rao (1982) dalam tanah banyak bakteri yang mempunyai kemampuan melepas P dari ikatan Fe, Al, Ca dan Mg sehingga P yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman, salah satunya adalah Pseudomonas.

Fosfor (P) termasuk unsur hara makro yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, namun kandungan di dalam tanaman lebih rendah dibanding nitrogen (N), kalium (K), dan kalsium (Ca). tanaman menyerap P dari tanah dalam bentuk ion fosfat, terutama H2PO4- dan HPO42- yang terdapat dalam larutan tanah. Ion H2PO4

-lebih banyak dijumpai pada tanah yang -lebih masam, sedangkan pada pH yang -lebih tinggi (lebih besar dari 7) bentuk HPO42- lebih dominan. Disamping ion-ion tersebut,

tanaman dapat menyerap P dalam bentuk asam nukleat, fitin dan fosfohumat (Havlin

et al., 1999; Elfiati, 2005).

Penggunaan mikroba pelarut P sebagai pupuk hayati mempunyai keunggulan antara lain hemat energi, tidak mencemari lingkungan, mampu meningkatkan kelarutan P yang terjerap, menghalangi terjerapnya P pupuk oleh unsur-unsur penjerap dan mengurangi toksisitas Al3+, Fe3+ dan Mn2+ terhadap tanaman pada tanah masam. pada jenis-jenis tertentu, mikroba ini dapat memacu pertumbuhan tanaman karena menghasilkan zat pengatur tumbuh, serta menahan penetrasi patogen akar karena sifat mikroba yang cepat mengkolonisasi akar dan menghasilkan senyawa antibiotik. Soepardi (1983) mengemukakan peranan P antara lain penting untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar halus dan rambut akar, memperkuat jerami agar tanaman tidak mudah rebah, memperbaiki kualitas tanaman, pembentukan bunga, buah dan biji serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit (Elfiati, 2005).

Bakteri pelarut fosfat (BPF) merupakan bakteri tanah yang bersifat non patogen dan termasuk dalam katagori bakteri pemacu pertumbuhan tanaman. Bakteri tersebut menghasilkan vitamin dan fitohormon yang dapat memperbaiki pertumbuhan akar tanaman dan meningkatkan serapan hara (Glick, 1995). BPF merupakan


(22)

satu-satunya kelompok bakteri yang dapat melarutkan P yang terjerap permukaan oksida-oksida besi dan almunium sebagai senyawa Fe-P dan Al-P (Hartono, 2000). Bakteri tersebut berperan juga dalam transfer energi, penyusunan protein, koenzim, asam nukleat dan senyawa-senyawa metabolik lainnya yang dapat menambah aktivitas penyerapan P pada tumbuhan yang kekurangan P (Rao, 1994; Widawati dan Suliasih, 2005).

Pelarutan fosfat oleh Pseudomonas didahului dengan sekresi asam-asam organik, diantaranya asam sitrat, glutamat, suksinat, laktat, oksalat, glioksilat, malat, fumarat. Hasil sekresi tersebut akan berfungsi sebagai katalisator, pengkelat dan memungkinkan asam-asam organik tersebut membentuk senyawa kompleks dengan kationkation Ca2+, Mg2+, Fe2+, dan Al3+ sehingga terjadi pelarutan fosfat menjadi bentuk tersedia yang dapat diserap oleh tanaman (Rao, 1982). Pemanfaatan bakteri pelarut fosfat sebagai salah satu penerapan bioteknologi merupakan suatu alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam mencari pemecahan masalah efektivitas ketersediaan unsur P pada tanah masam (Wulandari, 2001).


(23)

BAB 3

BAHAN DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2009 sampai Oktober 2010 bertempat di Laboratorium Ilmu Dasar, Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi FMIPA USU dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU.

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah sayur sawi busuk, isolat bakteri fotosintetik anoksigenik (BFA) Rhodopseudomonas palustris, isolat bakteri pelarut fosfat (BPF), bibit sawi Brassica chinensis L var. Tosakan (Caisim Bangkok), media deMan, Rogosa dan Sharpe Agar (MRSA), Media Nutrien Agar (NA), Media Nutrien Broth (NB), aquadest, dan alkohol 70%. Isolat bakteri Rhodopseudomonas

palustris dan isolat bakteri pelarut fosfat merupakan koleksi Laboratorium

Mikrobiologi Departemen Biologi FMIPA USU.

