Gangguan Petir Pada Saluran Transmisi Manfaat Korona Pada Saluran Transmisi Hantaran Udara

11 Gambar 2.4 Tahapan Sambaran Petir ke Tanah [3] Ketika leader mendekati bumi terjadi medan listrik yang sangat tinggi antara ujung leader dengan bumi, sehingga terjadi penumpukan muatan di ujung suatu objek yang berada di permukaan bumi. Dengan demikian muatan yang berasal dari bumi bergerak menuju ujung leader. Titik bertemunya kedua aliran yang berbeda muatan ini disebut striking point dapat dilihat pada Gambar 2.13c, sesaat setelah itu terjadi perpindahan muatan dari tanah ke awan melalui sambaran balik. Perpindahan muatan dari awan ke tanah akan kembali memunculkan beda potensial yang tinggi antara pusat muatan di awan seperti pada Gambar 2.13d. Akibatnya, terjadi pelepasan muatan susulan atau yang disebut pelepasan muatan berulang multiple stroke.

2.3 Gangguan Petir Pada Saluran Transmisi

Gangguan petir pada saluran transmisi adalah gangguan akibat sambaran petir pada saluran transmisi yang dapat menyebabkan terganggunya saluran transmisi dalam menghantarkan daya listrik. Gangguan petir ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : 12 1. Gangguan akibat sambaran langsung, yang terdiri dari : a. Gangguan petir pada kawat tanah, b. Gangguan petir pada kawat fasa atau kegagalan perisaian. 2. Gangguan petir akibat sambaran tidak langsung atau sambaran induksi. Gangguan akibat sambaran langsung petir adalah adanya sambaran petir yang langsung mengenai suatu objek tertentu Sambaran petir langsung dapat menimbulkan bermacam-macam gangguan yang tidak hanya membahayakan peralatan listrik namun juga bisa mengancam keselamatan jiwa manusia. Besarnya tegangan yang diakibatkan sambaran petir ini dapat mencapai 3000 kV . Gangguan pada jaringan listrik dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu sambaran petir mengenai kawat tanah dan sambaran petir mengenai kawat fasa. Sambaran petir yang langsung mengenai kawat tanah dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut: a Terputusnya kawat tanah. Arus yang besar menyebabkan panas yang tinggi pada kawat tanah yang dapat melampaui kekuatan kawat untuk menahannya. b Naiknya potensial kawat tanah yang diikuti oleh backflashover ke kawat fasa. Pada saat terjadi sambaran pada kawat tanah, dengan cepat potensialnya naik mencapai nilai yang cukup tinggi sehingga dapat mengakibatkan lompatan muatan listrik ke kawat fasa di dekatnya. Sambaran langsung mengenai kawat fasa mengakibatkan kenaikan tegangan tinggi pada kawat fasa. Kenaikan tegangan yang cukup tinggi ini dapat menyebabkan pecahnya isolator, kerusakan trafo tenaga dan pecahnya arrester . 13

2.4 Fenomena Korona

Bila dua elektroda yang penampangnya kecil dibandingkan dengan jarak antara kedua elektroda tersebut diberi tegangan bolak-balik, maka akan mungkin terjadi fenomena korona. Pada tegangan yang cukup rendah, tidak akan terjadi apa-apa. Pertama-tama, pada elektroda akan kelihatan bercahaya, mengeluarkan suara-suara mendesis hissing , dan berbau ozon. Warna cahaya yang terlihat adalah ungu muda Violet. Apabila tegangan dinaikan secara terus menerus, maka karakteristik yang terjadi diatas akan semakin jelas terlihat, terutama pada bagian yang kasar, runcing dan kotor. Cahaya akan bertambah besar dan terang. Apabila tegangan masih terus dinaikan, maka akan muncul busur api. Pada keadaan udara lembab, korona menghasilkan asam nitrogen nitrous acid , yang menyebabkan elektroda berkarat bila kehilangan daya cukup besar. Korona terjadi disebabkan karena adanya ionisasi dalam udara, yaitu terjadinya kehilangan elektron dari molekul udara. Karena terjadinya ionisasi molekul dalam udara, maka molekul netral A di udara bebas mendapatkan energi foton yang cukup dan besarnya melebihi energi yang diperlukan untuk membebaskan elektron dari molekul gas atau udara. Kelebihan energi foton akan dilimpahkan pada elektron yang kemudian dibebaskan dalam bentuk energi kinetik. Hal ini dapat ditunjukan dalam persamaan berikut ini : − + � → 1 2 � 2 − + � + + − Karena adanya medan listrik yang berada disekitar elektroda penghantar yang mempercepat gerak elektron hasil inonisasi tersebut, maka elektron-elektron tersebut akan menumbuk molekul-molekul gas atau udara disekitarnya. 14 Karena hal ini terjadi secara terus-menerus maka jumlah ion dan elektron bebas menjadi berlipat ganda. Apabila terjadinya eksitasi elektron atom gas, yaitu berubahnya kedudukan elektron gradien tegangan menjadi cukup besar maka akan timbul fenomena korona. Selain menyebabkan terjadinya ionisasi molekul, tumbukan elektron juga menyebabkan perpindahan dari orbital awalnya ke tingkat orbital yang lebih tinggi. Pada saat elektron berpindah kembali ke tingkat orbital yang lebih rendah, maka akan terjadi pelepasan energi berupa cahaya radiasi dan gelombang elektromagnetik berupa suara bising.

