ilai C Penelitian Utama 1. Temperatur

20

4. ilai C

Nilai CN merupakan salah satu parameter utama yang digunakan untuk menentukan tingkat kematangan dan kualitas kompos. Nilai CN diperngaruhi oleh nilai karbon organik dan nitrogen dalam bahan pengomposan. Pada proses pengomposan kandungan karbon organik akan berkurang karena terdekomposisi menjadi CO 2 , H 2 O, dan panas, sedangkan nitrogen organik relatif tetap. Hal ini menyebabkan nilai CN selama pengomposan turun. Menurut Dalzell 1987, nilai CN yang terlalu tinggi menyebabkan proses pengomposan memakan waktu yang lama karena perkembangan mikroorganisme menjadi lambat, sedangkan jika nilai CN terlalu rendah maka nitrogen akan dibebaskan ke udara menjadi amoniak. Grafik perubahan nilai CN setiap minggunya dapat dilihat pada Gambar 15 dan 16. Berdasarkan pengamatan, nilai karbon organik selama pengomposan mengalami penurunan, sedangkan nilai nitrogennya relatif konstan sehingga pengomposan dengan perlakuan aerasi aktif dan pasif menunjukkan nilai CN yang kecenderungan menurun setiap minggunya. Akan tetapi, selama pengomposan penurunan nilai CNnya relatif rendah. Hal ini disebabkan bahan organik yang terkandung di dalam bahan pengomposan jumlahnya kecil, sehingga kemampuan mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik pun rendah. Selain itu, bahan baku yang digunakan pada penelitian ini merupakan baku yang sudah mengalami pengomposan secara alami karena sudah tertimbun lama selama 45 bulan sehingga nilai CN yang didapat sudah rendah. Akan tetapi, bila 10 20 30 40 50 60 70 1 2 3 4 il a i C Waktu minggu 0 Sludge 20 Sludge 40 Sludge 10 20 30 40 50 60 70 1 2 3 4 il a i C Waktu minggu 0 Sludge 20 Sludge 40 Sludge Gambar 15. Perubahan nilai CN pengomposan aerasi aktif Gambar 16. Perubahan nilai CN pengomposan aerasi pasif 21 menggunakan limbah akan didapat nilai CN cukup tinggi. Data hasil analisis kadar karbon, nitrogen dan nilai CN selama pengomposan seperti pada Lampiran 5. Berdasarkan Gambar 15 dan 16, perlakuan aerasi aktif dan pasif tidak mempengaruhi penurunan nilai CN. Hal ini dapat disebabkan karena pencampuran udara yang diberikan pada aerasi aktif hanya berlangsung selama seminggu pertama pengomposan, sehingga tidak terlihat perbedaan antara perlakuan aerasi aktif dan pasif. Seharusnya, pengomposan dengan menggunakan aerasi aktif menghasilkan nilai CN yang lebih rendah daripada perlakuan aerasi pasif. Hal ini disebabkan pada proses aerasi akan membantu mikroorganisme yang membutuhkan oksigen dalam mendekomposisi bahan organik, sehingga kecepatan dekomposisi bahan organik berlangsung lebih optimum pada perlakuan yang menggunakan bantuan aerasi Indrasti dan Elia 2004. Selain itu, berdasarkan grafik dapat diketahui semakin banyak yang ditambahkan maka nilai CN semakin rendah. Akan tetapi, walaupun bahan baku kompos menggunakan nilai CN yang rendah tetap saja laju penurunan nilai CNnya rendah. Hal ini disebabkan karbon organik yang terkandung dalam bahan baku sedikit. Pada bahan abu ketel dengan campuran 40 memiliki nilai CN bahan baku yang paling rendah, hanya mengalami penurunan dari 35 hingga 28. Bahan baku abu dengan campuran 40 mempunyai nilai CN yang rendah bukan karena mempunyai kandungan organik yang banyak, tetapi disebabkan perbandingan antara nilai karbon dan nitrogennya rendah. Berdasarkan perhitungan statistik sidik ragam, dapat diketahui bahwa perlakuan aerasi dan interaksi antara komposisi bahan baku dengan perlakuan aerasi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai CN. Sedangkan terdapat pengaruh nyata antara perbedaan komposisi bahan baku terhadap nilai CN dengan Fhitung sebesar 76.59 dan Ftabel sebesar 3.17 perhitungan terdapat pada Lampiran 6. Perbedaan komposisi bahan baku berpengaruh nyata terhadap nilai CN, maka dilakukan uji Duncan uji lanjut terdapat pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil uji Duncan, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara bahan baku abu ketel dengan pencampuran 0 dengan 40 dengan 20 dan 20 dengan 40

5. Kualitas Kompos