3.3 Isolasi Lactobacillus sp. dari Sawi Busuk

Isolasi Lactobacillus sp. dari sawi busuk dilakukan dengan metode pengenceran (Lay, 1994). Sampel sawi busuk ditumbuk halus dengan alu dan lumpang kemudian ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril dan diencerkan hingga pengenceran 10-1. Suspensi kemudian dimasukkan ke dalam cawan Petri yang berisi media deMan, Rogosa dan Sharpe Agar (MRSA),


(24)

kemudian diratakan dengan menggunakan hockey stick. Hal ini dilakukan sebanyak 3 x ulangan. Biakan diinkubasi pada suhu 30oC selama 2 hari. Biakan yang telah tumbuh diamati dan dikarekteriasasi, kemudian disubkulturkan ke media MRSA yang baru untuk dimurnikan.

3.4 Pencampuran suspensi bakteri ke dalam tanah

Pencampuran suspensi bakteri ke dalam tanah dilakukan pada saat sawi memasuki masa pindah tanam. Suspensi bakteri diberikan masing-masing sebanyak 1000 ml dengan jumlah sel yang ditambahkan 1,5–174x1011 CFU/ml ke dalam setiap perlakuan. Penanaman dilakukan selama 15 hari.

3.5 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan pemberian pupuk sebanyak 6 perlakuan dengan 3 kali ulangan.

P0 : Kontrol ( tanpa pemberian pupuk, hanya disiram air) P1 : Pemberian Lactobacillus sp. + BFA + BPF

P2 : Pemberian Lactobacillus sp. P3 : Pemberian BFA

P4 : Pemberian BPF

P5 : Pemberian Agrobost (Pupuk Organik Komersil)

Faktor- faktor yang diamati adalah sebagai berikut :

a. Pengukuran Kadar C/N dan fosfat tersedia dalam tanah (sebelum dan sesudah penanaman), dengan menggunakan metode Walkey & Black untuk kadar C, metode Kjehdal untuk kadar N dan metode Bray II untuk fosfat tersedia.

b. Pengukuran vegetatif tanaman meliputi tinggi tanaman, panjang daun dan jumlah daun.


(25)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Pemberian Perlakuan Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Sawi

Pemberian perlakuan terhadap pertumbuhan sawi tidak memberikan pengaruh yang nyata untuk pengukuran vegetatifnya (α : 5 %). Perlakuan yang memberikan pengaruh besar terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, masing-masing ditunjukkan oleh P4 yaitu BPF sebesar 40,48 dan 11,4, panjang daun ditunjukkan oleh P3 sebesar 16,54 yaitu perlakuan dengan pemberian bakteri fotosintetik anoksigenik. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman sawi pada masing-masing perlakuan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.1 berikut :


(26)

0 5 10 15 20

P0 P1 P2 P3 P4 P5

2.36 2.41 2.42 2.39 2.32 2.21

13.48 15.44

16.46 16.54 15.68

13.88 P an jan g D au n (c m ) Perlakuan

Hari ke-0 Hari ke-15 (panen)

0 2 4 6 8 10 12

P0 P1 P2 P3 P4 P5

3.99 4.82

5.33 5.52 5.39 4.94

8.12

9.72

10.8 11.36 11.4 10.92

Ju m lah D au n (c m ) Perlakuan

Hari ke-0 Hari ke-15 (panen)

Gambar 4.1 Histogram Pertumbuhan Vegetatif Sawi Grafik Tinggi Tanaman, Grafik Panjang Daun dan Grafik Jumlah Daun


(27)

Menurut Dewi (2007) pertumbuhan tanaman adalah proses terjadinya peningkatan jumlah dan ukuran daun dan batang. Hasil pertumbuhan tanaman adalah produk yang dapat dikonsumsi atau dimanfaatkan menjadi produk lain, atau hanya bersifat estetis.