2.4.1 Cahaya Ungu

Salah satu gejala terbentuknya korona yaitu terlihatnya samar-samar cahaya berwarna ungu disekeliling permukaan konduktor. Cahaya berwarna ungu ini berasal dari pengaruh tekanan elektrostatik yang berlebihan akibat dari gradient potensial yang tinggi. Besarnya gradien potensial ini dipengaruhi oleh tegangan yang diberikan. Pada saat awal korona terjadi, cahaya ini belum terlihat. Cahaya ini berasal dari proses rekombinasi antara ion nitrogen dengan elektron bebas. Agar cahaya ini terlihat jelas diperlukan ionisasi lebih banyak lagi sehingga gradient permukaannya meningkat. 15 Gambar 2.5 Cahaya Ungu pada Saluran Transmisi Hantaran Udara

2.4.2 Suara Bising

Medan listrik yang yang tinggi pada fenomena korona mengakibatkan terjadinya tumbukan elektron, jika kuat medan listrik ini terus meningkat maka tumbukan elektron akan semakin keras karena energi kinetik yang diperoleh elektron tersebut. Akibatnya terjadi eksitasi elektron dari udara, yaitu berubahnya kedudukan elektron dari orbitalnya semula ke tingkat orbital yang lebih tinggi. Ketika elektron ini berpindah kembali ke orbital yang lebih dalam terjadi pelepasan energi berupa suara mendesis. Suara mendesis ini terjadi disekitar konduktor. Suara tersebut dapat didengar oleh telinga manusia tergantung dari frekuensi yang dibangkitkannya dan juga jarak sumber suara dengan si pendengar. Suara mendesis yang dibangkitkan ini biasa disebut gangguan bising. Pada sistem transmisi, suara bising yang dibangkitkan oleh korona ini dideteksi dengan peralatan pendengaran ultrasonik. Kuat suara bising ini dipengaruhi oleh konduktor yang digunakan dan keadaan cuaca. 16 Gambar 2.6 Ultrapobe alat pendeteksi suara korona

2.4.3 OZON O

3 Pada korona dengan kelembaban tinggi dihasilkan gas ozon dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Gas ozon ini akan meningkat jumlahnya seiring dengan meningkatnya aktifitas korona. Ozon yang dihasilkan dapat meningkat secara pesat saat terjadinya pelepasan korona. Pembentukan ozon dihasilkan dari beberapa molekul oksigen [4]. 3O 2 → 2O 3 Pembentukan ozon oleh pelepasan korona pada oksigen murni, memiliki beberapa tahap pembentukan. e- + O 2 → 2O + e- O + O 2 + M → O 3 +M Dimana M = O2 atau N2 Pada persamaan diatas ozon dihasilkan dari reaksi antara oksida dengan oksigen. Oksida tersebut dihasilkan akibat penguraian dari molekul oksigen akibat 17 tumbukan dengan elektron bebas. Elektron bebas ini kemudian jumlahnya bertambah dengan meningkatnya medan listrik, medan listrik yang semakin tinggi akan meningkatkan aktifitas dari korona. Oksida bebas tersebut akan bereaksi dengan oksigen yang kemudian akan membentuk ozon. Konsentrasi ozon ini meningkat sampai terjadinya pelepasan korona, kemudian setelah kondisi ini ozon akan terurai akibat panas yang dihasilkan saat pelepasan korona. O 3 → O 2 + O O + O 3 → 2O 2 Ozon merupakan molekul triatomik, dimana molekul triatomik ini termasuk golongan yang astabil atau tidak stabil. Ini menyebabkan ozon sangat mudah terurai dibandingkan oksigen diatomik.

