Manfaat Lumut Waktu dan Tempat Penelitian Deskripsi Area .1 Letak Dan Luas Lokasi Penelitian

7 tumbuh di daerah yang ternaungi, tebing, dan daerah yang marginal Goffinet Vanderpooten, 2009. Menurut Gradstein Poc’s 1989 dalam Pollawatan 2010 daerah dataran rendah sampai hutan pegunungan bawah dan selanjutnya hutan pegunungan atas merupakan habitat dari banyak Bryophyte. Kehadiran dan kelangsungan hidup Bryophyte sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan khususnya lingkungan mikro meliputi suhu, kelembaban dan pencahayaan Hallingbäck Nick, 2000. Lumut umumnya berkembang pada daerah pegunungan yang memiliki kelembaban tinggi, suhu rendah dan cukup sinar matahari. Kehadiran lumut di daerah dataran rendah umumnya terbatas pada tempat-tempat lembab seperti pinggir sungai dan daaerah sekitar sumber air. Oleh karena itu, perubahan terhadap lingkungan mikro dari suatu tempat akan berdampak cukup besar terhadap keberadaan lumut di lingkungan sekitarnya Windadri, 2010.

2.4 Manfaat Lumut

Bryophyte dari segi ekologi memiliki peran yang sangat penting, merupakan tumbuhan perintis dalam menciptakan habitat primer dan sekunder setelah adanya perusakan lingkungan. Bryophyte juga memiliki peran yang penting dalam menjaga porositas tanah dan mengatur tingkat kelembaban ekosistem Damayanti, 2006. Menurut Hallingbäck Nick, 2000 karena kemampuannya dalam menahan dan menyerap air. Bryophyte juga dapat digunakan sebagai indikator pencemaran udara Glime Saxena, 1991. Taoda 1972 dalam Hallingbäck Nick 2000 menggunakan bryophyte dalam memperkirakan dampak terhadap polusi udara di Japan, Eropa dan Amerika Utara. Lumut merupakan rumah bagi invertebrata, dan sebagai material pembuatan sarang burung Hallingbäck Nick, 2000. Lumut juga digunakan untuk pertamanan, merupakan media tanam untuk propagasi, khususnya untuk bunga anggrek dan Nepenthes. Lumut juga digunakan oleh masyarakat China sebagai bahan obat-obatan terutama untuk mengobati gatal-gatal dan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur Tan Gradstein, 2009. Universitas Sumatera Utara 8 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2011 di kawasan TNGL Desa Telagah kabupaten Langkat. Peta penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.2 Deskripsi Area 3.2.1 Letak Dan Luas Lokasi Penelitian Kawasan hutan TNGL memiliki luas area 5.000 Ha. Secara administratif Desa Telagah termasuk Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat. Secara Geografis terletak pada koordinat 03 14”–04 13” BT dan 97 52”–98 45” LU. Kawasan hutan TNGL berbatasan dengan: a. Sebelah Utara : Desa Rumah Galoh b. Sebelah Selatan : Kawasan Ekosistem Leuser c. Sebelah Barat : Kawasan Ekosistem Leuser d. Sebelah Timur : Desa Tanjung Gunung Universitas Sumatera Utara 9 Topografi Topografi di kawasan hutan TNGL Desa Telagah, Kabupaten Langkat pada umumnya berbukit-bukit hingga curam dengan ketinggian 700-1220 meter dari permukaan laut. Curah Hujan Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika BMG terdekat di Kecamatan sei Bingei, diperoleh data curah hujan kawasan hutan Telagah Taman Nasional gunung Leuser adalah rata-rata 2776.7 mm pertahunnya. Tipe Iklim Berdasarakan Schmidt-Ferguson dalam Kartasapoetra 2004 tipe iklim di kawasan hutan telagah TNGL adalah tipe A dengan rata-rata curah hujan bulanan di desa Telagah sekitar 116-398 mm dan jumlah hari hujan setiap tahunnya berkisar 170-210 hari serta penyebaran hujan bulanan hampir merata setiap tahun. Vegetasi Berdasarkan pengamatan di sekitar areal penelitian, vegetasi yang umum ditemukan yaitu famili Aspleniaceae, Polypodiaceae, Sellaginaceae Pteridophyta, Araceae, Arecaceae, Monocotyledonae, Annonaceae, Dipterocarpaceae, Moraceae, adn Urticaceae Dicotyledonae. Universitas Sumatera Utara 10

3.3 Metode Penelitian