Dari hasil analisis data diperoleh bahwa pemberian BPF yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun tidak berbeda nyata. Menurut Elfiati (2005) pada jenis-jenis tertentu, mikroba pelarut fosfat dapat memacu pertumbuhan tanaman karena menghasilkan zat pengatur tumbuh, serta menahan penetrasi patogen akar karena sifat mikroba yang cepat mengkolonisasi akar dan menghasilkan senyawa antibiotik. Menurut Ginting et al., (2006) fosfat diperlukan dalam proses metabolisme tanaman antara lain untuk merangsang pertumbuhan tanaman, perkembangan akar, pertumbuhan buah, ikut dalam pembelahan sel, memperkuat batang, meningkatkan ketahanan terhadap rebah, memperbaiki kualitas dan memperkuat daya tahan terhadap hama dan penyakit. Efektivitas BPF dalam melarutkan unsur P yang terikat juga sangat berkaitan erat dengan cara beradaptasi dari BPF dengan lingkungannya. Akibatnya produksi tanaman segar meningkat, meskipun tanaman tersebut ditanam dalam media tanah yang tidak subur (Widawati, 2005).

Dari hasil analisis data diperoleh bahwa pemberian BFA yang mempengaruhi panjang daun tidak berbeda nyata. Menurut Seumahu (1997) pada umumnya tanaman padi yang diberi perlakuan inokulasi BFA menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dari pada tanaman kontrol yang tidak diberi nitrogen terikat. Kontribusi nitrogen terikat tidak dapat diabaikan dalam menentukan kesuburan tanaman.

4.2 Analisis Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang dianalisis meliputi rasio C/N dan kadar Fosfat tersedia dalam tanah. Kadar C dilakukan dengan metode Walkey & Black, kadar N dilakukan dengan metode kjehdal sedangkan kadar fosfat tersedia dilakukan dengan metode Bray II. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut :


(28)

Tabel 4.2 Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah, Kadar C/N dan Fosfat Tersedia Dalam Tanah

Perlakuan

Kandungan tanah ( Awal ) Kandungan tanah ( Akhir ) C/N Fosfat Tersedia

(ppm) C/N

Fosfat Tersedia (ppm) P0 9,43 35,31 8,88 14,96 P1 - - 9,57 17,02 P2 - - 8,67 18,29 P3 - - 11,17 16,55 P4 - - 8,43 18,29 P5 - - 9,57 15,60

Dari Tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa rasio C/N dalam tanah tidak mengalami perubahan yang nyata pada saat sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan, kecuali pada perlakuan P3 yaitu pemberian BFA, kadar C/N yang awalnya 9,43 meningkat menjadi 11,17. Pemberian perlakuan terhadap kadar fosfat tersedia memberikan pengaruh yang nyata, kecuali pada perlakuan P2 yaitu pemberian

Lactobacillus sp dan P4 yaitu pemberian BPF, terlihat bahwa tanah termasuk dalam

kategori subur. Hal ini mungkin disebabkan karena mikroorganisme yang diperlakukan menggunakan unsur hara tanah tersebut sebagai sumber nutrisinya dan didukung oleh faktor lingkungan seperti hilangnya unsur hara saat tanaman disiram air sehingga nilai kadar C/N dan fosfat tersedia tidak berbeda dari awal sebelum diberi perlakuan.

Menurut Aribawa et al. (2003) bahwa tingkat kesuburan tanah rendah yang dicirikan dengan pH tanah agak asam (6,09), kadar C-organik rendah (1,24 %), N-total rendah (0,12 %) dan C/N ratio rendah (8,24 %). Menurut Sulaeman et al. (2006) mengungkapkan bahwa kadar C/N yang berkisar antara 5-11 dikategorikan sebagai tanah yang tingkat kesuburannya sedang, sedangkan kadar fosfat tersedia dikatakan tinggi apabila >15 ppm.