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Korona

Penerapan tegangan tinggi yang mendekati tegangan kerusakan dalam sistem tenaga listrik dapat menimbulkan gejala korona. Terjadinya gejala korona dalam sistem bertegangan tinggi tersebut dapat ditentukan oleh beberapa faktor yang menentukan besar aktifitas korona. Faktor tersebut dapat berupa keadaan lingkungan, bentuk dan ukuran dari konduktor yang digunakan serta besar tegangan yang diterapkan pada sistem tersebut. Faktor-faktor tersebut diantaranya atmosfer, kerapatan udara, ukuran dan bentuk permukaan konduktor, jarak antar konduktor dan tegangan saluran. 18

2.5.1 Atmosfer

Keadaan atmosfer mempengaruhi nilai kekuatan isolasi udara dan gradien potensial awal terjadinya korona, diantaranya yaitu angin, kelembapan udara, cuaca, dan suhu udara. Misal ketika kondisi lingkungan sedang berangin kencang, maka jumlah ion dan elektron akan lebih banyak dari pada saat kondisi normal. Hal ini menyebabkan korona terjadi pada gradien potensial lebih rendah dibandingkan cuaca normal. Suhu dan tekanan sangat mempengaruhi nilai dari tegangan awal korona, semakin tinggi suhu maka tegangan awal korona menjadi lebih kecil, sehingga korona menjadi lebih besar. Pada tekanan tinggi maka tegangan awal korona menjadi semakin tinggi dan korona lebih kecil. Pada daerah yang memiliki suhu yang tinggi dan tekanan rendah, maka korona akan menjadi lebih besar. Daerah pengunungan memiliki suhu rendah dan tekanan relatif tinggi, sehingga kemungkinan korona menjadi lebih kecil. Kelembapan udara yang semakin tinggi juga akan mempercepat terjadinya korona. Pada saat udara semakin lembab maka semakin banyak air yang terkandung dalam udara tersebut sehingga elektron bebas yang dihasilkan akan semakin banyak. Dengan demikian banyaknya elektron bebas ini, maka longsoran elektron akan semakin cepat terbentuk dan terjadi ionisasi yang mengawali terjadinya korona. Pada saat hujan, salju, jarum es, dan kabut yang dihasilkan akan mengakibatkan korona menjadi lebih besar. Salju akan memberikan sedikit penurunan pada tegangan kegagalan kritis udara. Hal ini dijelaskan dengan persamaan Peek [5] : 19 = 30 1 + 0.3 2.2 dimana Vi = Tegangan kegagalan kritis udara kV į = Faktor kerapatan udara = 1 tekanan 76 cmHg dan suhu 25 C = = 0.386 273+ r = Jari-jari konduktor m D = Jarak antar pusat konduktor terhadap tanah m m = Faktor tak tentufaktor kekasaran permukaan konduktor lihat Tabel 2.2 Dari persamaan Peek tersebut ditunjukkan bahwa pada keadaan basah, tegangan minimum terjadinya korona lebih rendah dibandingkan dengan keadaan normal. Jadi, dapat disimpulkan korona lebih cepat terjadi pada keadaan basah.

2.5.2 Kerapatan Udara

Pada saat terjadi proses ionisasi ion-ion bergerak dalam udara dengan kecepatan yang berbeda-beda, tergantung dari kuat medan listrik yang mempengaruhinya serta kerapatan udara yang dilaluinya. Kelincahan dari ion akan berkurang bila kerapatan udara atau gas bertambah. Udara dengan kerapatan antar molekul yang lebih tinggi, molekul-molekul gas tersebut akan lebih padat dibandingkan gas dengan kerapatan rendah, sehingga kelincahan geraknya berkurang. 20