Pemberian BFA meningkatkan rasio C/N dalam tanah. Hal ini dikarenakan BFA merupakan bakteri penambat N non-simbiosis. Menurut Rao (1994) menyatakan bahwa fiksasi nitrogen terjadi secara fotoautotrof yang ditunjukkan oleh adanya pigmen fotosintetik dalam sel-sel mereka, seperti misalnya pada genus


(29)

(2003) menemukan bakteri fotosintesis memproduks i fiksasi H2 dan N2 oleh Rhodospirillum rubrum. Studi berikutnya mengungkapkan bahwa banyak bakteri

fotosintetik anoksigenik memiliki kapasitas fiksasi N2.

Pemberian Lactobacillus sp. dan BPF memberikan efek subur terhadap tanah yaitu dengan meningkatkan penyerapan fosfat tersedia dalam tanah. Pemberian pupuk organik dalam tanah mempengaruhi sifat kimia dan hayati (biologi) tanah (Notohadiprawiro, 1998). Lactobacillus yang berfungsi sebagai pelarut P (fosfat) yang terikat oleh kalsium atau magnesium di tanah alkalis dan oleh alumunium di tanah asam, serta membuat keseimbangan pH tanah (Anonim, 2009). Peningkatan P tersedia tanah, serapan P dan hasil pipilan jagung dengan semakin meningkatnya pemberian inokulan mikrobia pelarut fosfat dikarenakan mikrobia pelarut fosfat akan membebaskan asam-asam organik yang selanjutnya akan mengikat logam-logam seperti Al, Fe, Mn juga Ca yang mengikat fosfat sehingga menjadi larut dan tersedia bagi tanaman. Dengan demikian meningkatnya P tersedia dalam tanah maka serapan P juga akan meningkat yang akhirnya akan meningkatkan hasil tanaman (Hasanudin, 2006).


(30)

4.3 Pengukuran Berat Kering Sawi

Hasil pengukuran berat kering sawi yang dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 120oC selama 25 jam dapat dilihat pada Gambar berikut :

4.2 4.4 4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6

P0 P1 P2 P3 P4 P5

4.72

5.18

5.46 5.56 5.48

5.22

B

er

at

K

e

ri

n

g (

g)

Perlakuan

Analisis Data Berat Kering

Gambar 4.3 Histogram Berat Kering Sawi

Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa perlakuan yang memberikan pengaruh dibandingkan perlakuan lainnya terhadap berat kering adalah P3 yaitu pemberian perlakuan BFA. Hal ini mungkin dikarenakan bakteri fotosintetik anoksigenik membantu tanaman menyerap unsur hara dalam tanah. Seumahu et al. (1997) mclaporkan bahwa beberapa isolat BFA dari berbagai daerah di Indonesia mampu meningkatkan berat kering tanaman padi.


(31)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa pengukuran vegetatif tanaman melalui analisa data memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Rasio C/N tidak berbeda nyata pada saat sebelum dan sesudah pemberian perlakuan, kadar posfat tersedia dalam tanah malah menurun pada saat setelah diberi perlakuan. Untuk pengukuran biomassa, dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa pemberian perlakuan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata.

5.2 Saran

Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang pengaruh masing-masing bakteri terhadap tanaman yang berbeda dengan faktor pengamatan yang lebih bervariasi


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Aribawa, I.B., Kartini, N.L., Kariada, I.K. 2003. Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Organik dan Pupuk Urea Terhadap Sifat Tanah Dan Hasil Kacang Panjang di Lahan Kering Pinggiran Perkotaan Denpasar Bali. hlm. 1-9

Aryantha, I.N.P., Nganro, N.R., Sukrasno, Nandina, E. 2002. Development of Sustainable Agricultural System. One Day Discussion on The Minimization of Fertilizer Usage. Menristek-BPPT. Jakarta

Bertham, Rr. Y. H. 2002. Potential of biofertilizers in peanut (Arachis hypogea L. merril) and soybean (Glycine max L. Merril) productivity in Kandanglimun Bengkulu soil. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 4 (1) : 18-26

Boonkerd, N. 2008. Biofertilizer Development. http://Thai science.info. Diakses tanggal 5 Februari 2010

Brock, T.D., Madigan, M.T. 1991. Biology of Microorganism. Sixth Edition. New Jersey : Prentice Hall

Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., Wooton, M. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 365 hlm

Dewi, I.R. 2007. Rhizobacteria Pendukung Pertumbuhan Tanaman. Jatinagor. Universitas Padjadjaran. hlm. 3

DOAE. 2003. Bioextract (B.E.). Web library. Department of Agricultural Extension, Thailand. Available in Thai from:

Elfiati, D. 2005. Peranan mikroba pelarut fosfat terhadap pertumbuhan tanaman. e-USU repository Universitas Sumatera Utara. 10 hlm

Gest, H., Blankenship, R.E. 2003. Time line of discoveries: anoxygenic bacterial photosynthesis. Photosynthesis Research 80: 59–70


(33)

Ginting, R.C.B., Saraswati, R., Husen, E. 2006. Mikroorganisme Pelarut Posfat. hlm. 10

Glick, BR. 1995. The enhancement of plant growth by free living bacteria. Canadian

Journal Microbiology 41: 109-117

Habte, M., Alexander, M. 1980. Nitrogen Fixation by Photosynthetic Bacteria in Lowland Rice Culture. Applied and Environmental Microbiology 39(2) : 342-347

Hardiningsih, R., Napitupu lu, R.N.R., Yulinery, T. 2005. Isolation and Resistance Test of Several Isolates of Lactobacillus in Low pH. BIODIVERSITAS 7(1) : 15-17

Hartono, A. 2000. Pengaruh pupuk fosfor, bahan organik dan kapur terhadap pertumbuhan jerapan P pada tanah masam latosol Darmaga. Gakuryoku 6 (1) : 73-78

Hasanudin. 2006. Pengaruh Inokulasi Mikrobia Pelarut Fosfat dan Batuan Fosfat Terhadap Perbaikan Fosfor Tersedia Tanah, Serapan Fosfor dan Hasil Jagung Pada Ultisol Bengkulu. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 8 (2) : 85-90 Havlin, J.L., Beaton, J.D., Tisdale, S.L, Nelson, W.L. 1999. Soil fertility and

fertilizers an introduction to nutrient management. Sixth Edition. New Jersey :

Prentice Hall

Higa, T., Parr, J.F. 1994. Beneficial and effective microorganisms for a sustainable agr iculture and environment. Int. Nature Farming Res. Center (INFRC). Atami. Ja pan

Hindersah, R., Simarmata, T. 2004. Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam Meningkatkan Kesehatan Tanah. Jurnal Natur Indonesia 5(2): 127-133

Hiraishi, A., Keigo, M., Katsuro, U. 1995. Characterization of new denitrifying

Rhodobacter strains isolated from photosynthetic sludge for wastewater

treatment.Journal Fermentation and Bioengineering. 79 (1) : 39-44

Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Saley, J.T., Williams, S.T. 1994. Bergey’s manual of Determinative bacteriology. Ninth edition. United states of America: Williams & wilkins A Waverley company. Hlm . 566

Hussain, T. 1999. Effective Microorganisms (Em) For A Sustainable Agriculture And Environment. http://www.ematlantic.ca, diakses tanggal 02 Maret 2010


(34)

Jenie, S.L., Rini, S.E. 1995. Aktivitas Antimikroba dari Beberapa Spesies Lactobacillus terhadap Mikroba Patogen dan Perusak Makanan. Buletin

Teknologi dan Industri Pangan 7(2) : 46-51

Madigan, M., Cox, S.S., Stegeman, R.A. 1984. Nitrogen fixation and nitogenase activities in members of family Rhodospirillaceae. J. bacterial 157 : 73-78 Misgiyarta., Widowati, S. 2002. Seleksi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat (BAL)

Indigenus. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman. hlm : 374-387

Mursito, D., Kawiji. 2001. Pengaruh Kerapatan Tanam Dan Kedalaman Olah Tanah Terhadap Hasil Umbi Lobak (Raphanus sativus L.). hlm. 1-6

Musnamar, E.I. 2003. Pembuatan dan aplikasi pupuk organik padat. Jakarta : Penebar swadaya. hlm : 1