2.5.3 Ukuran dan Bentuk Permukaan Konduktor

Ukuran diameter dari konduktor juga mempengaruhi fenomena terjadinya korona, konduktor dengan diameter lebih besar akan memiliki medan listrik lebih kecil dibandingkan pada konduktor dengan diameter yang lebih kecil . Perhatikan persamaan dibawah ini: = 4 . 1 2 2.3 dimana E = Kuat medan listrik kVm Q = Muatan Coulomb r = Jari-jari konduktor m İ = Permitivitas medium medium udara, İ=İ =8,85.10 -12 Fm Konduktor dengan diameter lebih besar memiliki tegangan awal korona lebih besar dibandingkan dengan diameter yang lebih kecil. Pada konduktor dengan diameter lebih kecil atau ujungnya runcing akan memiliki medan listrik yang lebih tinggi dikarenakan elektron terkumpul disatu titik tidak menyebar, sehingga peristiwa korona semakin mudah terjadi. Itu sebabnya mengapa pada penangkap petir konduktor ujungnya dibuat meruncing. Bentuk Permukaan dan kondisi dari konduktor juga mempengaruhi pembentukan korona. Pada permukaan yang tidak rata dan kotor akan mengurangi nilai dari tegangan kegagalan awal korona sehingga korona dapat terjadi pada tegangan yang lebih rendah. Ini dikarenakan medan listrik pada permukaan yang kasar akan lebih besar dibandingkan dengan konduktor yang memiliki permukaan 21 yang halus. Sehingga pada permukaan kasar korona yang terjadi lebih besar dibandingkan kawat halus. Untuk kawat transmisi terdapat suatu faktor yang dinamakan faktor ketidakteraturan m . Maksudnya merupakan ketidakteraturan dari bentuk permukaan kawat. Dalam kondisi normal faktor permukaan kawat ini ditetapkan oleh Peek pada Tabel 2.2. Table 2.2 Hubungan Kondisi Permukaan Kawat dengan Nilai m o [2] Kondisi permukaan kawat m Halus 1.0 Kawat padat yang kasar 0.93 – 0.98 kawat tembaga rongga 0.90 – 0.94 Kawat lilit 7 0.82 – 0.87 Kawat lilit 19-61 0.80 – 0.85

2.5.4 Jarak Antar Konduktor

Jarak antar konduktor akan mempengaruhi proses pembentukan korona. Jika jarak antara konduktor ini dibuat sangat besar dibandingkan diameter konduktor, maka hampir tidak mungkin terjadi korona. Hal ini dikarenakan jika jarak antar konduktor dibuat sangat besar maka tekanan elektrostatik antar dua konduktor tersebut juga akan berkurang, sehingga proses ionisasi menjadi sulit terjadi. Semakin besar jarak konduktor maka tegangan awal korona Vd bernilai semakin besar, ini sesuai dengan persamaan 2.2. 22

2.5.5 Tegangan Saluran

Pada suatu sistem transmisi memiliki tegangan saluran yang sangat besar antar fasanya, besar dari tegangan saluran ini menentukan besar dari medan listrik yang dihasilkan sekitar kawat transmisi tersebut. Semakin besar tegangan, maka akan semakin besar medan listriknya. Dengan demikian, semakin meningkatnya medan listrik maka korona akan memiliki percepatan dalam tumbukannya, sehingga elektron akan semakin mudah bertumbukan dan semakin cepat pula terbentuk longsoran elektron avalanche . Waktu terjadinya korona pun akan menjadi lebih cepat. Selain itu, pada tegangan saluran yang besar akan terdapat tekanan elektrostatik pada permukaan konduktor, membuat udara disekeliling konduktor terionisasi. Pada saat ionisasi akan dihasilkan longsoran elektron avalanche , longsoran elektron ini akan semakin cepat terbentuk jika tegangan saluran terus ditingkatkan. Semakin besar tegangan yang diberikan, maka akan semakin besar percepatan yang dimiliki elektron untuk bertumbukan sehingga avalanche akan lebih cepat terjadi selanjutnya akan terjadi peristiwa korona.

2.6 Akibat Yang Ditimbulkan Korona

Korona cukup menyebabkan banyak masalah yang harus mendapat perhatian, diantaranya interferensi radio, degradasi atau kerusakan pada peralatan listrik yang dikenai korona, dan meningkatnya rugi-rugi daya saluran.

2.6.1 Interferensi Radio

Korona meradiasikan noise berfrekuensi tinggi dalam jumlah besar. Ini dapat mengganggu operasi radio dengan frekuensi berbeda. Selain itu, radiasi 23 akibat korona ini juga dapat menyebabkan interferensi televisi dan rangkaian komunikasi yang berada didekatnya. Adanya tumbukan elektron-elektron pada udara sekitar, akan menimbulkan arus yang nilainya relatif kecil dan memiliki bentuk gelombang yang non-sinusoidal. Akibatnya akan terdapat non-sinusoidal voltage drop . Kemudian akan terbentuk medan elektromagnetik dan medan elektrostatik. Selanjutnya medan elektromagnetik dan medan elektrostatik ini menginduksikan rangkaian komunikasi atau radio disekitarnya, sehingga akan menyebabkan terjadinya interferensi.

2.6.2 Degradasi atau Kerusakan Material dan Peralatan Listrik

Korona menimbulkan panas disekitar daerah terjadinya korona dan panas ini semakin meningkat dengan kenaikan tegangan yang diberikan sampai terjadi pelepasan korona. Panas ini dapat menyebabkan perubahan susunan atom dari material. Akibatnya material tersebut memiliki susunan atom yang baru, sehingga sifat dari material tersebut mengalami perubahan. Pada akhirnya material tersebut akan lebih cepat rusak dan mengalami penurunan kualitas atau degradasi. Pada saat pembentukan korona juga dihasilkan senyawa ozon O 3 , dimana jika kondisi lembab dan gas ini bereaksi secara kimia dengan konduktor dapat menyebabkan korosi pada konduktor tersebut. Pelepasan korona sparkover akan menimbulkan harmonik sesaat, sehingga akan menghasilkan arus transien. Arus transien ini akan berbahaya pada peralatan listrik yang dialirinya atau bahkan jika arus transien ini sangat tinggi 24 dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan listrik karena dilalui arus yang melebihi rating-nya.

2.6.3 Rugi Daya Korona

Ion dan elektron yang bergerak pada udara memiliki percepatan karena energi kinetik yang diberikan. Energi kinetik tersebut didapat dari sistem dan dikatakan energi yang hilang. Energi yang hilang ini terdisipasi dalam bentuk panas, suara, dan cahaya inilah yang dimaksud dengan rugi daya korona. Rugi daya pada keadaan cuaca normal ditentukan berdasarkan percobaan oleh Peek, dengan persamaan [5]: = 241 + 25 − 2 10 −5 2.4 dimana P = Rugi daya akibat korona kWkmfasa f = Frekuensi daya Hz V = Tegangan fasa ke netral kV V = Tegangan distruptif Korona kVfasa į = Faktor kerapatan udara =1 tekanan 76 cmHg dan suhu 20 o C b = Tekanan mmHg t = Suhu o C r = Jari-jari Konduktor cm

2.7 Manfaat Korona Pada Saluran Transmisi Hantaran Udara

Sepintas lalu tampaknya korona memiliki hanya hal-hal yang merugikan. Akan tetapi, korona juga memiliki segi-segi yang menguntungkan, yaitu: i 25 bilamana korona membentuk, lapisan sekitar konduktor menjadi konduktif dan hal ini secara praktis merupakan semacam penambahan luas penampang konduktor, dan menyebabkan gradien potensial atau tegangan elektrostatik maksimum menurun. Dengan demikian kemungkinan terjadinya tegangan tembus flash over sistem meningkat, ii Efek-efek transien peralihan karena sambaran petir dan sebab-sebab lain berkurang, karena muatan-muatan yang diinduksikan pada saluran akibat sambaran petir dan sebab-sebab lain sebagiannya akan didisipasikan sebagai rugi-rugi korona. Dengan cara ini ia bekerja sebagai suatu katup pengaman dan kadang-kadang suatu saluran dengan sengaja direkayasa untuk memiliki tegangan operasi berdekatan dengan tegangan kritikal supaya tidak perlu mempergunakan arrester petir yang mahal. Ada kesulitan, karena tegangan kritikal tidak konstan untuk suatu saluran, dan akan berubah dengan sesuai dengan keadaan cuaca sekitarnya. Dari sisi lain korona juga dapat dipahami sebagai berikut; i. Terdapatnya rugi-rugi daya dan energi, walaupun hal ini agak kecil, kecuali pada cuaca yang sangat buruk. ii. Terdapatnya suatu penurunan tegangan yang non-sinusoidal disebabkan arus korona yang non-sinusoidal. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya sedikit interferensi dengan saluran-saluran telekomunikasi berdekatan disebabkan oleh induksi elektromagnetik dan elektrostatik. iii. Karena adanya distorsi dari bentuk gelombang, terutama gelombang harmonik ketiga akan berpengaruh pada saluran transmisi. iv. Karena pembentukan korona, sehingga diproduksi gas ozon yang bereaksi secara kimia dengan konduktor yang mengakibatkan terjadinya korosi. 26

2.8 Tegangan Kritis Disruptif