Napitupulu N.R., Kanti, A., Yulinery, T., Hardiningsih, R., Julistiono, H. 1997. DNA plasmid Lactobacillus asal makanan fermentasi tradisional yang berpotensi dalam pengembangan sistem inang vektor untuk bioteknologi pangan. Jurnal

Mikrobiologi Tropis 1: 91-96

Ngampimol, H., Kunathigan, V. 2008. The study of shelf life for liquid biofertilizer from vegetable waste. AU J.T 11(4) : 204-208

Pal, V., Jamuna, M., Jeevaratnam, K. 2005. Isolation and Characterization of Bacteriocin Producing Lactic Acid Bacteria From a South Indian Special Dosa (APPAM) Batter. JOURNAL OF CULTURE COLLECTIONS 4 : 53-60

Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi 15(2) : 21-31

Parr, J.F.; Hornick, S.B., Papendick, R.I. 2002. Transition from conventional agriculture to natural farming systems: The role of microbial inoculants and biofertilizer. Available from:

Purwaningsih, S. 2004. Pengujian Mikroba sebagai Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan Tanaman Acacia mangium pada Pasir Steril di Rumah Kaca.

BIODIVERSITAS 5(2) : 85-88

Rao, N.S.S. 1994. Mikroorganisme tanah dan pertumbuhan tanaman. Edisi kedua. Jakarta : UI Press. Hlm : 18-19


(35)

Rostini, I. 2007. Peranan bakteri asam laktat (Lactobacillus plantarum) terhadap masa simpan filet nila merah pada suhu rendah. Universitas padjadjaran. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Jatinangor. 25 hlm

Rodrigues, L.J., Teixeira, R. Oliveira., H.C. Van Der Mei.2006.Response Surface Optimization of The Medium Components for The Production of Biosurfactans by Probiotic bacteria Process Biochemistry. 41 : 1-10

Seumahu, C.A., Suwanto, A., Tjahjoleksono, A. 1997. Characterization of a number of anoxygenic photosynthetic bacteria isolates for biofertilizer in the rice field.

Hayati 4(3) : 67-71

Sulaeman, Suparto, Eviati. 2006. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. hlm. 128

Sulistyaningsih, E., Kurnasih, B., Kurnasih, E. 2005. Pertumbuhan Dan Hasil Caisin Pada Berbagai Warna Sungkup Plastik. Jurnal Ilmu Pertanian. 12 (1) : 65-76 Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bagian Produksi tanaman.

Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. hlm. 23 Tim Sintesis Kebijakan. 2008. Pemanfaatan Biota Tanah Untuk Keberlanjutan

Produktivitas Pertanian Lahan Kering Masam. Pengembangan Inovasi

Pertanian 1(2) : 157-163

Tola, Hamzah, T., Dahlan., Kaharuddin. 2007. Pengaruh Penggunaan Dosis Pupuk Bokashi Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung.

Jurnal Agrisistem 3 (1) : 1-8

Widawati, S., Suliasih. 2006. Augmentasi Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) Potensial sebagai Pemacu Pertumbuhan Caysin (Brassica caventis Oed.) di Tanah Marginal. BIODIVERSITAS 7(1) : 10-14

Wild, A. 2001. Soils and the Environment. Cambridge University Press. Canbridge. UK. p 68-88

Wulandari, S., 2001. Efektivitas bakteri pelarut fosfat Pseudomonas sp. terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max l.) Pada tanah podsolik merah kuning. Jurnal natur indonesia 4 (1) : 3


(36)

LAMPIRAN A : KOMPOSISI MEDIA MINERAL MODIFIKASI DAN MEDIA MRS-A

a. Komposisi media mineral modifikasi dalam 1 Liter menurut Ronald (1995)

Na-asetat 2,5 g

(NH4)2SO4 1,25 g

K2HPO4.3H2O 0,9 g

KH2PO4 0,6 g

Yeast Extract 0,5 g

MgSO4.7H2O 0,2 g

CaCl2.2 H2O 0,07 g

FeSO4. 7H2O 3,0 mg

EDTA 2,0 mg

pH 7,0 ± 0,2 pada suhu 25oC

b. Komposisi media MRS-A dalam 1 Liter

Casein 10 g

Beef extract 8 g

Yeast extract 4 g

D (+) glucose 20 g

MgSO4 0,2 g

Agar 14 g

Dipotassium hydrogen phosphate 2 g

Twen 80 1 g

Diamonium hydrogen sitrat 2 g

Natrium asetat 5 g

Mangan sulfat 0,04 g


(37)

LAMPIRAN B : DOKUMENTASI PENELITIAN a. Sawi yang telah di panen

Kontrol Lactobacillus sp + BFA + BPF

Lactobacillus sp Bakteri Fotosintetik Anoksigenik (BFA)


(38)

b. Lokasi penanaman

Lahan yang masih belum diberi bibit sawi


(39)

Lahan yang telah di semai bibit

Penyiraman Suspensi


(40)

c. Bakteri yang digunakan

Lactobacillus sp. Bakteri Pelarut Fosfat


(41)

LAMPIRAN C : DATA MENTAH PENGUKURAN VEGETATIF DAN BIOMASSA

Tabel 1: Pertumbuhan Sawi hari ke-0

Perlakuan Ulangan

Tinggi Tanaman (cm) Panjang Daun (cm) Jumlah Daun

P0 1

2 3 10 9,1 10 2,5 2 2,4 4 4 4

Rata-rata 9,7 2,3 4

P1 1

2 3 9 10,5 10 2 2,4 2,4 5 4 5 Rata-rata 9,83 2,26 4,67

P2 1

2 3 9,7 11,4 8 2,2 2,3 2,2 6 5 6 Rata-rata 9,73 2,23 5,67

P3 1

2 3 9,7 10 9,5 2,2 2,2 2,5 6 6 4 Rata-rata 9,73 2,3 5,33

P4 1

2 3 9 8,5 10 3 2,2 2,5 5 6 5 Rata-rata 9,16 2,56 5,33

P5 1

2 3 10,5 9,3 9,8 3 2,7 2,1 6 4 5


(42)

Tabel 2: Pertumbuhan Sawi hari ke-15 (Panen)

Perlakuan Ulangan

Tinggi Tanaman (cm) Panjang Daun (cm) Jumlah Daun

P0 1

2 3 40,6 35 33,6 15,4 9,9 13,8 9 8 6 Rata-rata 36,4 13,03 7,66

P1 1

2 3 39 39,5 35,5 23,6 13,8 12,6 5 12 8 Rata-rata 38 16,66 11,67

P2 1

2 3 44 38 39,5 18,7 15,5 15,2 10 10 7 Rata-rata 40,5 16,46 9

P3 1

2 3 44 38 37 17 11,4 14,4 9 12 8 Rata-rata 39,66 14,26 9,67

P4 1

2 3 46 37 36 25 14,7 14,2 22 13 9 Rata-rata 39,66 17,96 14,67

P5 1

2 3 44 42 36,5 12,7 14,2 12,6 10 9 10 Rata-rata 40,83 13,16 9,67


(43)

Tabel 3: Biomassa Sawi

Perlakuan Ulangan

Berat Kering (Gram) 120oC / 25 jam

P0 1

2 3

6,1 3,9 4,6

Rata-rata 4,87

P1 1

2 3

2,8 4,4 2,8

Rata-rata 3,33

P2 1

2 3

6,7 5,3 4,1

Rata-rata 5,37

P3 1

2 3

3,1 2,2 4,1

Rata-rata 3,13

P4 1

2 3

6,0 3,1 2,6

Rata-rata 3,9

P5 1

2 3

6,0 4,3 3,1


(44)

LAMPIRAN D : ANALISIS DATA a. Analisis data pertumbuhan vegetatif sawi

Perlakuan

Tinggi Tanaman (cm ) Panjang Daun (cm ) Jumlah Daun Hari ke-0 Hari ke-15

(panen) Hari ke-0

Hari ke-15

(panen) Hari ke-0

Hari ke-15 (panen) P0 9,87 36,52 2,36 13,48 3,99 8,12 P1 9,98 38,14 2,41 15,44 4,82 9,72 P2 10,07 39,34 2,42 16,46 5,33 10,80 P3 10,14 40,12 2,39 16,54 5,52 11,36 P4 10,19 40,48 2,32 15,68 5,39 11,40 P5 10,22 40,42 2,21 13,88 4,94 10,92

b. Analisis data berat kering sawi Perlakuan Berat kering (g)

P0 4,72

P1 5,18

P2 5,46

P3 5,56

P4 5,48


(1)

Lahan yang telah di semai bibit

Penyiraman Suspensi


(2)

c. Bakteri yang digunakan

Lactobacillus sp. Bakteri Pelarut Fosfat


(3)

LAMPIRAN C : DATA MENTAH PENGUKURAN VEGETATIF DAN BIOMASSA

Tabel 1: Pertumbuhan Sawi hari ke-0

Perlakuan Ulangan

Tinggi Tanaman (cm) Panjang Daun (cm) Jumlah Daun

P0 1

2 3 10 9,1 10 2,5 2 2,4 4 4 4

Rata-rata 9,7 2,3 4

P1 1

2 3 9 10,5 10 2 2,4 2,4 5 4 5

Rata-rata 9,83 2,26 4,67

P2 1

2 3 9,7 11,4 8 2,2 2,3 2,2 6 5 6

Rata-rata 9,73 2,23 5,67

P3 1

2 3 9,7 10 9,5 2,2 2,2 2,5 6 6 4

Rata-rata 9,73 2,3 5,33

P4 1

2 3 9 8,5 10 3 2,2 2,5 5 6 5

Rata-rata 9,16 2,56 5,33

P5 1

2 3 10,5 9,3 9,8 3 2,7 2,1 6 4 5


(4)

Tabel 2: Pertumbuhan Sawi hari ke-15 (Panen)

Perlakuan Ulangan

Tinggi Tanaman (cm) Panjang Daun (cm) Jumlah Daun

P0 1

2 3 40,6 35 33,6 15,4 9,9 13,8 9 8 6

Rata-rata 36,4 13,03 7,66

P1 1

2 3 39 39,5 35,5 23,6 13,8 12,6 5 12 8

Rata-rata 38 16,66 11,67

P2 1

2 3 44 38 39,5 18,7 15,5 15,2 10 10 7

Rata-rata 40,5 16,46 9

P3 1

2 3 44 38 37 17 11,4 14,4 9 12 8

Rata-rata 39,66 14,26 9,67

P4 1

2 3 46 37 36 25 14,7 14,2 22 13 9

Rata-rata 39,66 17,96 14,67

P5 1

2 3 44 42 36,5 12,7 14,2 12,6 10 9 10


(5)

Tabel 3: Biomassa Sawi

Perlakuan Ulangan

Berat Kering (Gram) 120oC / 25 jam

P0 1

2 3

6,1 3,9 4,6

Rata-rata 4,87

P1 1

2 3

2,8 4,4 2,8

Rata-rata 3,33

P2 1

2 3

6,7 5,3 4,1

Rata-rata 5,37

P3 1

2 3

3,1 2,2 4,1

Rata-rata 3,13

P4 1

2 3

6,0 3,1 2,6

Rata-rata 3,9

P5 1

2 3

6,0 4,3 3,1


(6)

LAMPIRAN D : ANALISIS DATA a. Analisis data pertumbuhan vegetatif sawi

Perlakuan

Tinggi Tanaman (cm ) Panjang Daun (cm ) Jumlah Daun

Hari ke-0 Hari ke-15

(panen) Hari ke-0

Hari ke-15

(panen) Hari ke-0

Hari ke-15 (panen)

P0 9,87 36,52 2,36 13,48 3,99 8,12

P1 9,98 38,14 2,41 15,44 4,82 9,72

P2 10,07 39,34 2,42 16,46 5,33 10,80

P3 10,14 40,12 2,39 16,54 5,52 11,36

P4 10,19 40,48 2,32 15,68 5,39 11,40

P5 10,22 40,42 2,21 13,88 4,94 10,92

b. Analisis data berat kering sawi

Perlakuan Berat kering (g)

P0 4,72

P1 5,18

P2 5,46

P3 5,56

P4 5,48